Dua puluh Empat

637 91 0
                                    

Hai •3•

"Kim Namjoon! Kumohon, lupakan orang-orang itu dan tinggallah bersamaku!" Pria paruh baya itu berseru pada sosok tinggi yang hampir saja meninggalkan ruang makan private disebuah restoran mewah.

Namjoon menghentikan langkahnya, "Orang-orang itu? Tidak akan pernah, aku kesini karena ingin menekankan satu hal padamu! Jangan pernah mengusik keluarga ku." Ucap Namjoon dengan wajah mengerasnya, emosinya saat ini membludak, berada ditingkat tertinggi. "Kau memang orang yang tidak tahu terimakasih, kau pikir anakmu ini akan bertahan jika bukan karena seorang wanita tua yang kau panggil 'orang orang itu'? " Namjoon menatap tajam kearah pria  yang ayah merupakan biologisnya.

Bertahun-tahun ia mencari tahu orang tua kandungnya, bertahun-tahun ia bertahan untuk mengetahui ayah biologisnya, dan apa ini? Orang tuanya hanya keluarga kaya yang brengsek. "Apa yang kau harapkan darinya? Sebuah pelukan bodoh? Itu hanya membuatmu kesusahan!"

Namjoon tertawa hambar, " Pelukan itu bahkan bisa membuat seorang anak sekarat bertahan dan menjadi seperti yang kau lihat." Ujarnya disertai senyum miring.

"Tidak usah bersusah payah menjelaskan semuanya, karena aku tidak akan pernah mendengarkannya. Jika kau mengusik keluarga ku lagi, jangan harap kau bisa melihatku bernafas seperti sekarang." Ancamnya, ia membalikkan tubuhnya, kemudian berjalan meninggalkan ruangan itu dengan nafas yang menggebu.

°
°

"Namjoon Hy-" Jungkook menutup rapat bibirnya saat sosok Namjoon memasuki ruang rawat dengan wajah mengeras. "Apa yang terjadi?" Tanyanya khawatir.

"Tidak ada." Namjoon tersenyum kecil, berusaha membuat Jungkook tidak mengorek informasi.

"Kau bohong, ayolah Hyung! Aku mengenalmu!" Gerutu Jungkook kesal, ia turun dari brankarnya, dengan tiang infus yang ia seret dengan satu tangan. "Kau terlihat sangat aneh beberapa Minggu ini." Ujar Jungkook setelah duduk tepat disamping Namjoon.

"Jungkook-ah, bagaimana jika ayahmu yang selama ini kau cari tiba-tiba muncul dan memerintahkan mu untuk tinggal dengannya?" Jungkook terdiam sesaat, mata bulatnya mengerjab pelan.

"Kau menemuka orang tuamu!?" Tanya Jungkook, ia membulatkan matanya, terkejut dengan pertanyaan Namjoon yang seakan memberitahunya jika Tuan Kim yang selama ini dicari-cari Namjoon akhirnya muncul, dan ingin tinggal bersama.

Namjoon mengangguk pelan, ahhhh ia memang cukup bodoh untuk menyembunyikan sesuatu. "Kau gila?! Tentu saja kau harus tinggal bersamanya!" Pekik Jungkook senang, membuat Namjoon menatap lekat Jungkook.

"W-wae? Kenapa? Apa ada yang salah?" Tanya Jungkook kikuk, bukankah menemukan orang tua yang kau cari selama ini adalah berita yang bagus? Tapi kenapa Namjoon malah menatapnya seolah-olah responnya salah?

"New York, mereka tinggal disana. Mereka memintaku mengikutinya." Ucap Namjoon tiba-tiba.

"MWO?! Ja-jadi kau akan pergi?" Namjoon lantas menggeleng cepat.

"Tidak, kau pikir aku akan meninggalkan Halmonie dan anak-anak lainnya?" Jungkook menggeleng, Namjoon meninggalkan panti adalah hal yang sangat tidak mungkin. "Kau ingat saat aku menghilang selama beberapa hari?" Jungkook mengangguk cepat. "Saat itu ayahku pertama kali menemuiku, dikampus."

"Bukannya kau berada dirumah sakit?"

"Sebelum itu. Jin Hyung, menyambarku dengan mobilnya didaerah gunung, aku menenangkan diriku disana." Jungkook menatap lekat Namjoon, tentu saja ini adalah pilihan yang sulit untuk pemuda itu.

