40

28.5K 3.2K 119
                                    

"Jelasin secara detail," tekan Arsen dengan muka datar.

Lino menatap Arsen dengan wajah cerah ternyata lelaki itu mau mendengarkan penjelasannya. Ia menatap Gina dengan menyeringai lalu kembali menatap tajam.

"Pacarku yang seksi jadi pagi tadi gue main basket. Tiba-tiba Gina datang dia juga bilang bahwa rencana Raja tidak boleh berantakan karena gue. Eh, tiba-tiba aja dia nampar wajahnya bahkan bikin pakaian juga rambutnya berantakan. Lalu narik tangan gue ke lehernya jadi sekalian aja tuh gue cekik," papar Lino dengan tersenyum lebar.

"Nggak dia bohong Arsen ... kamu harus percaya sama aku," lirih Gina dengan menangis tersedu-sedu.

Ravy yang biasanya selalu membela Gina sekarang hanya diam. Setelah diperhatikan beberapa kali ini semenjak Lino berhubungan dengan ketuanya gadis itu tampak memperlihatkan taring aslinya. Ia hanya diam saja melihat pertunjukan didepannya.

"Arsen Lo harus percaya sama pacar Lo ini. Gue nggak akan menyerang sebelum diserang. Lagipula gue juga jijik sama tuh orang kalau bukan karena main-main mana mau gue langsung turun tangan," ucap Lino dengan meletakkan tangannya di wajah Arsen bahkan menatap intens mata sang pacar.

Arsen tersenyum tipis dengan memegang lembut tangan Lino. Ia merubah ekspresi wajahnya saat menatap Gina. Ia terlihat tidak berminat mendengarkan penjelasan dari gadis itu.

"Ah, apa perlu kita menuju ruangan keamanan? Gina didinding sana ada CCTV loh bahkan langsung menghadap menuju lapangan basket," ungkap Lino dengan mengangkat alisnya.

Gina tertegun mendengar penuturan dari Lino. Gadis itu segera menatap kearah di dinding seketika wajahnya memucat. Setelah itu Gina segera berlari meninggalkan mereka dengan mengepalkan tangannya.

"Anjir! Gue nggak nyangka tuh cewek pbb!" seru Ravy dengan menggelengkan kepalanya.

"Makanya jangan lihat luarnya aja! Perhatikan baik-baik!" cibir Adya dengan memutar matanya.

Lino diam dengan menatap Arsen. Ia menunggu bagaimana reaksi lelaki itu apakah percaya dengannya atau percaya kepada gadis itu. Jika Arsen mempercayai gadis itu maka Arsen adalah orang terbodoh diantara temannya.

"Percaya gue dari tadi sudah lihat dari awal," celetuk Arsen dengan mengacak rambut Lino.

"Hehe, masalah gini aja Lo peka tapi masalah hubungan kita kayaknya masih perlu ditingkatkan," singkap Lino dengan cengengesan.

"NGGAK NGACA!"

Lino mendengus kesal lalu mengerutkan keningnya melihat Mita yang sudah berada di sini. Kemudian mengangkat bahunya pergi meninggalkan mereka.

***

Sekarang dirinya sedang mengikuti Gina karena gerak-gerik gadis itu tampak mencurigakan. Ia juga merekam gerak-gerik Gina jika terjadi apa-apa ini bisa dijadikan bukti.

Lino mengeryikan keningnya saat gadis itu masuk ke daerah hutan yang jarang dimasuki oleh murid-murid karena dikenal sebagai tempat angker.

Lino menatap Arsen dkk dengan memberi kode agar diam. Sekarang ia mengintip gadis itu dibalik dinding sembari merekam. Ia dapat melihat gadis itu membuka ponselnya dan tampak memanggil seseorang.

"Sayang ... mereka sudah tahu kalau aku selama ini hanya berpura-pura."

Lino mengeryikan keningnya gadis itu memanggil seseorang dengan panggilan sayang bukannya seharusnya yang paling penting memanggil Raja mereka. Ia juga melihat teman-temannya dan abangnya sedikit bingung.

"Iya, sayang. Aku akan melakukan dengan baik."

Lino yang mendengar itu seketika ingin merasa muntah saja. Sekarang gadis itu tampak sangat menjijikkan baginya.

"Soal Elio tenang aja walaupun tidak mati setidaknya ingatannya tidak bisa kembali, jadi dia tidak ingat tujuan kita apa. Malahan sekarang Elio tampak gila setelah amnesia bahkan sudah ehem sama rivalnya sendiri."

Lino yang mendengar itu mendengus kesal kenapa dirinya jadi ikut terbawa bahkan menyebut dirinya sudah gila sepertinya gadis itu minta dimutilasi. Namun, yang membuatnya heran apa yang sebenarnya terjadi. Apakah Elio mengetahui sesuatu yang sebenarnya tidak boleh diketahuinya (?)

"Tenang, sayang. Aku pastikan rencana kita akan berhasil."

Ravy yang mendengar itu ingin menghampiri Gina. Adya yang melihat itu segera membekap mulut lelaki itu.

Setelah itu mereka segera bergegas pergi dan bersembunyi dibalik dinding yang lain. Setelah kepergian Gina ia menghela nafas panjang akhirnya kedok gadis itu terbongkar juga.

"Lo kenapa, sih?! Gue mau nyamperin tuh rubah!" sembur Ravy dengan menatap tajam.

"Jangan gegabah karena ini sudah hal yang serius!" seru Arsen dengan muka dingin.

Lino menatap Ziel dengan muka datar. Ia melangkah menuju sang Abang dengan aura mendominasi membuat semuanya merasa bingung juga ketakutan.

"Bang Ziel sekarang gue mau tanya tapi Lo harus jawab dengan jujur," tekan Lino dengan muka datar.

"Tanya aja," sahut Ziel dengan tenang.

Mita yang sedari tadi hanya diam sekarang cukup kagum karena kedua saudara itu sama-sama mendominasi juga tenang. Ia meringis kecil menatap Arsen bagaimana bisa keluarga mereka nanti jika mereka sama-sama mendominasi. Apakah akan bersaing atau mengalah, tetapi gadis itu tidak mengetahui kalau Arsen sudah dijelajahi oleh Lino.

"Kejadian apa yang membuat gue amnesia? Jika hanya kecelakaan biasa tidak mungkin memiliki banyak kejanggalan," tanya Lino seiring langkah kaki yang mengitari Ziel.

Ziel menghela nafas panjang jika begini dia tidak mungkin merahasiakannya lagi. Ia menatap lurus wajah adiknya berkata, "Saat itu Lo menghadiri pesta di hotel bersama ayah. Awalnya Lo itu ingin ke toilet tapi lama tidak balik. Akhirnya ayah meminta orang untuk mencari keberadaan Lo, tetapi saat itu Lo sudah ditemukan di tangga dengan kepala yang sedikit berdarah."

Lino mengerutkan keningnya jika kecelakaan seharusnya bukan begini bukan. Orang bodoh seperti apa yang ingin membuat dirinya celaka kecuali jika tali sepatu tidak terikat atau ada seseorang yang mengganggunya hingga membuatnya terburu-buru berlari.

"Tali sepatu gue saat itu masih normal bukan," ucap Lino dengan mengangkat alisnya.

"Pertanyaan macam apa itu pula? Seharusnya yang ditanya itu soal tubuh tapi ini sepatu. Lo itu orang kaya No jadi nggak perlu khawatirkan masalah sepatu," timpal Adya dengan mengerutkan keningnya.

Lino menggeram kesal memetik daun lalu menyumpalkan ke mulut Adya. Lelaki itu segera meludahkan daun itu ke lantai dengan muka jijik.

"Teman laknat Lo!" umpat Adya dengan mengelap bibirnya.

Lino mengangkat bahunya seolah tidak peduli. Hari ini ia sangat banyak pikiran mengenai alur yang sangat melenceng dari novelnya sudah cukup dirinya mengubah alurnya.

"Tali sepatu Lo masih terikat," celetuk Ziel dengan muka datar.

"Jangan bilang kecelakaan Lo itu sudah direncanakan atau seperti di pembicaraan mereka tadi. Lo itu mendengar rahasia mereka sehingga ingin memusnahkan Lo tapi karena ingatan Lo hilang mereka tetap membiarkan Lo hidup," duga Ravy dengan menggaruk tengkuknya.

"Kecelakaan Lo pasti berhubungan dengan Raja geng mereka," sahut Nicho dengan mengepalkan tangannya.

"Kali ini gue tidak akan membiarkan para antagonis itu hidup dengan tenang because in this world there is only one antagonist," ucap Lino dengan menyeringai.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Apa kronologi kecelakaan yang terjadi saat itu 🤔
Nantikan terus bab cerita ini 🔥
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now