50

7.1K 673 262
                                    

"Waktu itu gue udah curiga waktu gosip sama Tia. Gosip itu emang kayak sengaja di sebar sementara yang gue tau Tia itu jarang dekat sama cowok," ucap Lino dengan tersenyum lebar.

Arsen mengangguk pelan. Ia juga agak aneh tiba-tiba saja ada gosip tentang Lino dan Tia. Orang kurang kerjaan mana yang memfoto orang jatuh.

"Lalu gue juga curiga keberadaan Ray di samping Arsen seperti ngebuat hubungan gue retak. Jadi waktu itu juga gue minta anggota ND buat cari tau tentang geng K&Q. Lalu boom gue tau siapa dalang semua ini," ungkap Lino dengan tersenyum lebar.

Semuanya sontak mengangguk kepalanya seperti anak kembar. Ziel sontak mengerutkan keningnya karena merasa ada hal yang ganjil.

"Lo pura-pura?" tanya Ziel dengan mengerutkan keningnya.

"Yes! Kami hanya pura-pura nggak tau pelakunya. Gue nggak bodoh sampai ke tipu trik murahan," sahut Lino dengan menjentikkan jarinya.

"Kami juga hanya ngikutin alur permainan musuh," sahut Ryan dengan tertawa puas.

Semuanya seketika hanya menghela napas lega. Namun, Nicho terlihat ragu dengan perbuatan mereka.

"Tapi ... kenapa nggak dari dulu bongkar perbuatan mereka? Kalau dari dulu setidaknya nggak ada orang yang trauma," ucap Nicho dengan mengangkat alisnya.

Lino menghela napas. Ia menatap Nicho dengan serius memang dalam rencana ini menyebabkan korban yang tidak bersalah.

"Itu di luar dugaan gue. Karna gue kira mereka nggak akan bertindak jauh," ucap Lino dengan merasa menyesal. Apalagi kebanyakan yang menjadi korban itu cewek.

"Awalnya kami hanya ingin memancing mereka masuk perangkap di acara hari ini. Jika nyerang secara terang-terangan takutnya mereka kabur duluan," timpal Mika dengan memainkan jarinya.

Lino menatap ke arah Arsen dengan tatapan sendu. Ia tidak menyangka rencananya menimbulkan korban.

"Mereka udah membaik. Waktu itu mereka hanya sedikit trauma. Mereka juga berterima kasih kepada kalian," ucap Arsen dengan menepuk kepala Lino.

Lino tersenyum manis dengan memeluk tubuh Arsen. Lelaki itu memang sangat bisa di andalkan.

Lino seketika teringan dengan yang terjadi. Ia menatap para panitia lomba dengan serius.

"Lino lomba lo pada gimana?" tanya Ryan dengan menatap sekeliling.

Mereka mulai menatap kekacauan yang terjadi. Mereka tidak mungkin melakukan pertandingan hari ini juga.

"Para murid di persilakan pulang ke rumah masing-masing. Lomba akan di laksanakan esok hari karena ada masalah. SMA Victoria akan di diskualifikasi dari pertandingan untuk tahun ini karena berbuat kecurangan dan menimbulkan keributan."

Lino hanya menghela napas karena acaranya tertunda. Akhirnya mereka menatap beberapa murid yang meninggalkan ruangan.

"Kita ngapain lagi Bos?"

"Hmm ... ngapain, ya? Pesta mungkin!" seru Lino dengan menyeringai.

Dean yang tadinya merasa mengantuk seketika menjadi semangat. Ia berjalan dengan merangkul pundak ketua nya.

"Bos boleh ..."

Lino segera memukul tubuh Dean berkali-kali. Ia bahkan mulai melepaskan sepatu dengan mengangkat ke atas.

"Eh, ampun Om!" pekik Dean dengan muka panik.

"Om! Om! Gue bukan Om lo! Lagian udah punya Ryan masih aja mau nyewa cewek! Otak lo kayaknya cuman penuh selangkangan aja! Gue sumpahin punya lo sakit lalu nggak bisa nyoblos lagi!" sembur Lino dengan masih memukul lelaki itu.

"Dia bilang, No?" tanya Ryan dengan mengerutkan keningnya.

"Nyewa cewek Ryan ... itu jasa open bo!" seru Lino dengan menggunakan tubuh Ryan.

