Kehilangan

7 4 0
                                    

Suara ponsel Aera berbunyi.

"Bunda, ponsel Bunda berbunyi.." Teriak Aqila.

"Tolong bawakan ke sini Sayang."

Aqila mengambil ponsel Aera.

"Ini Bunda."

"Makasih anak pintar."

Aera mengangkat panggilan tersebut.

"Selamat sore. Benar ini dengan keluarga Algashiran."

"Benar."

"Saya dari kepolisian ingin melaporkan tentang kecelakaan beruntun yang terjadi di jalan Sudirman."

"Laporan apa Pak." Ucap Aera dengan panik.

"Ibu Alex Algashiran telah meninggal dunia dan anaknya bernama Alex sedang dalam kondisi sekarat saat ini. Apakah benar ini keluarga korban?"

Seketika Aera terkejut mendengar pernyataan tersebut, dengan nada berat Aera mencoba untuk bertanya kembali.

"Benar pak."

"Sekarang korban sedang di rumah sakit ya, bu."

"Di rumah sakit mana Pak." Sambil menahan air matanya.

"Nanti Saya kirimkan lokasinya."

Panggilan tersebut pun akhirnya dimatikan oleh petugas tersebut. Badan Aera mulai melemas akibat mendengar kondisi buruk tentang Alex dan Ibunya. Tetapi bagaimanapun dia harus tetap kuat dalam menghadapi cobaan yang menimpa dirinya.

"Saya titip Aqil dan Aqila dulu." Ucap Aera dengan panik.

Aera pergi ke rumah sakit menggunakan taksi.

"Permisi Bu. Apa benar ada Pasien bernama Alex Algashiran disini" Tanya Aera.

"Sebentar Saya periksa dulu data pasiennya ya Bu."

Aera menunggu.

"Ada Bu. Pasien tersebut mengalami kecelakaan, sekarang di rawat di UGD."

°°°°°

"Srescha bangun.."

"Maafin Gue Srescha."

Zen menangisi kepergian Srescha.

"Kami semua Dokter di Rumah Sakit ini mengucapkan turut berduka cita untuk kepergian Dokter Srescha." Ucap salah satu Dokter.

"Sabar ya Dokter Zen. Kepergian Srescha membuat Kami semua berduka. Dokter Srescha baru saja pulang dari Rumah Sakit ini." Ucap Dokter Bidan.

"Kenapa Dia kesini? Bukankah jadwal kerjanya lagi off."

"Dokter Srescha datang kesini untuk memeriksa kehamilan."

"Apa?"

"Benar Dokter Zen. Dokter Srescha sedang hamil."

"Hamil?"

"Ya."

Zen mengoyang-goyangkan badan Srescha.

"Secepat ini Kamu pergi. Tolong dengarkan suaraku Srescha."

Zen disuruh keluar dari ruangan.

"Biarkan Kami mengurus jenazahnya dulu ya Pak."

Duduk disudut ruangan. Menangisi kepergian Srescha yang lagi hamil anak Zen.

Chasing The My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang