Bagian duapuluh enam

611 86 0
                                    

1 Desember, when the air starts to cool.

Jungkook menatap lurus kedepan, ia kini mengerti kenapa ayahnya pergi, ia kini mengerti kenapa ibunya marah saat ia merengek karena menginginkan ayahnya.

Karena ayahnya adalah seorang penghianat.

Usai melihat pemandangan sebuah keluarga yang sangat bahagia siang tadi, ia kini sadar, ayahnya tidak lagi menyayanginya. Ayahnya lebih memilih keluarga lain dibanding dirinya, ayahnya meninggalkan nya sendirian.

PLAKKKK

Suara tamparan itu mengagetkannya, ia dengan cepat mengintip dari balik pembatas tangga, disana terlihat Ibunya yang terlihat marah, dan ayahnya yang masih dengan setelan yang sama seperti ia lihat sebelumnya.

"Kau gila?! Kau ingin aku meninggalkan Jungkook padamu?!" Jungkook terdiam saat namanya disebut dnegan lantang oleh sang ayah, dirunah ini hanya ada dirinya, Taehyung dan Hoseok pergi membeli ice cream disupermarket, sedangkan Yoongi pergi keakademi belajarnya.

"YAA! TINGGALKAN DIA! AKU TIDAK PEDULI!" Nyonya Jeon berteriak nyaring, seakan tidak ingin kalah oleh Tuan Kim.

"Hahaha, kau pikir aku gila? Kau bahkan tidak pernah menganggapnya! Kau membuat ku hampir kehilangannya selama delapan tahun hidupnya!" Tuan Kim berseru.

Jungkook menatap kedua orang tuannya, memasang Indra pendengaran nya dengan baik. "Ini salahmu! Sudah kubilang aku tidak ingin memiliki anak lagi! Aku ingin merawat Taehyung dengan baik! Tapi apa?! Aku hamil, sudah kuminta denganmu untuk menggugurkannya, tapi kau bersikap seolah pahlawan dan membuatnya lahir Didunia ini." Jungkook menatap Ibunya tidka percaya, mata anak berusia delapan tahun itu berkaca, siap untuk menumpahkan air matanya.

"Kau memang gila! Dia anakmu! Anak kandungmu! "

"Aku tidak peduli! Bahkan jika dia mati!" Jungkook terhenyak ditempatnya, berusaha menahan isakannya yang ingin keluar. "Aku harus mengecamkan hal ini! Tidak ada satupun orang dirumah ini yang akan ikut denganmu! Termasuk anak itu! Aku akan membuatmu menyesal karena telah memilih wanita itu." Nyonya Kim pergi begitu menyelesaikan kalimatnya, tidak ada yang menyadari jika seorang anak bermata bulat tengah menangis tanpa suara dibalik pagar pembatas tangga.

°
°
°

"Kenapa Yoongi Hyung ada disini?" Tanya Jungkook saat menyadari sosok Yoongi yang tidur disofa ruangan dengan keadaan berantakan.

"Mabuk." Jawab Namjoon singkat, pemuda itu mengangkat bahunya enteng, seolah sudah sudah mengenal Yoongi dengan baik.

"Dari mana kau mengenal nya?" Tanya Jungkook, kini ia menatap Namjoon penuh intimidasi, ia ingat jika ia tidak pernah menceritakan apapun tentang keluarganya pada Namjoon.

"Aku melihatnya berbicara padamu beberapa kali, dan foto yang ada didalam dompetmu." Jungkook menghela nafasnya pelan, arghhh ia melupakan sebuah foto keluarga usang yang ia selipkan disaku atau dompet nya.

"Jimin akan kesini setelah sekolahnya selesai, yang kutahu anak itu sangat membenci pria ini." Namjoon melihat sekilas kearah Yoongi, kemudian kembali pada kegiatan yang ia lakukan sebelumnya. "Dan kuharap dia pergi secepat nya." Lanjut Namjoon.

Jungkook hanya diam, menaggapi Namjoon yang sepertinya juga tidak menyukai sosok Yoongi. "Aku akan menelepon Hoseok Hyung." Ujar Jungkook, ia menggapai ponselnya yang ada dinakas, kemudian menghubungi Hoseok.

Tiga panggilan, tapi sama sekali tidak terjawab oleh Hoseok. Jungkook terkekeh pelan, ia lupa jika Hoseok tidak pernah mengangkat teleponnya atau membalas pesannya. "Hyung, bisa kau hubungi nomor ini?" Namjoon mengerutkan keningnya bingung ketika Jungkook menyodorkan ponsel padanya.

