17

38.3K 4.9K 229
                                    

"Akhirnya sampai juga," celetuk Lino dengan menatap keluar jendela.

Lino menatap wajah Arsen yang bersinar terkena cahaya malam. Ia tersenyum tipis lalu menggerakkan tubuh lelaki itu dengan pelan.

"Arsen bangun ini sudah sampai," ucap Lino sembari menepuk pipi Arsen dengan pelan.

Arsen menggeliat pelan lalu membuka matanya dengan perlahan. Ia melihat Lino dengan senyuman yang diberikan kepadanya. Ia menatap sekeliling tapi tidak menemukan siapapun.

"Nggak usah dicari mereka sudah turun dari tadi. Dasar teman laknat!" gerutu Lino dengan wajah masam.

Arsen tersenyum tipis lalu bangkit dari kursi bus. Ia merenggangkan ototnya karena merasa cukup lelah berapa jam duduk saja. Saat ingin berjalan sebuah tangan merangkul pundak dan pinggangnya.

Lino yang merasa Arsen tidak protes segera membantu lelaki itu keluar dari bus. Ia melihat para sahabat mereka sedang mendirikan tenda. Ia menyeringai kecil setidaknya tidak diminta untuk mendirikan tenda.

"Ada apa?" tanya Arsen dengan mengangkat alisnya.

"Ah, nggak papa. Lo tunggu bentar disini gue mau bawa barang-barang kita," ucap Lino sebelum pergi.

Setelah cukup lama akhirnya Lino keluar dengan membawa tiga tas juga 1 plastik. Ia kembali merangkul pinggang Arsen agar lelaki itu tidak terjatuh dan jauh darinya. Saat sampai di tenda dia menemukan suatu kejanggalan. Kenapa Gina berada di tenda para cowok (?)

"Ini Gina ngapain nemplok di tenda kita?" tanya Lino dengan mengerutkan keningnya.

"Ya mau tidur di tenda kita lah!" sahut Ravy dengan memutar matanya.

Lino yang mendengar itu seketika tersedak air liurnya sendiri. Ia mengorek kupingnya, tetapi sayangnya pendengarannya sedang baik. Apakah Ravy salah bicara atau kupingnya benar-benar mendengar (?)

"Yang bener Lo?! Ngapain dia tidur di tenda cowok? Bertamu di rumah cewek aja nggak boleh, apalagi ini yang tidur bareng cowok. Bisa-bisa dia akan menjadi buah bibir murid-murid," geram Lino dengan menatap tajam.

"Lalu Adya kenapa Lo hanya diam?! Apa Lo nggak negur mereka?!" lanjut Lino dengan menatap tajam Adya.

Adya yang mendengar itu seketika menjadi kelabakan. Ia menggelengkan kepalanya lalu berlari menuju tempat Lino dan Arsen.

"Gue sudah beritahu mereka ya Lo tahulah Gina itu sudah dianggap seperti Ratu mereka. Katanya sih Gina juga nggak punya teman cewek karena itu mereka mau Gina tidur di tenda ini," papar Adya dengan raut wajah khawatir.

Lino melepaskan rangkulannya di pinggang Arsen dengan tersenyum tipis. Ia juga meletakkan barang bawaannya kedalam tenda. Ia kembali menatap tajam Ravy dan Ziel lalu berjalan menuju mereka berdua.

"Katanya Gina sudah seperti Ratu tapi nyatanya kok tidur di tenda para cowok. Itu namanya bukan melindungi tapi malah nambah fitnah," cibir Lino dengan menyeringai.

Lino melihat tenda sampingnya yang merupakan tenda para cewek. Ia menarik tangan Gina lalu membawa gadis itu ke tenda samping.

"Ehem! Teman-teman sekalian kalau diizinkan boleh nggak ini Gina tidur di tenda kalian?" tanya Lino dengan tersenyum lebar.

"Ah, iya! Boleh kebetulan tenda kami masih punya ruang kosong."

"Terima kasih, soalnya ini Gina mau tidur di tenda cowok karena nggak punya teman cewek. Katanya mau menjaga Gina," ucap Lino dengan menatap sinis Ravy.

Arsen, Ziel dan Adya hanya diam karena mereka tidak merasa menyetujui Gina tidur di tenda mereka. Namun, Ravy mengepalkan tangannya karena entah mengapa Lino seperti menyindirnya.

