1

18.6K 1.6K 207
                                    

Sekarang sudah cukup lama setelah kejadian acara pertunangan waktu itu. Akhirnya sekarang dirinya sudah berada di kelas XI SMA.

Lino sosok pemuda yang ganteng itu memang sangat populer di kalangan para murid SMAN Dermaga Putih. Ia memang berasal dari keluarga kaya, tetapi lebih menyenangkan jika bersekolah di negeri. Ia bisa menemukan sahabat yang satu frekuensi dengannya.

Ia berjalan di koridor sekolah tanpa membawa barang apapun. Ia hanya membawa ponsel, dompet dan tubuhnya tidak lupa motor yang berada di parkiran sekolah.

Ia menatap sekilas para murid yang terlihat menjauhi dirinya. Ia sudah bilang jika mereka takut dengan dirinya karena satu hal. Ia mempunyai visi untuk membuat hidup dengan tenang tanpa gangguan apapau, lalu diselingi misi jika ada yang mengganggunya mode pukul adalah caranya.

"Lino! Ikut ibu ke ruang BK!"

Lino yang mendengar itu hanya bisa menunjuk dirinya. Ia sendiri menjadi bingung padahal ini masih pagi dan dirinya belum membuat masalah apapun.

"Iya, siapa lagi disini yang namanya Lino!"

"Astaga, Bu! Perasaan saya tidak buat masalah, loh!" seru Lino dengan membuat wajah sok tersiksa.

"Kamu bukan yang pukul Anton!"

Lino mencoba berpikir lalu teringat saat mau pergi ke sekolah. Ia bertemu dengan sosok jagoan yang mengejek dirinya. Namun, itu justru terlihat seperti orang yang iri.

"Dia duluan yang meledek saya, Bu! Masa saya hanya diam. Saya itu punya misi mode pukul kalau ada yang ganggu," seru Lino dengan cengengesan.

"Sekarang kamu ikut Ibu!"

Tiba-tiba beberapa murid dengan baju berantakan berlari ke arahnya. Mereka mencegah sang guru agar tidak membawa dirinya.

"Unch! Kamu teman yang baik, deh!" seru Lino dengan memberikan ciuman udara.

"Cih, emang anak setan! Nanti kena hukum nyaho lo!"

"Bener, laki lo udah kayak singa yang siap tempur kapanpun!"

"Sudah kalian bertiga ayo ikut Ibu!"

Lino menatap ke dua sahabatnya dengan mengedipkan matanya. Lalu dengan memberikan aba-aba mereka segera berlari ke parkiran. Setelah itu baru menancap gas dengan tertawa puas. Suara guru berteriak semakin membuat mereka tertawa.

Lino berhenti dengan menatap ke arah belakang dengan tertawa. Ia menepuk tangan kedua sahabatnya dengan menyeringai.

"Itu guru emang nyebelin, anjir! Nggak cari tau lebih dulu."

Dean Everett sosok cowok pemilik hooded eyes dengan senyuman manisnya. Lelaki ini memang sangat terlihat manis, tetapi jangan salah jika marah akan sangat menyeramkan. Lelaki itu bisa saja melumpuhkan musuhnya dalam sekejap.

"Biasa tuh cowok anak kesayangan guru."

Ryan Kingsley sosok cowok pemilik mata monolid dengan tatapan tajam itu. Lelaki itu memang terlihat garang, tetapi jangan salah hatinya sangat selembut pantat bayi. Lelaki itu melihat tikus mati saja bisa menangis berjam-jam. Namun, jika sedang tawuran aura jantannya akan keluar membuat para musuh menjadi ciut.

Dalam lingkup pertemanan Lino memang aneh. Lalu begitu juga dengan Lino yang sifatnya sangat abstrak. Makanya anggota geng lelaki itu lebih aneh lagi.

"No, gimana kalau kita nyerang musuh?" saran Dean dengan menyeringai.

"Wah, Dean sesat nih, Bos!" sahut Ryan dengan memanasi keadaan.

Lino tampak berpikir, tetapi tidak lama. "Gue setuju saran lo! Lagipula gue gabut, nih. Sekarang kita bertiga menuju markas musuh!"

"Gaskeun!" teriak mereka.

***

Mereka mengendarai dengan ugal-ugalan. Mereka tidak terlalu memperdulikan teriakan para warga yang risih melihat kelakuannya.

