Bagian sembilan

698 100 0
                                    

Hay!!! Happy reading! Hope u enjoy!!

Jungkook memasuki rumahnya yang lagi-lagi sudah gelap, kali ini langkahnya tidak ia arahkan ke kamarnya, tapi kesebuah kamar yang berada tepat disamping kamar Yoongi.

Ia membuka pintu kamar itu pelan, berharap suaranya tidak membuat orang yang berada didalam sana terganggu karena atensinya. Mendekat sesaat setelah memastikan pemilik ruangan itu telah terlelap.

Langkahnya ia dekatkan kearah tempat tidur, kemudian duduk dilantai yang ada disamping kasur itu. Matanya menatap lekat pemilik wajah cantik yang sedang terlelap. "Mama, hari ini terasa lebih berat. " Ujarnya pelan, suaranya berat, seakan menahan sesuatu yang akan keluar dari dirinya.

"Mama, Kau tahu?" Keheningan membelenggu ketika Jungkook menjeda ucapannya.

"Beberapa hari yang lalu aku berhasil memenangkan mendali. Aku mengalami cedera, dibahu. Hanya terkilir, tapi sakit nya belum mereda hingga sekarang." Jungkook kembali terdiam, suaranya kini tercekat, matanya sudah memanas.

"Mama...... Aku lelah. Tidakkah kau ingin memelukku?"

"Kenapa rasanya sangat sulit? Kenapa masalah terus berdatangan? Hari ini Namjoon Hyung menghilang, tidak ada kabar apapun darinya, aku pergi kepanti, tapi mereka juga tidak tahu. Aku ingin melihat senyum Namjoon Hyung, itu menenangkan." Air matanya kini mengalir, matanya yang bulat mengeluarkan air mata dengan deras, ia terisak pelan, seperti seorang anak yang sedang menangis dan mengadu kepada ibunya.

"Aku harus berhenti latihan untuk sementara, cederanya ternyata lebih buruk dari pada perkiraan ku. Sekarang bagaimana aku meluapkan emosiku?" Cederanya buruk, membuat ia harus berhenti latihan untuk sementara, dokter memerintahkannya begitu.

"Huhhhh, terimakasih karena sudah mendengar kan ceritaku." Jungkook mengusap kasar wajahnya, kemudian berdiri dan berjalan keluar dari kamar Nyonya Jeon dengan hati-hati.

Saat harinya terlalu berat, ia biasa melakukan hal ini, memasuki kamar Nyonya Jeon secara diam-diam dan menangis dilantai sambil menatap wajah ibunya yang terlelap.

Tanpa menyadari jika Sepasang mata tengah menatapnya lekat dari kegelapan. Sosok itu, mendengar semua ucapan Jungkook didalam sana, ia meraup kasar wajahnya, bahkan untuk bercerita Jungkook harus menunggu saat semua orang terlelap.



"Hyung! Cepat! Aku sudah selesai! " Taehyung berseru pada Yoongi yang masih  berada dikursi sebuah toko baju yang mereka datangi.

Yoongi berdiri saat mendengar suara Taehyung, tapi langkahnya berhenti saat melihat sebuah jaket tebal berwarna hitam, pikirannya langsung tertuju pada Jungkook.

Jungkook selalu memakai Hoodie dicuaca yang mulai mendingin, tangannya bergerak mengambil jaket itu dan membawanya pada seorang pegawai yang ada disana. "Tolong ukuran yang paling besar, aku akan mengambil nya dikasir." Yoongi berjalan kearah Taehyung yang sudah berada dikasir dan memberikan kartu kreditnya pada pegawai toko.

Musim dingin akan segera datang, Yoongi membawa Taehyung ketoko baju untuk memastikan adiknya itu memiliki pakaian yang cukup tebal untuk dikenakan dimusim dingin.

"Eoh? Kau membeli ini Hyung? " Taehyung mengangkat jaket hitam yang tadinya Yoongi pilih.

"Hmm, aku membelinya."

"Untuk apa? Ini bukan ukuranmu." Tanya Taehyung bingung.

"Untuk Jungkook." Setelah mengucapkan itu Yoongi berjalan lebih dulu meninggalkan toko pakaian.

Taehyung terdiam, ia menatap jaket hitam tebal yang ada disalah satu paperbag yang dibawanya.

"Hyung! " Yoongi menoleh kepada Taehyung yang duduk disampingnya, mereka kini sudah berada didalam mobil.

Jamais-vu : Solitude [JJK]Where stories live. Discover now