"Loh Gina Lo kok mau tidur bareng cowok seharusnya bilang aja ke kami. Yuk, kita ambil dulu barang-barang Lo."

Setelah mengatakan itu mereka kembali ke tenda. Ravy juga ikut membantu membawa barang untuk Gina. Lino hanya bisa mendengus kesal lalu membawa barang-barangnya kedalam tenda.

Arsen mengambil air mineral lalu menggunakan air itu untuk berkumur-kumur. Ia mengangkat alisnya seperti ada yang kurang.

Arsen mengambil kayu yang berada disekitar tenda mereka. Seusai itu ia meletakkan kayu dilantai dan mengeluarkan korek api. Ia membakar plastik yang dibawanya lalu membakarnya hingga muncul api.

"Wah! Paketu sudah buat api," celetuk Lino dengan duduk disamping Arsen.

Arsen tersenyum tipis berkata, "Lo juga ketua."

"Oh, iya juga!" sahut Lino dengan cengengesan.

Kemudian mereka kembali diam. Lino melirik kearah Arsen yang terlihat asyik dengan pikirannya. Lino menggaruk tengkuknya rasanya sekarang sangat canggung ditambah Arsen yang tidak antusias berbicara dengannya.

Tiba-tiba saja Arsen bergeser duduk dekat dengannya. Ia lebih dikejutkan saat tangan Arsen mengelus pipinya. Ia menahan nafasnya bahkan detak jantungnya berdetak lebih cepat.

"Ada kotoran hitam seperti bekas abu bakar kayu," jelas Arsen dengan muka datar.

"Aduh, bilang dong! Bikin gue kaget aja," seru Lino dengan memegang dadanya.

"Kaget apa?"

Plak!

Lino melotot kaget dengan menatap pipi Ravy yang memerah. Ia segera berpindah duduk dibelakang tubuh Arsen agar tidak terkena bacotan maut dari lelaki itu.

"Asu! Seumur hidup emak gue nggak pernah mukul tahunya si brengsek duluan mukul gue!" berang Ravy dengan menatap tajam.

"Gue nggak sengaja beneran! Gue kaget karena Lo ngomong tiba-tiba disamping kuping gue!" seru Lino dengan memegang pundak Arsen.

Ravy tidak mendengarkan perkataan Lino segera mengejar lelaki itu. Kini tangannya sudah menjambak rambut lelaki itu hingga terjadi aksi saling menjambak rambut.

"Eh, sudah babi! Dilihat banyak orang ini! Mana main jambak rambut seharusnya adu jotos!" seru Adya dengan menarik tubuh Lino.

"Babi Lo! Huh! Capek!" seru Lino dengan nafas tersengal-sengal.

Akhirnya pertengkaran mereka dapat dihentikan saat Arsen menarik Lino dan Adya menarik Ravy. Ziel yang melihat itu hanya bisa mendengus kesal bisa-bisa nanti ia akan mati muda karena darah tinggi.

"Tidur!" perintah Ziel dengan muka datar.

***

Saat di tenda entah kesialan yang telah menimpanya lagi-lagi ia berada didekat Arsen. Sekarang ia merebahkan tubuhnya dengan orang disampingnya adalah Arsen.

Tiba-tiba saja Arsen berbalik dengan matanya yang masih terbuka. Ia hampir saja berteriak jika Arsen tidak membekap mulutnya.

"Diam," bisik Arsen dengan muka datar.

Lino mengangguk pelan sembari melepaskan tangan Arsen dari mulutnya. Ia ingin mencoba tidur tapi rasanya sangat susah karena merasa ada seseorang yang menatapnya.

"Ayo lah kak Arsen jangan lihat gue segitunya. Ini gue risih padahal mau coba tidur," celetuk Lino dengan memutar matanya.

"Nggak bisa tidur," jawab Arsen dengan menatap mata Lino.

Tiba-tiba saja sebuah kaki menendang tubuh Arsen. Arsen yang belum siap menerima keterkejutan akhirnya terdorong ke depan.

Cup

Lino dan Arsen terkejut dengan mulut mereka saling bertautan. Lino yang sadar segera mendorong tubuh Arsen dengan wajah memerah. Arsen juga malu tapi bisa menyembunyikan ekspresi wajah dengan baik.

"Tidur," pungkas Arsen dengan menatap lurus ke langit-langit tenda.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Cie, Lino dan Arsen dapat first kiss😂
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now