Namjoon tidak bertanya, hanya langsung menghubungi nomor itu. "Eoh, Hoseok?" Gumam Namjoon saat nomor telepon itu menampilkan nama Jeon Hoseok diponselnya.

"Kau kenal Hoseok Hyung?" Namjoon menganggu mengiyakan, Hoseok adalah teman kampusnya yang baik dan ceria.

Telepon tersambung, setelah mereka menunggu selama beberapa saat. "Ambil ini." Bisik Namjoon, ia menyerahkan ponselnya pada Jungkook.

Jungkook yang awalnya menggeleng kencang berhenti ketika ponsel itu ada ditangannya. "Ohhh! Kim Namjoon! Ada apa?" Suara itu terdengar semangat, dan ceria, berbeda dengan Jeon Hoseok yang dikenal Jungkook.

"Hyung..... Ini aku, Jungkook. Yoongi Hyung ada disini, dia mabuk. Aku diruangan yang ada diujung koridor." Ucapnya cepat, tidak ingin berlama-lama berbicara pada Hoseok, takut kakaknya itu merasa marah atau kesal dipagi hari.  ia mematikan Telepon itu sesaat setelah ia menyelesaikan ucapannya. "Terimakasih Hyung." Ujarnya dnegan senyum kecil.

"Jungkook-ah, kuharap kau tidak menyembunyikan apapun dariku." Ucap Namjoon tiba-tiba, hal itu hanya ditanggapi oleh senyum tipis dari Jungkook, yang membuat Namjoon menghela nafasnya pelan.

Jungkook bergerak turun dari brankarnya, menyeret tiang infus yang masih tersambung padanya, hal itu membuat Namjoon mengerutkan wajahnya bingung. "Mau kemana kau?" Tanyanya.

"Toilet, hari Hoseok Hyung mungkin akan buruk jika melihatku. Aku tidak ingin paginya hancur karenaku." Ujar Jungkook polos, ia berucap seperti itu seakan hal itu bukanlah sesuatu yang menyakiti hatinya.

Namjoon menukikkan kedua alisnya tajam, ia menatap tidak suka pada Jungkook, tapi anak itu bersikap seolah tidak melihatnya dan tetap berjalan memasuki kamar mandi.

Tok... Tok... Tok....

Namjoon mendesah kesal, sungguh, ia tidak pernah mengira sosok Hoseok yang dikenalnya ternyata seorang pria brengsek yang memperlakukan Jungkook dengan buruk. Ia berjalan dengan langkah tegas menuju pintu, menyambut Hoseok dengan wajah mengeras miliknya.

"Namjoon-ah, bagaimana anak itu bisa memegang ponselmu? Jangan bilang dia mencurinya?" Namjoon menatap Hoseok tajam, hah? Apakah temannya selalu sebodoh ini?

"Namanya Jungkook, bukan anak itu, aku yakin kau tahu namanya, dan jangan pernah menyebut adikku seperti itu dengan mulut brengsek mu." Tekan Namjoon pedas, ia tidak lagi bisa menahan lidahnya untuk tidak berucap tajam. "Bawa Hyung-mu dari sini." Lanjutnya dingin.

Hoseok tertawa sinis, "Setelah Yoongi Hyung, dan Kim Uisa-nim, ternyata kau juga ikut termakan dengan hasutannya." Ucapnya, Namjoon hanya diam, berusaha menahan emosinya yang hampir sampai pada puncaknya, bagaimanapun Hoseok 'sempat' menjadi temannya.

Hoseok lantas memasuki ruangan Jungkook, kemudian membopong tubuh Yoongi meninggalkan ruangan itu.

"Dia kakakmu? Kau yakin?" Tanya Namjoon sinis begitu Jungkook keluar dari toilet seolah tidak mendengar apapun."Kau tahu? Aku menyukai semua ekspresi wajahmu, tapi paling membenci yang satu ini." Ujarnya dingin. Senyum kecil, dan mata kosong yang terlihat diwajah Jungkook saat ini membuat Namjoon tahu, jika anak itu tidak baik-baik saja.

 Senyum kecil, dan mata kosong yang terlihat diwajah Jungkook saat ini membuat Namjoon tahu, jika anak itu tidak baik-baik saja

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

HAYYY!!!! Alasan saya disini siang-siang bolong? GABUT. Jadi sebenarnya hidup aku tuh dipenuhi gabut, gabut aja gitu. Hidup aku boring banget, nggk punya ayang sih.....
Ehh, ada deng.

Jamais-vu : Solitude [JJK]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu