19

7.9K 951 172
                                    

Lino kembali menuju Arsen dan teman-temannya. Ia langsung menghamburkan tubuhnya ke pelukan Arsen.

"Sen ..."

"Hmm?" ucap Arsen dengan mengangkat alisnya.

Lino mengangkat wajahnya dengan mengerucutkan bibirnya. "Mau di elus."

Arsen hanya tertawa kecil. Tangannya mulai mengelus kepala Lino dengan lembut.

Para teman-temannya yang melihat hanya menatap sinis ke duanya. Memang ke dua pasangan itu tidak tahu tempat waktu bermesraan.

"Hey, Lino."

Lino membuka matanya perlahan. Ia masih memeluk Arsen dengan menatap orang yang memanggilnya.

"Ngapain lo di sini, Babi?" tanya Lino dengan memegang tangan Arsen agar kembali mengelus kepalanya.

"Lagi berak gue, mah! Ya, nonton balapan, lah!" seru Stela dengan memutar matanya.

Lino mengerutkan keningnya. Ia menatap Stela dengan tersenyum dalam diam.

"Oh, anak geng mana lo?" tanya Lino dengan mengangkat alisnya.

"Lo kira nonton balapan itu harus anak motor atau geng? Gue nggak ikut kubu apapun. Ribet soalnya kayak hidup lo. Udah manja aja lagi liat pacar lo natap gue gimana," beo Stela dengan meringis kecil.

Stela mendorong tubuh Adya yang berada di samping Lino. Ia mulai mencubit pipi Lino dengan tersenyum lebar.

"Gemes mau gue makan" ucap Stela dengan tertawa puas.

"Anjing, lo! Sana gue jijik sama lo. Gue udah punya pacar masih aja lo gatel. Kalau gatel minta aja sama gigolo! Ish, liat pipi gue jadi merah. Padahal yang boleh buat pipi gue merah hanya Arsen," beo Lino dengan mengelus pipinya.

Arsen mungkin hanya diam tapi tatapan matanya terlihat marah dan sedih. Ziel yang melihat itu hanya menghela napas panjang. Memang pada dasarnya Lino itu jarang peka.

Mika yang melihat sontak mulai merenggangkan ototnya. Lalu tangannya mulai memukul jidat Stela dengan kekuatan hulk.

"Kenapa mukul? Lo kayaknya emang minta di hukum. Lo lupa kalau gue ketua basket putri? Lalu gue lebih tua dari lo," tekan Stela dengan muka datar.

"Nggak peduli gue sama jalang kayak lo! Udah di tolak masih aja ..."

"Ssss ... gue itu tadi cuman bercanda," ucap Stela menatap Arsen dengan menyeringai kecil.

"Kak Arsen nggak marah bukan?" lanjut Stela dengan tersenyum manis.

Arsen hanya diam. Namun, tangannya mulai berhenti mengelus rambut Lino. Tatapannya terlihat sangat tenang, tetapi siapa yang tahu isi hatinya.

"Oh, iya. No besok kita latihan basket," ucap Stela dengan menepuk kepala Lino.

"Oh, iya. Anak beasiswa lo juga jangan lupa nanti ketua basket putra ada ngabarin kalian. Kalau gitu gue pulang duluan," lanjut Stela dengan melambaikan tangannya.

Lino hanya menatap kepergian Stela dengan tersenyum lebar. Akhirnya ia bisa kembali bermanja dengan Arsen.

"Kak ... dia itu emang sombong dan suka cari muka! Kayaknya kakak bakal di jadiin alat famous," gerutu Mika dengan memutar matanya.

"Biarin aja yang penting gue udah punya kekasih. Arsen cukup buat gue puas dari segi apapun. Iya, bukan Kak Arsen?" goda Lino dengan mencolek dagu Arsen.

"Hmm," sahut Arsen dengan mengalihkan pandangannya.

***

"Mami! Seragam aku di mana?!"

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now