Namun, tidak lama terdengar sirine mobil polisi. Mereka segera menancap gas dengan tertawa terbahak-bahak. Mereka sungguh memiliki sifat humor yang rendah dalam kondisi apapun bisa tertawa.

Akhirnya mereka sampai di depan SMA Bintang. Ia menatap sekolah yang berisi anak para konglomerat kaya bahkan dapat dilihat jika sekolahnya sangat besar.

Mereka bertiga bisa saja masuk sekolah ini, tetapi jika dilihat-lihat pasti pelajaran sangat susah. Lalu itu tidak baik untuk otak mereka.

"Anjir, gue nggak nyangka tadi ada polisi!" seru Ryan dengan mengelus dadanya.

"Itu juga salah lo ogeb!" geram Dean dengan tersenyum palsu.

"Loh ..."

"Udah diam jangan banyak bacot! Kita masuk sekarang," sela Lino dengan menatap sekeliling.

Lino menyeringai kecil saat melihat gerbang belakang yang sedikit terbuka. Penjaga sekolah sepertinya melupakan hal yang satu ini.

"Kita parkir motor disini lalu lo berdua cepat ngikut gue," perintah Lino dengan wajah serius.

Mereka berjalan dengan pelan. Namun, yang membuat Lino bingung sekolah ini sangatlah sepi.

"Lino, kayaknya di lapangan ada acara," ucap Ryan dengan pelan.

Anta segera mengikuti arah tatapan Dean. Ia tersenyum puas ternyata penghuni sekolah sedang mengadakan senam pertama.

"No, ayo kita ngerusuh!" seru Dean dengan cengengesan.

"Mari, Bro!" sahut Lino dengan tersenyum lebar.

Lino berjalan lebih awal sebagai ketua geng yang baik. Dia harus memimpin semua permasalahan yang sedang terjadi.

"Angkat tangan! Kalian semua sudah kami kepung!" teriak Lino dengan menggerakkan tangannya seperti sebuah pistol.

Semua murid sekolah itu sontak berteriak histeris. Lalu menghindar dengan lari kocar-kacir.

"Alay kali mereka! Perasaan di sekolah kita nggak kayak gini," celetuk Dean dengan memutar matanya.

"Bener, mana suaranya kayak tikus kecoa terbang! Menyeramkan!" timpal Ryan dengan bergidik ngeri.

Namun, berbeda dengan Lino. Lelaki itu kini menatap ke arah sosok yang dicari olehnya.

Lelaki yang dicari olehnya justru berdua dengan seorang cewek. Lino hanya bisa tersenyum masam.

Lino berjalan tanpa memperdulikan teriakan dari para sahabatnya. Ia segera mencengkeram kerah baju lelaki itu.

Cup

Lino mulai mengecup sosok lelaki itu. Para murid sontak terkejut dengan apa yang mereka lihat. Namun, ada beberapa yang berteriak histeris.

Lelaki itu mendorong pelan tubuhnya. Lalu menatap Lino yang hanya menatap dengan muka datar.

"Udah jangan aneh-aneh lagi."

"Nggak aneh-aneh, kok! Cuman satu macam," ucap Lino dengan cengengesan.

Arsenal Balin Alexandra sosok cowok yang sudah menjadi tunangan dirinya. Namun, beberapa orang banyak yang belum tahu dengan hal ini. Orang yang mengetahui hanya sahabat dari mereka.

Maka dari itu banyak yang mencoba dekat dengan mereka. Namun, bagaimana mereka coba untuk mengusir maka semakin susah untuk menghilang.

Lino mulai menatap ke arah sosok cewek. Ia menatap dari atas sampai ke bawah. Di lihat dari penampilan gadis itu memang sangat manis dengan mata bulat dan bibir merah muda.

"Kakak ngapain cium pacar aku?"

Namun, yang membuatnya takjub cewek itu masih berada kelas X yang berarti di bawah angkatan mereka. Ia segera bertepuk tangan sembari tertawa mengejek. Ia mengakui keberanian gadis itu yang mengaku sebagai pacar dari tunangan dirinya.

"Wah, baru jadi adkel udah songong bener! Mana gitu ngaku jadi pacar Arsen. Nih, cewek kayaknya mau kena jitak," cibir Lino dengan menatap sinis.

"Gorok aja tuh cewek, No!" teriak Ryan yang memanasi keadaan.

"Sabar kali, No."

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Yey, cerita Ardian kembali lagi menemani kalian 🥳
Lanjut!

Ardian S2 (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя