Ugly 34 - Tolong Jujur, Letta!

Start from the beginning
                                    

"Lo barusan ngo-ngomong a-apa?"

Riyu menepuk jidatnya sendiri. Kedua pipi Riyu memerah karena malu.

"Riyu?"

"Ayo pulang!" Riyu membalikkan badan, berjalan lebih dulu dari Scarletta.

"Riyu, jawab. Tadi itu apa?"

Scarletta mengekor di belakang Riyu. Ah, lelaki ini benar-benar menyebalkan. Bibir Scarletta mengerucut, karena usahanya meminta penjelasan berakhir sia-sia.

Langkah Riyu semakin cepat hingga ia tertinggal di belakang. Gadis itu berhenti berjalan, memegangi lututnya karena lelah. Tiba-tiba, rasa sakit menyerang punggungnya, membuatnya susah bernapas.

Riyu yang merasa tidak ada orang di belakangnya pun menoleh, menyadari bahwa Scarletta tertinggal cukup jauh darinya. Lelaki itu berlari ke arah Scarletta dengan raut wajah cemas.

"Kenapa, Ta?" panik Riyu, seraya memegangi pundak gadis itu.

"Nggak kenapa-kenapa," bohong Scarletta.

"Bohong! Muka lo pucat gitu, tandanya lo kenapa-kenapa!" tukas Riyu. Tanpa pikir panjang, lelaki itu mengangkat tubuh Scarletta ke dalam gendongannya.

"Yu, turunin. Malu!" ronta Scarletta.

"Malu digendong sama orang brengsek kayak gue?"

"Enggak, tapi—"

"Kalau gitu nggak usah bantah."

"Bukan." Scarletta menggeleng cepat. Ya, saat ini mereka menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang berlalu lalang. "Nanti kalau ada yang gosipin kita—"

"Eh ... nggak usah mikirin gunjingan orang. Mereka punya mata, berhak lihat apa pun yang mereka mau."

"T-tapi, lo pacar Al—"

"Aku tunangan kamu. Kamu harusnya dengarin aku, bukan orang-orang!"

Scarletta terdiam untuk ke sekian kalinya. Jujur, rasa sakit yang ia rasakan tidak sebanding dengan rasa senangnya yang nyaris membuatnya berteriak kegirangan. Ia melingkarkan tangannya ke leher Riyu, membenamkan kepalanya di dada bidang lelaki itu.

o0~AMU~0o

Sepulang sekolah, tempat yang dituju Linggar adalah rumah Aluna. Muka lelaki itu terlihat kusut. Bola matanya memerah, seolah butuh pelampiasan untuk membagi luka-lukanya.

Linggar turun dari motor besarnya, lalu melepas helem yang membungkus kepala. Lelaki itu memandangi bangunan mungil di hadapannya. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya melangkahkan kaki menuju teras rumah.

"Linggar, kamu datang—"

Ucapan Aluna terpotong kala Linggar meraih gadis itu dalam dekapannya. Napasnya tak beraturan. Ia bahkan tidak peduli siapa yang ia peluk saat ini.

"Kita ke dalam, yuk?" ajak Aluna, melepaskan Linggar dari pelukannya.

Lelaki itu menurut. Pandangannya kosong, mukanya terlihat masam.

Linggar menghempaskan dirinya di sofa ruang tamu Aluna. Punggungnya disandarkan pada sandaran sofa. Tangannya sibuk memijat pelipis, dengan tatapan membentur langit-langit ruangan.

Aluna tersenyum penuh kemenangan. Ia tahu Linggar sedang ada masalah, dan pasti akan datang kepadanya. Ya, kenyataannya, memang Aluna yang paling mengerti Linggar. Sedikit banyaknya, lelaki itu masih menyimpan rasa, walau enggan untuknya kembali menjalin hubungan.

"Kamu disakitin lagi sama orang lain?" suara Aluna melunak. Tangannya bergerak mengusap wajah Linggar.

"Kan udah aku bilang, cuma aku yang bisa ngertiin kamu. Dan ...." Aluna mendekatkan wajahnya ke kuping Linggar. "Kebutuhan kamu."

After Me UglyWhere stories live. Discover now