Bagian duapuluh dua

620 98 1
                                    

Happy reading! Jangan lupa tekan bintang!!!

"Hyung! Kenapa kau tidak penjawab teleponmu? Ponselmu terus berdering sedari tadi!" Jungkook merengek kesal pada Jimin yang duduk disampingnya.

Ponsel Jimin berdering sedari tadi, dan itu berisik!

Jimin hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Jungkook dan memilih membaca komik yang ada ditangannya.
"Hyung!" Seru Jungkook kesal.

"Sudahlah Jungkook, aku hanya malas." Ujar Jimin, matanya masih berfokus pada komik, dengan wajah datar yang sedikit memerah.

Jungkook diam ditempatnya, matanya terus menatap kearah Jimin yang terlihat menyembunyikan seusatu. Heol, mana mungkin seorang Jimin mengacuhkan panggilan telepon? Ditambah lagi dengan wajah pemuda itu memerah tanpa sebab.

Jungkook menggerakkan tangannya cepat, bersyukur tangannya yang terbebas dari Infus berada dekat dengan nakas yang menjadi tempat ponsel Jimin tergeletak. Dengan cepat ia menggeser layar ponsel itu kearah jawab. "YAAAA JUNGKOOK-AH!" Jimin berteriak marah, ia terlambat karena melewatkan sedikit pergerakan Jungkook.

"Jimin-ah, kau tahu dimana Jungkook? Sedari tadi ia tidak menjawab." Terdengar suara Hoseok dari ponsel itu, Jungkook menatap layar ponsel itu, tertera nama 'Jeon Hoseok'.

Ia mengangkat satu tangannya pada Jimin, meminta pemuda yang lebih tua darinya itu untuk menutup mulut. "Hey, Jimin-ah. Taehyung colaps, dia butuh darah Jungkook." Jimin mengeratkan rahangnya marah, ia sudah menduga ini.
Anak kedua keluarga Jeon itu hanya menghubunginya disaat seperti ini, seharusnya ia memblokir nomor telepon pria itu sedari dulu.

"Astaga, kurasa sinyalnya sedang tidak bagus." Gumam Hoseok kebingungan.

Tut.......

Telepon itu mati, menyisakan Jungkook dan Jimin yang masih terdiam diposisi mereka masing-masing. Jungkook menurunkan tangannya yang memegang ponsel, kemudian menatap kearah Jimin yang terlihat marah.

"Hyung, aku harus pergi." Lirihnya pelan.

"Tidak." Kata tegas itu terdengar dari Jimin, ia mencoba untuk tidak menatap Jungkook saat ini.

"Hyung.... Kumohon."

"Tidak, kubilang tidak. Kau lupa karena apa kau ada disini? " Geram Jimin, pemuda itu mengepalkan tangannya erat, sulit mengendalikan kemarahannya saat ini. "Kau adalah orang paling bodoh yang pernah kukenali Jeon Jungkook." Lanjutnya pelan. "Sial..." Umpat Jimin pelan saat menatap mata Jungkook yang saat ini memerah, sama seperti miliknya.

"Kau sedang sakit Jeon Jungkook. Uisa-nim bilang kau juga butuh transfusi darah." Ucap Jimin pelan, ia tidak bisa. Ia sama sekali tidak tahan saat melihat mata Jungkook yang memohon padanya untuk orang lain.

"Nan gwenchana...... Aku serius." Jimin menggeleng pelan saat mendengar perkataan Jungkook yang tentu saja adalah dusta.

"Kau kira aku tidak mengenalmu? Aku bahkan sudah melihat semuanya darimu. Kau merasa pusing, aku tahu itu. Bahkan sekarang, kau memaksakan dirimu untuk duduk disana." Ungkap Jimin, ia bahkan melihat tubuh merah Jungkook saat anak itu lahir.

"Aku sangat mengenalmu Jeon Jungkook."

"Aku serius! Aku baik-baik saja! Aku bisa memberikan darah untuk Taehyung Hyung!"

"Siapa yang akan memberikan darahnya?" Pintu ruang rawat terbuka, menampilkan Seokjin dengan dua rantang makanan yang ada dikedua tangannya. Kedua alis peria tampan itu menukik tajam.

"Kenapa kau disini?" Tanya Jungkook bingung.

