Bagian empat puluh delapan

829 80 3
                                    

"Dimana Jungkook-ie?" Yoongi berjalan menuju kamar kecil, membukanya kemudian menutupnya kembali. Matanya tidak menangkap Jungkook didepan ruangan, tidak ada didalam ruangan, juga tidak ada didalam kamar kecil.

Ia menatap ibunya penuh tanya, saat itu juga menyadari jika wajah ibunya sembab memerah. "Ada apa?"

"Jungkook-ie pergi." Lirih wanita itu.

"Dia kekantin? Atau diruangan Jin Hyung?" Nyonya Jeon menggeleng. Yoongi mengerutkan alisnya, tolong katakan jika yang ada dipikirannya salah. "Dia keluar? Diluar hujan."

Nyonya Jeon mengangguk, "Mama!! Dia tidak boleh kedinginan!" Yoongi sontak berseru marah, setelah itu berlari menuju pintu utama rumah sakit dengan langkah besar. Ia mengumpat pelan, bagaimana jika Jungkook benar-benar diserang hipotermia? Mendengarnya saja sudah buruk. Ia berusaha sangat keras agar Jungkook tidak mengalami itu, ia ingin adiknya selalu baik-baik saja.



"HYUNG!!!!"

Pemuda dengan topi baseball itu berbalik kebelakang, tapi kemudian mengumpat pelan. Ia sudah pergi sejauh mungkin untuk tidak bertemu siapapun, tapi rupanya manusia dengan mata bulat itu berhasil menemukannya.

Mata sipit Namjoon sontak membulat, Jungkook baru saja duduk disampingnya dalam keadaan basah kuyup. "YAKK! KAU TIDAK KEDINGINAN?" Ia hanya melihat senyum lebar dibibir pucat pemuda itu.

"Hyung, itu tidak benar, bukan? Bukan kau, kan?"

Namjoon terkekeh miris, "Jungkook-ah, aku bertemu ayahku. Dia tidak seperti yang kubayangkan, jauh dari yang kubayangkan. Halmonie bohong, ayah ku adalah pendosa. Aku tidak ingin lagi menemui ayahku, aku akan hidup sebagai anak buangan selamanya."

"Dia mengambil Halmonie dariku." Namjoon menunduk dalam, tangannya saling meremas. Kakinya yang bergantung diterpa angin. Tidak lama setelah itu, Namjoon menangis. Kawasan kosong yang tidak berpenghuni itu menjadi saksi banjirnya netra seorang Kim Namjoon.

Jungkook merenung selama beberapa saat, kemudian berdiri dan berlari menjauh. "HYUNG!!! LAKUKAN SEPERTIKU!! KAU AKAN MERASA LEBIH BAIK!!!" Jungkook berseru, merentangkan tangannya kesamping. Membiarkan tubuhnya yang sudah kedinginan bertambah kedinginan karena diterpa angin. Ketinggian seakan tidak menakuti pemuda itu, ia menutup matanya, tersenyum kecil diatas sana. "KAU PENGECUT!!!" Pekiknya. Anak itu tengah berdiri diatas gedung kosong yang ada disana.

Namjoon memutar bola matanya malas, oh ayolah! Ia masih harus membesarkan anak panti lain, naik keatas sana sama dengan menyerahkan dirinya pada Tuhan. "KAU BODOH!!" Namjoon ikut memekik, disambut tawa lebar dari Jungkook yang saat ini menatap kearah Namjoon.

Namjoon terkekeh pelan, lihat saja tawa bodoh anak itu.

BRUK.....

Namjoon berdiri dari duduknya, menajamkan matanya. "YAKK!!! JANGAN BERCANDA!!!" Teriaknya panik, ohh ayolah. Ia benar-benar akan mengetuk kepala Jungkook kencang jika saja anak itu bermain-main padanya.

Tidak ada balasan, suara angin yang semakin kencang seakan membawa ketakutan pada Namjoon. Ia berlari cepat, baiklah, untuk saat ini ia akan mengalah, ia akan naik keatas sana untuk Jungkook. Tapi tolong jangan kecewakan Namjoon dikali pertamanya. "Jungkook-ah!"

"Hyung, kau tahu aku benci rumah sakit, kan?" Jungkook melirih pelan dengan nafasnya yang memberat, ia terkekeh kearah Namjoon yang saat ini sedang kepanikan berusaha menelepon siapapun. "Hyung, dingin...."

"Sial..."



"YAKK!!! JEON YOONGI!!!! AKU BENAR-BENAR AKAN MEMBUNUHMU!!! PULANG SEKARANG, BODOH!!" Namjoon mengumpat kencang, suaranya bergema diruang keluarga. Ini gila untuknya, sudah satu jam sejak ia membawa Jungkook Pulang kekediaman keluarga Jeon. Sudah satu jam sejak ia berusaha menghubungi siapapun untuk bisa membujuk Jungkook pergi kerumah sakit. Ia marah, marah pada semua orang termasuk Jungkook yang menolak keras untuk pergi kerumah sakit padahal bibir anak itu sudah membiru.

Jamais-vu : Solitude [JJK]Where stories live. Discover now