7

10.3K 1.2K 302
                                    

Arsen yang mendengar seketika tersedak ludahnya. Wajahnya tampak memerah karena malu di puji tunangan sendiri.

Dean dan Ryan yang melihat sontak terkejut. Bagaimana tidak ketua geng musuh mereka merona hanya karena Lino.

"Anjir, nggak nyaka gue cuk!" seru Dean dengan melotot tajam.

"Bukannya lo, ya? Lino kenapa Arsen kayak pihak bawah?" celetuk Ryan dengan menutup mulutnya dengan salah satu tangannya.

Plak!

Lino yang mendengar seketika tidak terima. Dia bukan orang yang bisa di beri tantangan. Jika tidak dirinya akan melakukan hingga sesuatu menjadi miliknya. Hal ini hanya di ketahui para sahabatnya bahkan orang tua dan Arsen dengan teman-temannya tidak mengetahuinya.

Lino menarik tangan Arsen. Lalu tanpa basa-basi mendorong tubuh Arsen ke arah dinding sehingga membuat sang empu meringis.

"Eh! Eh! Jangan gila No!" pekik Ryan dengan raut wajah khawatir.

Ke dua sahabat Lino yang sudah mengenal seluk beluk lelaki itu hanya takut. Di tambah mereka melupakan Lino tidak suka di tantang.

"Kalian lindungi tubuh kami," perintah Lino dengan tersenyum lebar seperti tidak ada rasa bersalah.

Ravy dan Adya yang melihat itu seketika menjadi panik sendiri. Mereka tidak bisa melawan tiga orang berbadan besar dan di sebut iblis liar dari Dermaga Putih.

"Kamu mau ngapain?" tanya Arsen dengan menatap datar Lino. Ia sungguh tidak habis pikir dengan tingkah absurd tunangannya.

"Nggak ngapain cuman ..."

Lino langsung menyerang bibir Arsen dengan ciuman kasar. Lino menyeringai kecil karena kali ini sesekali membalas perlakuan Arsen waktu turnamen basket waktu itu.

Arsen hanya diam tanpa membalas atau memberontak. Namun, Arsen di buat sangat terkejut saat tangan Lino mulai masuk ke dalam seragam sekolahnya.

Lino melepaskan ciuman mereka dengan menyeringai. Ia merasa puas melihat wajah Arsen yang terlihat seksi setelah sekian lama.

"Eunghh," desah Arsen dengan melotot tajam. Tangannya mulai menutup mulutnya yang mengeluarkan desahan laknat saat tangan Lino mulai memainkan putingnya.

Teman-temannya mulai menatap ke dua yang dengan tidak percaya. Di tambah melihat wajah Arsen yang tampak berbeda waktu di garda depan. Mereka benar-benar akan melakukannya di sini?

"Lino stop!" sergah Ziel dengan muka dingin.

Lino mengalihkan pandangannya dengan tersenyum manis. Ia melihat keberadaan Ziel, Vano dan Nicho.

"Anjir, ini masih di sekolah! Kalau mau bercocok tanam jangan di sini!" seru Vano dengan menatap tidak percaya.

Lino hanya cengengesan. Ia kembali membenarkan seragam tunangannya dengan tersenyum tipis.

Arsen memegang tangan Lino dengan muka datar. Ia menarik tengkuk Lino dengan menyeringai kecil.

"Jangan salahin aku jika nanti nggak bisa jalan," bisik Arsen dengan menepuk pundak Lino.

"Wah, aku tunggu hal itu," sahut Lino dengan mengedipkan matanya. Ia tidak memiliki rasa takut dengan apa yang terjadi nanti. Di sini tidak ada yang mengetahui siapa yang binal di antara ke duanya, karena dari masing-masing memiliki sifat binal tersendiri.

"Lo itu emang goblok! Syukur sekarang masih jam pelajaran!" sembur Ravy dengan menatap tajam.

"Iya, gue emang goblok. Tapi ... gue nggak suka di remehkan," ucap Lino dengan tertawa kecil menatap para sahabatnya.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now