Threatened

5 4 1
                                    

Bel masuk sekolah berbunyi, semua Murid berkumpul di lapangan untuk melakukan Upacara Bendera.

"Kepada sang merah putih hormat, gerak."

Indonesia tanah airku..
Tanah tumpah darahku..
Disanalah Aku berdiri..
Jadi pandu Ibuku..

Semua Murid menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah upacara selesai, Kepala Sekolah memulaikan pembicaraannya.

"Selamat pagi. Selamat untuk sekolah Kita. Atas kerja keras Zen Brian Bara, Aera Chin-Sun, Alex Algashiran dan Sasya Putria. Saya sebagai Kepala Sekolah SMA Tunas Bangsa mengucapkan dengan bangga atas keberhasilan Kalian. Sekolah Kita sampai saat ini masih menduduki juara satu olimpiade selama 3 tahun. Saya bangga dengan kepintaran dan cara didik guru di SMA Tunas Bangsa. Beri tepuk tangan untuk Kita semua." Ucap Kepala Sekolah.

Sekolah SMA Tunas Bangsa memeriahkan lapangan dengan tepukan dan sorakan yang mengema.

"Selamat ujian semester satu. Untuk murid kelas 3, Seminggu lagi Kita akan mengadakan TO (Try Out). Sekian terima kasih." Ucap Kepala Sekolah.

Ujian dimulai...

Semua ruangan dari kelas 1-3 tidak terdengar keributan sama sekali.

Zen dengan tenang menjawab soal ujian.

"Demi masa depan." Ucap Zen sebagai motivasi didalam hati.

Setelah selesai ujian semua Murid beristirahat.

"Aera. Masakan Kamu enak." Ucap Zen.

Aera tersenyum melihat Zen.

"Habiskan."

"Tapi jangan sampai kotaknya juga." Ucap Aera.

Zen tersedak mendengar perkataan Aera.

"Ini minum." Ucap Sasya sambil memberikan minum.

"Tega banget si Lo, Aera. Bikin Zen tersedak.." Ucap Sasya lalu pergi begitu saja.

Nia yang melihat Sasya langsung mengejar Sasya.

"Sasya. Tunggu Gue."

"Apa?"

"Lo biarkan Mereka berdua,?" Tanya Nia.

"Gue akan kalah Nia, jika Zen telah mencintai Wanita lain. Gue tau, selama ini Zen tidak mencintai Wanita. Makanya Aku terus maju, agar Dia mencintaiku. Tetapi disaat Aku melihat Zen bersama Aera dengan mesranya di dalam bis saat pulang dari olimpiade. Aku baru tersadar, bahwa Aku harus mundur." Ucapan pahit keluar dari Sasya.

Nia memeluk sahabatnya, Dia merasakan kesakitan hati Sasya. Nia hanya mengenal Sasya yang ambisius tanpa mengenal kata mundur, Nia hanya mengenal Sasya, seorang anak pintar yang egois dan keras kepala. Tapi sekarang Nia tahu, bahwa Sasya adalah sosok Wanita yang baik.

"Lo hebat Sasya. Ketika semua keinginan bisa Lo dapatkan. Tapi tentang soal cinta, Lo tidak memaksakan keinginan untuk memiliki." Ucap Nia sambil menahan tangisnya.

Sasya hanya tersenyum dengan ikhlas.

"Nanti cinta akan datang ke Lo. Dengan cara yang indah dan waktu yang tepat." Ucap Nia.

Chasing The My DreamOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz