"Probeer het gewoon! (Coba saja!)"
Geraman penyusup menjadi awal penyerangan dini hari ini dimulai. Ia mengambi tiga langkah— menyerbu prisensi yang sama sekali tak gentar menghadapi cecunguk sepertinya.
Sling!
Nagasa kami saling bertabrakan pada posisi menyilang. Ku genggam erat tsuba-ku sebelum mendorong pertahan musuh kebelakang.
Penyusup membawa satu kakinya kebelakang demi menahan dorongan dariku. Segera kuangkat satu kaki kanan untuk menendang ulu hatinya agar ia tersungkur.
Nagasa kami terlepas dair masing-masing. Namun musuhku dengan lincah kembali memasang kuda-kuda untuk menyerangku.
Ia ayunkan katananya ke samping kanan sebelum melempar lurus kearah perutku. Beruntung aku berhasil menghindar.
Ku ambil langkah melingkari area kamar dengan katana sebatas dada. Sorot mata kami saling bertabrakan dalam kebencian. Detik selanjutnya, aku menyerang dengan mengayunkan katanaku dari bawah ke depan untuk menggores permukaan perutnya.
Sling!
Sayang, musuhku berhasil menangkisnya.
Aku geram.
Sambil berteriak, aku berlari kearahnya untuk menyerang. Ku ayunkan ke samping sebatas leher penuh tenaga, tetapi berhasil ditangkis.
Kamipun beradu kekuatan dalam beberapa saat. Dengan gigi bergemeretak kudorong senjataku kearahnya demi mengoyak tengkorak.
Klang!
Dua katana kami jatuh keatas lantai sebab tenaga kami sama besarnya.
Musuhku panik. Ia tatap senjatanya sebelum ku tendang dengan kaki telanjangku agar menyingkir jauh. Dapat kulihat jika pembunuh bayaran ini sangat amatiran melawanku, meski bernyali besar.
Aku berani menebak jika ia adalah oria Asia. Terlihat dari kelopak monoloid miliknya.
Kedua tangan kami sama-sama mengepal disebatas dada. Ku angkat kaki kananku menendang wajahnya namun segera ia tangkis dengan lengan. Ku layangkan tendangan lain dengan melompat singkat ke udara untuk menendang keras tulang lehernya.
Krek!
Bunyi leher retak menyapa rungkuku. Namun segera berbalas dengan tendangan kakinya ke arah wajahku.
Slap!
Dengan cepat kedua telapakku menangkisnya, lalu ku pegang erat pergelangan kaki itu untuk memutarnya keras sampai tubuh si pemilik berbalik.
Krek!
"aaargh!"
Punggung yang membelakangiku menjadi sasaran empuk bagi sikuku menghantam ruas belakangnya sebelum kuraih dua lengannya untuk memutar balik tubuhnya seratus delapan puluh derajat dan membantingnya ke atas lantai.
Penyusup terengah dengan kerjap mata satu kali.
Ku injak keras batang lehernya namun telapaknya berhasil menahan seranganku. Detik berikutnya, kakinya melompat ke udara untuk menendang wajahku namun segera ku tangkis dengan menangkap kedua kakinya, membukanya lebar sebelum injakan keras mendarat pada titik tengah area privasi.
"Aaaarrggh!!"
Musuhku mengerang kesakitan. Ia menekuk kedua kaki sebatas dada dengan gerakan tubuh memutar, bak cacing kepanasan. Segera saja kuayunkan kakiku menendang wajahnya yang tertutup kain hitam lalu ku naiki tubuhnya demi menghujaninya dengan pukulan tangan.
Tak butuh lama, musuhku terkapar. Diafragmanya bergerak naik turun kepayahan dengan iris mulai memburam. Ku injak tanpa ampun dada naik turun itu berulang kali sebelum satu pertanyaan ku luncurkan.
"Siapa yang menyuruhmu?!"
"Apa itu penting?"
Dasar keparat!
Saat satu injakan akan mendarat pada dada, kedua kakinya berhasil menendang tubuhku. Aku terhuyung ke belakang.
Perlahan ia bangkit dengan seringai dibibir. Aku tahu sebab kelopaknya hampir menyatu. Ia memasang kuda-kuda dengan kedua tangan mengepal sebatas dada.
"Kau pikir aku roboh dengan mudah, huh?!"
"Mari coba sekali lagi"
Penyusup menyerang lebih dulu dengan tangan mengepal melayang ke arah wajahku. Segera kutangkis dengan lengan sebelum memegang erat miliknya untuk ku silangkan dan ku banting melewati tubuh yang kutekuk.
Sayang, kedua kakinya berhasil menumpu. Tanpa membuang banyak waktu ku tendang kedua belakang lutut sampai menekuk sebelum,
"Jin!"
Namjoon berteriak seraya melempar katanya kearahku. Segera ku raih tsuba-nya dengan satu tangan dan-
slaash!
Satu kepala terpenggal dengan banyak cairan merah pekat menyiprat pada piyamaku. Ku lemparkan katana itu keatas lantai dan mengambil langkah menjauh.
"Kirimkan potongan kepalanya pada Lucas! Kurasa dia akan menyukai hadiah dariku!"
"Baik, bos!"
Beberapa anak buahku datang untuk menyeret mayat si pembunuh bayaran. Liquid merahnya benar-benar mengotori lantai marmerku yang putih bersih.
"Cacah tubuhnya dan berikan pada Lucky dan kawan-kawan. Mereka layak berpesta esok pagi!" imbuhku berlalu menyusuri lorong lantai dua.
Lucky adalah anjing doberman milikku. Ia begitu setia menemani sejak aku menginjak masa remaja. Ia adalah anjing cerdas yang kutugaskan menjaga sisi barat markasku.
"Jin, Jin, bolehkah aku mengambil kulitnya?"
Seseorang dengan sleeprope satin berlari terpincang menghampiriku. Surainya acak dan lepek dengan wajah bengkak.
"Untuk apa?"
"Aku ingin mengganti sepatu bootsku. Boleh ya?" kedipan mata dua kali membuatku bergidik. Segera saja kuiyakan sebelum hal buruk menimpaku.
"Boleh."
"Aaa, bedankt Meneer!"
Suara itu melengking nyaring, menembus gendang telingaku yang suci. Satu kecupan berhasil mengotori pipiku dini hari ini. Segeea kudorong tubuhnya menjauhiku dan ku tatap nyalang prisensinya.
"Berhentilah menciumku! Apa kau belum puas dengan Yoongi, huh?!"
Jimin terkikik. Ia memilin pita sleeprope seraya menggigit bibir bawahnyan
"Aku belum selesai dengannya sebab kudengar suara nyaring dari Namjoon"
"Jimin-!"
Suara nyaring lain berhasil menarik atensi sang omega untuk segera undur diri.
"Bye, meneer! Segera bersihkan tubuhmu. Kau sangat bau!" ledeknya dengan langkah lari kecil. Meninggalkan sang kepala mafia dengan tatapan kesal.
"You bitj!"
To be continued...
Halo, apakabar? Bagaimana scene kali ini?
Semoga suka ya.
Ada tombol bintang dibawah jangan di anggurin yuk. Terimakasih :)
Sarangek 💜
10-11-2021
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• A T T A C K •
Start from the beginning