Namjoon mengusak kasar rambutnya, "Jungkook-ah, apa aku pernah memberitahumu jika aku pernah menjalani operasi mengangkatan tumor?"  Jungkook menggelengkan kepalanya kencang dengan mata yang membulat lebar. "Saat itu Halmonie adalah pengasuh yang mereka bayar untuk menjagaku, sayangnya setelah pengangkatan tumor itu aku tidak sadar selama berbulan-bulan. Saat aku sadar, hanya Halmonie yang berada disana, dan setelah itu, aku tidak pernah mendengar tentang orang tua ku lagi." Suara Namjoon terdengar serak, air mata akan menetes diwajahnya jika saja ia tidak mengusap matanya dengan kasar.

"Hyung....."

"Mereka memintaku untuk meninggalkan Halmonie, mereka sangat egois, bukan?" Jungkook memeluk Namjoon erat, ini adalah pertama kalinya ia melihat sisi yang berbeda dari Namjoon. Mengingat semua perlakuan Halmonie, sangat tidak tahu terimakasih jika Namjoon memilih ikut bersama orang tuanya.

°
°
°

"Hyung!!" Hoseok berseru saat Yoongi nanya terdiam, seakan tidak memperhatikan ucapannya.

"W-wae?" Tanya Yoongi terkejut.

"Ahh sudahlah, kau hanya melamun entah memikirkan apa." Kesal Hoseok, ia memilih meninggalkan Yoongi dan keluar dari ruang rawat Taehyung.

Ting......

"Aku Kim Seokjin, temui aku dikantin rumah sakit."

Pesan itu membuat dari Yoongi berkerut, tapi kemudian mengangguk mengerti. Kim Seokjin, pria yang mendonorkan darahnya untuk Taehyung. Ia berdiri dan meninggalkan ruang rawat Taehyung yang hanya diisi oleh Taehyung yang terlelap.

"Annyeonghaseyo...." Sapa Yoongi begitu menemukan sosok Seokjin yang saat ini duduk disalah satu bangku yang ada disana.

Seokjin hanya diam, tidak menanggapi sapaan Yoongi. "Aku tidak lagi ingin berbasa-basi, aku adalah Kakakmu, sekaligus Kakak Hoseok, Taehyung, dan Jungkook-ie." Ucap Seokjin tepat pada niatnya, ia tidak ingin lagi menunggu, ia ingin Yoongi mengetahui semuanya, semua kebenaran yang berawal karenanya.

"Hahaha, leluconmu sangat garing Kim Seokjin-ssi." Yoongi tertawa pelan, sebenarnya sama sekali tidak lucu, tapi ia akan tertawa untuk menghormati lelucon Seokjin.

"Aku tidak bercanda Kim Yoongi." Seokjin menekan nama Yoongi dengan marga Kim, menatap mata pria yang ada dihadapannya lekat.

Yoongi terdiam selama beberapa saat, mengingat sesuatu yang ada diingatan nya, ia masih mengingat nya, wajah remaja lelaki yang hampir seumuran dengannya dijemput dengan mobil hitam milik ayahnya disebuah Akademi belajar yang sempat ia tempati. Alisnya menukik tajam ketika berhasil mengingat nama anak itu, anak yang terlihat sangat percaya diri karena terus membual tentang ketampanan nya. "Sudah mengingatnya?" Tanya Seokjin.

"Kau remaja itu." Gumam Yoongi pelan.

"Benar, saat itu aku tidak tahu jika ternyata kau adalah adikku." Yoongi menatap tajam Seokjin, merasa jika pembawaan Seokjin terlalu enteng untuk masalah yang ia anggap bencana dalam hidupnya.

"Kau ingin tahu kebenarannya? Kim Yoongi-ssi?" Seokjin tersenyum miring, rupanya marga Kim yang ia sebutkan membuat Yoongi marah. "Kau adalah awal dari semuanya, awal dari memburuknya kehidupanmu , kehidupanku, dan kehidupan Jungkook. Kau adalah penyebab dari semuanya." Seokjin berucap dengan penuh tekanan, menatap mata Yoongi tajam, setajam mata Yoongi yang kini tengah menatap kearahnya.

" Seokjin berucap dengan penuh tekanan, menatap mata Yoongi tajam, setajam mata Yoongi yang kini tengah menatap kearahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gimana-gimana? Greget nggk liat Bang Jin gituiin Bang Ugi? Klo aku seh greget yah. Soalnya Bang Jin lagi bertarung Ama Bang Ugi yang pedas kek cabe ㅠㅠ Dahlah, makin banyak aja bacotnya nih orang. See u!!!


Jamais-vu : Solitude [JJK]Where stories live. Discover now