3

11.7K 1.3K 166
                                    

Lino menuruni tangga dengan senyum lebar. Ia sudah tidak sabar untuk ke sekolah kali ini.

"Pagi semuanya!" teriak Lino dengan tersenyum cerah.

"Pagi juga sayang," ucap Mama Lino dengan tersenyum tipis.

"Pagi," sahut Papa Lino dengan muka datar.

"Pagi kakak aku yang boncel!" ledek Mika dengan tertawa mengejek.

Lino yang mendengar itu sontak melotot tajam. Ia tidak terima tubuhnya yang ideal ini di ejek begitu saja. Ditambah tubuhnya ini sama besarnya dengan Arsen.

"Boncel gini gue juga bisa nusuk Arsen!" protes Lino dengan duduk disamping sang adik.

Mama Lino yang mendengar langsung menatap tajam anak sulungnya. Mulut putranya emang sangat suka blak-blakan.

"Jangan bilang begitu atau kamu mau Papa buang ke angkasa!" tegur Papa Lino dengan menatap tajam.

"Eyoo ... angkasa! Mukanya biasa aja, bacotnya luar biasa!" ledek Lino dengan muka mengejek. Namun, sang papa hanya menatapnya dengan tajam.

"Hust, Lino tidak baik bicara seperti itu," tegur Mama Lino dengan menggelengkan kepalanya.

Lino yang mendengar itu langsung cengengesan. Ia mengambil makanan yang sudah disiapkan.

"Papa sama Mama ngapain masih ada disini? Biasanya sibuk kerja mulu sampai lupa anak," sindir Lino dengan menyantap makanannya.

Mama Lino yang mendengar hanya tersenyum tipis. Ia mengetahui jika selama ini selalu sibuk kerja sehingga menelantarkan anak-anaknya.

"Tanya sama Papa kamu yang suka gengsi itu," ucap Mama Lino dengan tertawa kecil.

Lino menatap sang papa yang berpura-pura tidak mendengarkan pembicaraan mereka. Ia memicingkan matanya seolah memintan penjelasan.

"Papa nggak mau kalau kakak kecelakaan kayak dulu. Kalau kak Lino mau tau Papa waktu itu nangis di pelukan Mama, loh!" beber Mika dengan tertawa puas.

Lino yang mendengar itu segera menatap sang papa. Pandangan sang papa hanya tertuju kepada korban seolah menghindari pembicaraan mereka. Hal itu membuatnya tertawa terbahak-bahak saat membayangkan kejadiannya.

"Sudah jangan tertawa lagi. Jadi kenapa kamu mau pindah sekolah?" tanya Papa Lino dengan menatap sang putra.

"Lino nggak mau ada yang merebut Arsen," tegas Lino dengan muka datar.

"Dih, dasar posesif!" cibir Mika dengan menatap sinis.

Tit! Tit!

"Om telolet om!"

"Aku punya anjing kecil, ku beri nama Lino!"

"Lino, guk! Guk! Guk!"

Lino yang mendengar itu seketika tersenyum cerah. Ia menghentikan aktivitas makannya lalu berlari keluar.

"Pa! Ma! Adik pergi dulu!" seru Mika dengan berlari menyusul sang kakak.

Lino terlihat jantan saat memakai jaket kulit berwarna hitam. Lalu diiringi kancing terbuka yang menyisakan kaos hitam.

Mika yang melihat hanya bisa mengelus-elus dadanya. Jika Lino bukan sang kakak mungkin sudah ia kejar sampai mampus.

Namun, tidak berbeda dengan Mika. Gadis itu sekarang menggunakan celana hitam lalu tidak lupa kancing baju terbuka menyisakan kaos putih.

"Adik lo manis banget! Gue gebet boleh kali, ya!" seru Ryan dengan mengedipkan matanya.

"Boleh aja, tapi kalau kena maki jangan nangis, ya!" ledek Lino dengan tertawa mengejek.

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now