11

9K 1.1K 234
                                    

Lino segera mengangkat panggilan telepon dengan tertawa kecil. Ia tanpa sadar sudah membakar sumbu api kepada seseorang.

"Stela rasa jeruk sekarang juga nih kita ketemu?"

"..."

"Halah, kan lo yang ngajak gue ikut club basket ngapain di bikin ribet."

"..."

"Cih, iya sabar! Gue ke sana sekarang."

Lino hanya mendengus malas. Ia membalikkan tubuhnya dengan menatap Arsen.

"Stela siapa?" tanya Arsen dengan tersenyum tipis tapi tidak tahu saja saat ini perasaannya cukup panas.

Lino menatap ke arah Arsen dengan cengengesan. Ia mulai memeluk tubuh Arsen dengan tersenyum manis.

"Ketua club basket putri. Aku di ajak masuk club basket," ucap Lino dengan menatap mata Arsen.

"Tapi aku males jalan ambil formulir ekskul," lanjut Lino dengan cengengesan.

Lino melepaskan pelukannya. Ia mengecup pipi sang tunangan lalu lari dengan terbirit-birit.

Bugh!

Lino mengelus keningnya dengan meringis kecil. Jika di dalam drama ini mungkin sebuah adegan humor yang membuat orang lain tertawa.

"Lino kamu ..."

"Ah, iya nggak papa! Gue ini lakik! Harus kuat!" seru Lino dengan mengangkat tangannya.

"Uhm, Okay!" sahut Arsen dengan menggaruk tengkuknya.

Setelah itu Lino segera pergi meninggalkan sebuah keheningan. Sekarang tidak ada lagi senyuman di wajah Arsen melainkan ekspresi wajah dingin.

"Siapa itu Stela?" tekan Arsen dengan muka datar menatap para teman-temannya.

Semuanya hanya diam dengan penuh rasa takut. Apalagi ini urusan rumah tangga mereka. Di tambah wajah Arsen terlihat lebih menyeramkan di banding waktu baku hantam.

"Gue tanya siapa itu Stela?" tekan Arsen dengan muka datar.

"Stela itu pewangi ruangan bukan?" celetuk Dean dengan cengengesan.

"Enggak, stela itu nama kucing gue!" sanggah Ryan dengan tersenyum lebar.

Ravy yang sudah sabar sontak menatap tajam. Kemudian muncul suara pukulan di arah pintu. Namun, orang yang melakukannya bukan Ravy.

"Serius," ucap Arsen dengan menyeringai kecil.

"Eh, jangan serius mulu! Udah punya tunangan juga!" seru Vano dengan cengengesan.

"Sumpah ku mencintaimu ..."

"Auristela Bulan sosok gadis kelas 11 yang banyak di incar murid lain. Tipe cuek dan dingin kayak lo," jelas Ziel dengan memainkan ponselnya.

Arsen hanya mengangguk pelan. "Yang normal di sini hanya kita berdua. Sisanya orang tolol kayak gaya Lino."

"Anjir, itu tunangan lo sendiri, loh!" seru Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

"Gue cepuin, ah! Siapa tau dapat bingkisan," ucap Ryan dengan cengengesan.

"Bukannya dapat hadiah malah pukulan. Nanti nangis lagi lo," ledek Dean dengan tertawa terbahak-bahak.

"Enggak ..."

"Nggak salah lagi," sela Dean dengan tertawa kecil.

Namun, tanpa di sadari ada seseorang yang menghilang dari perkumpulan Arsen. Nicho tampak berjalan mengikuti langkah Lino. Di kantung seragamnya sudah ada ponsel dengan rekaman video.

Ardian S2 (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz