"This is the fines wine in Amsterdam."

V dan Richi mengerjapkan kelopak masing- masing ketika manik terasa berkunang-kunang. Apapun yang mereka tatao seakan bergoyang atau menjadi semakin banyak.

Richi berusaha meraih pisau daging di atas meja, namun sayang ototnya seakan lemas. Alhasil benda perak itu terjatuh ke atas lantai sampai berbunyi nyaring.

Sedangkan V, ia mulai menggosok lengan tangannya berulang kali saat tubuhnya memerah dan mengeluarkan keringat.

Panas.

Dalam detik ke lima belas, dua omega malang itu total meninggalkan kesadaran mereka.

-

Dini hari pukul 01.12 am

V terbangun seorang diri dalam kamar yang sepi namun terang. Gelenyar panas telah menguasai seluruh tubuh, sampai mencetak peluh. Serasa seperti di gelitik, namun ia ingin di sentuh.

Tangan juga kakinya hanya bisa bergerak terbatas di atas ranjang empuk, sebab ia dalam kondisi terikat. Beruntung sendirinya masih berbusana, meski hanya kemeja tipis dengan celana dalam yang menutupi area privasi.

"T-tolong!" serunya terengah.

Raganya terus mengeluarkan feromon manis bercampur bunga. Sebuah hal yang tak bisa ia sangkal dengan mudah sebab sendirinya tak mengkonsumsi obat pereda.

"Help! Help!" teriaknya gusar.

Tak butuh lama, seseorang memasuki kamar seraga memyeringai.

"Sudah bangun rupanya? Bagaimana jamuan makan malamku? Bukankah nikmat?" tanya si pemilik yang di akhiri dengan mendecih.

V hanya bisa mendesis seraya bergerak gelisah. Ia begitu kesal menatap pria asing yang terus memperhatikannya bak tontonan sirkus.

"Heatmu tiba? Kau ingin di sentuh huh?"

V meludah. Meski tak sampai mengenai target, tapi hal tersebut cukup memantik api amarah sang tuan rumah. Ia pun beringsut mendekat untuk menarik surai si omega dengan kasar seraya berbisik-

"Jangan berlagak jual mahal. Kau pikir aku tak tahu kau ini barang bekas!"

V menatap jengah pria di hadapannya ini. Ia tarik kepalanya ke belakang sebelum membenturkannya pada si pemilik rumah.

Pria beta itu kesakitan. Ia usap dahinya sejenak sebelum menampar V kuat-kuat, Sampai terkapar di atas ranjang. Meski tak sampai pingsan, tetapi cukup membuat bibir tipisnya robek di bagian sudut.

Sang tuan rumah meremat rahang tegas V seraya mendesis.

"Kau pikir kau ini siapa?! Kau tak lebih dari seorang budak!"

Ia hempaskan kepala si tawanan untuk kembali jatuh ke atas ranjang lalu menamparnya berulang kali sampai hidungnya berdarah.

V tak mampu lagi melawan. Sungguh, ia merasa pusing juga perih.

"Dengar, kau sudah kujual pada seorang kaya raya. Sepertinya ia sangat tertarik padamu saat aku kirimkan padanya fotomu" ucapnya yang di akhiri dengan tawa lepas.
Pria itu bahkan menunjukkan potret V yang tengah tertidur dalam posisi telentang dan tanpa berselimut apapun pada tubuhnya.

Pupilnya melebar dengan sekujur tubuh meronta, seakan ingin menampar balik lelaki biadab di depannya.

"Oh, manis. Sayang kau tak bisa berbuat banyak. Tapi tenang saja. Sebentar lagi akan datang seorang alpha kaya raya yang siap memuaskan tubuhmu"

"Persetan! Dimana temanku, huh?! Apa kau juga akan menjualnya?!" teriak V penuh amarah.

Pria beta itu mendekat untuk menepuk lembut rahang tegas V.

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now