Chapter 46 : Paris I'm in Love

3.7K 367 14
                                    

♚♚♚

Menikmati malam yang cukup dingin, Lisa sedang memandangi menara Eiffel dari sebuah jembatan yang seringkali dilewati oleh banyak turis. Bersama dengan seorang wanita yang sangat ia cintai. Lisa menautkan jarinya dengan jari-jemari mungil milik Jennie. 

"Baby..."

"Hm?"

"Apakah kau memiliki pernikahan impian?" tanya Lisa dan ia menatap langsung kedalam mata kekasihnya. Jennie nampak berpikir. Semua wanita pasti memiliki pernikahan impian mereka, tetapi Jennie? Menikah dengan Lisa saja itu sudah menjadi sebuah impian baginya.

"Aku tidak tahu pasti. Tapi satu hal yang pasti adalah menikah denganmu itu menjadi impian bagiku" jawab Jennie dengan jujur. Lisa menaikkan salah satu alisnya, menatap Jennie dengan bingung. "Menikah denganku? Mengapa? Aku orang biasa-biasa saja, tidak terkenal sepertimu, terlebih di kampus" balas Lisa.

Jennie memutar matanya, jelas sekali yang dikatakan oleh Lisa adalah kebohongan. "Banyak gadis kampus yang menyukaimu, Lisa. Tetapi kau, kau memilihku." Lisa tersenyum. Ia menarik Jennie untuk mendekat padanya, berhadapan dengannya, sedang punggung Jennie bersandar pada tiang-tiang jembatan. 

"Aku yang beruntung memilikimu, Nini. Kau yang paling mengerti aku. Bagaimana caranya kau begitu sabar denganku yang cenderung berteriak padamu? Aku tahu aku banyak menyakitimu" ujar Lisa dengan lirih.

Jennie melingkarkan tangannya pada leher Lisa dan mendekatkan wajahnya sekaligus menarik kepala Lisa. Mereka berciuman, tanpa adanya nafsu atau gairah, hanya ada cinta. Kemudian Jennie melepaskan ciuman itu dan memberi senyum manisnya pada Lisa.

"Apakah itu cukup?" tanya Jennie yang masih dengan senyumannya. 

"Tidak..." Lisa merengek dan itu merajuk pada ciuman mereka. Jennie berdecak sebal, bukan itu yang ia maksud. Lisa terkekeh, ia membawa gadisnya itu ke dalam pelukannya. "Nde, aku mengerti, Wifey. Dan aku berterimakasih untuk itu, terimakasih kau telah mencintaiku" ucap Lisa dengan segala ketulusannya. 

Jennie hampir menangis hanya karena kalimat sederhana dari Lisa. "Jangan pernah tinggalkan aku..." pinta Jennie dengan suaranya yang bergetar. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sayang. Kau, wanita yang sama yang aku cintai dari dua tahun yang lalu hingga sekarang. Kau narkoba bagiku, aku selalu kecanduan dengan seluruh hal yang berhubungan denganmu dan aku bergantung. Jika aku memaksa untuk lepas darimu, mungkin aku akan gila." Lisa mengurai pelukan mereka dan menyeka pipi mandu Jennie yang sudah basah. 

"Kenapa menangis?"

"Karenamu, pabboya! Kau dan mulut manismu itu." Jennie kembali menangis dan itu lucu untuk Lisa. Lisa terkekeh dan kembali memeluk Jennie. 

"Saranghae, Jennie Kim."

"Nado saranghae, Lalisa Manoban."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jennie POV

Pada pukul jam 8 pagi, aku baru saja terbangun dan aku mendapati bahwa kami telanjang. Aku mengingat apa yang terjadi antara kami tadi malam, lantas aku tersenyum. Aku sangat bahagia dimana setiap aku terbangun, aku selalu melihat wajahnya. Ya dia, Lalisa Manoban.

Aku memandangi wajahnya yang damai saat tertidur. Tangannya yang posesif memeluk pinggangku yang ramping. Jari telunjukku menelusuri setiap garis wajahnya yang nyaris sempurna. Tetapi ada sebuah luka yang terlintas di dahinya yang tertutup oleh poninya yang lucu. Itu di dapat pada saat ia kecelakaan waktu itu. Serpihan kaca menggores dahinya yang cantik. Jika aku bisa memarahi serpihan kaca itu, aku akan marah karena sudah menorehkan luka pada wajah sempurna kekasihku. 

BEAUTIFUL TOUR GUIDE [JENLISA] [GXG]Where stories live. Discover now