Ravy, Nicho dan Ryan yang mendengar sontak melotot tajam. Begitu juga Mika yang mulai merenggangkan ototnya.

"Arghh! Ampun!" teriak Dean yang bisa terdengar sampai ke langit.

***

Lino mulai menggiring bola dengan santai. Ia menatap ring dengan tersenyum lebar.

Sekarang adalah perlombaan yang sudah tertunda. Tidak ada lagi kecurangan maupun kekerasan. Mereka bermain dengan adil bahkan wasit juga di pilih yang bisa bertanggung jawab.

"La! La! Tangkap!" teriak Lino dengan melempar bola.

"La! La! Nama gue Nicho bangsat!" sembur Nicho dengan muka masam. Namun, tangannya tampak menggiring lalu melempar bola ke ketua club.

Mereka berteriak heboh saat bola masuk ke dalam ring. Kemudian mereka kembali harus mencetak skor 15 agar memenangkan permainan.

Permainan terus saja di lakukan dengan heboh. Ke dua makhluk itu terus saja berdebat tentang apapun.

"La! Ketek lo penuh bulu juga!" teriak Lino yang tidak tahu malu.

Nicho menggiring bola dengan muka masam. Ia melempar hingga masuk ke dalam ring.

"Kayak lo nggak punya aja! Dasar ketek rasa jeruk!" balas Nicho dengan menatap tajam.

Lino menghadang lawan dengan tertawa puas. Ia kembali merebut lalu melempar dari kejauhan.

"Harum dong ketek gue! Hey, Jono udel lo keliatan!" pekik Lino dengan tatapan tidak percaya.

Nicho tidak peduli. Ia berputar untuk melalui lawan kemudian melempar kepada anggota yang dekat ring.

"Iri lo sama udel gue, hah?!" ledek Nicho dengan tertawa terbahak-bahak.

Lino justru menyingkap bajunya hingga kelihatan perut kotak-kotak seperti kepala adudu. "Gue nggak perlu iri karna punya gue lebih, wah!"

Para penonton hanya bisa menatap tidak percaya. Beberapa orang yang lagi makan justru tersedak dengan melotot tajam.

Mereka tidak percaya ada manusia yang tidak punya malu seperti Lino dan Nicho. Lalu teman-teman mereka sontak meringis kecil kecuali Adya dan Vano yang tertawa terbahak-bahak. Lalu Dean dan Ryan hanya diam tampak terbiasa melihat tingkah ketua mereka.

Arsen justru terus menatap tajam ke arah Lino. Namun, sepertinya lelaki itu tampak tidak menyadari hal yang satu itu.

Beberapa murid sekolah lain tampak menatap Lino dengan tatapan kagum. Beberapa dari mereka mulai bergosip dengan semangat.

"Pemain dengan angkat 4 siapa? Gue suka cowok humoris!"

"Lah, anjir! Lo ngalah gue suka dia!"

"Eh, nggak ya! Katanya lo udah punya doi!"

Teman-teman Arsen hanya bisa menahan tawa. Apalagi muka Arsen seperti orang menahan berak sangatlah merah.

"Anjir, Mbak! Di sini ada tunangannya berani banget ngomong gitu," seru Vano dengan tertawa terbahak-bahak.

"Dia tunangan cowok nomer 4?" Gadis itu menunjuk ke arah Mika dengan tatapan tidak percaya.

"Nggak yakin gue dia mau sama cewek tepos."

"Heh, kurang ajar! Sampai kapanpun lo nggak akan pernah gue restuin! Kakak gue itu nggak suka melon dia suka dosis gede!" pekik Mika dengan menatap tajam.

Para guru hanya bisa menahan rasa malu memiliki murid yang sudah hilang akhlak. Lino melempar bola hingga memenangkan permainan dengan begini berakhirnya permainan mereka.

"Terima kasih Emak sama Bapak yang udah buat anak ganteng! Lalu terima kasih adek laknat yang suka kasih asuhan novel. Lalu terima kasih Arsen yang udah jadi tunangan yang baik dan sabar," seru Lino dengan tersenyum lebar.

"Nggak lupa juga para sahabat dan anggota Night Devil yang selalu dukung gue. Lino sayang kalian semua!" lanjut Lino dengan memberikan ciuman udara.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Tiada hari tanpa malu-maluin - Lino 😊
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now