"Tidak ada yang ingin menjawab ku? Siapa yang ingin memberikan darahnya?" Seokjin tidak menghiraukan pertanyaan Jungkook, ia beralih menatap kearah Jimin yang masih diam sejak ia datang.

"Jungkook-ie...." Jawab Jimin pelan.

"Woahhh, kau manusia super? Kau bahkan sulit berjalan saat ini, dan apa? Kau ingin menyumbangkan darahmu?" Seokjin terseyum sinis kearah Jungkook, ia melangkahkan kakinya memasuki ruangan, kemudian menyimpan dua rantang itu nakas.

Jungkook mendengus kesal, "Bukan urusanmu!" Sentak Jungkook kesal.

"Yaaaa! Jeon Jungkook! Jin Hyung lebih tua darimu." Seru Jimin tegas, bagaimanapun Seokjin lebih tua daripada mereka, berseru kesal seperti itu sangat tidak sopan.

"Gwenchana, Jimin-ah." Ujar Seokjin dengan senyumnya. "Kim Jung- ahhh maksudku, Jeon Jungkook!" Jungkook menatap Seokjin dengan tatapan menantang yang justru dibalas dengan kekehan kecil dari Seokjin. "Jika kau bisa berputar sebanyak tiga kali, kemudian berjalan kearah Pintu tanpa jatuh aku akan melepaskan infusmu dan mengizinkan mu pergi." Tantang Seokjin berani, membuat Jungkook menatap pria itu dengan penuh tekad.

Jungkook turun dari brankarnya dengan mudah, kemudian berputar tiga kali disamping brankar nya, ia berhasil, walau rasa pusing yang mendera kepalanya bertambah. "Aku akan berhasil!" Gumamnya, ia berjalan kearah pintu, dengan Jimin yang mendorong tiang infusnya.

Jungkook terhuyung saat tangannya melepaskan tiang infus yang sebelumnya ia jadikan sanggahan. "Kau gagal." Putus Seokjin, pria itu berjalan kearah Jungkook dan menggendong anak itu dengan mudah kebrankar.

"Apa yang kau lakukan?! Aku tidak terjatuh!" Pekik Jungkook kesal, ia memberontak dalam gendongan Seokjin. Ia hanya terhuyung, tidak jatuh! Ingat itu, tidak jatuh!

"Kau hampir jatuh, itu sudah dihitung kekalahan." Ujar Seokjin tenang setelah menurunkan Jungkook kembali dibrankar.

"Tap-"

"Aku akan memberikan darahku untuk Taehyung, dan untukmu." Seokjin memotong tindak protes yang baru saja akan dilayangkan Jungkook. Ia tersenyum kecil saat Jungkook terdiam dengan mata mengerjab dan bibir mengatup rapat.

Jimin mengerutkan dahinya bingung, "Hyung....." Sahut Jimin.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin membantu." Ungkap Seokjin dengan senyum penuh artinya. "Jadi, karena aku akan memberikan darahku, kalian harus berterimakasih dengan menghabiskan seluruh makanan itu tanpa sisa. " Seokjin menunjuk dua rantang yang ada dinakas, kemudian menatap kearah Jungkook yang masih terdiam menatap nya.

"Kau sedang sakit, memikirkan orang lain memang sebuah perbuatan baik, tapi kau juga harus memikirkan dirimu sendiri." Tangan besar pria tampan itu mendarat tepat rambut hitam legam milik Jungkook, ia kemudian menggerakkan tangannya lembut disana, mengusap pucuk rambut yang sedari dulu ia ingin sentuh.

"Jimin-ah, Taehyung juga biasanya dirawat disini, bukan?" Jimin mengangguk cepat, rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan yang paling dekat dilingkungan mereka. "Aku pergi, jangan lupa makan." Seokjin melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Jungkook, menuju ruangan Taehyung yang tentu saja sudah ia ketahui.

" Seokjin melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Jungkook, menuju ruangan Taehyung yang tentu saja sudah ia ketahui

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hay.......... So im back •_• alasannya gabut aja gitu....... Klo gabutnya nggk hilang2 nanti bisa ke Up sampe habis, gimana dong? Aaaaaa whatever °•°

Jamais-vu : Solitude [JJK]Where stories live. Discover now