"Aku tak masalah dengan positive thoughts mu, V. Tapi kita sedang dalam kondisi bahaya. Kita butuh perlindungan hukum. Tapi orang ini justru mengulur waktu. Jujur saja, aku meragu V. Aku takut kita kembali di jebak" terang Richi dalam langkah berbarengan mereka memasuki halaman rumah.

"Tolonglah, kita tak ada pilihan lain. Hari sudah malam. Heatku akan tiba. Aku sangat takut jika para alpha sampai melakukan hal buruk kepadaku. Kita butuh perlindungan. Aku rasa, bermalam di rumah orang asing ini cukup untukku."

Richi tak sanggup berkata apapun lagi. Ia mengerti kondisi sahabat barunya. Terlebih lagi, tak satupun dari mereka mengantongi suppressant.

"Bro, ik heb een hele lieve nieuwe omega meegebracht. Ze komen uit Azië. Ik denk dat een van hen de hitte zal ervaren. Je hebt dus niets te verliezen door het vanavond te hosten. Vertel het de baas. Er zijn nieuwe spullen binnengekomen.

(Bro, aku membawa omega baru yang sangat manis. Mereka dari Asia. Aku rasa satu di antaranya akan mengalami heatnya. Jadi kau tak akan rugi menampungnya malam ini. Beri tahu bos. Barang baru sudah tiba.)" bisik si pria Belanda.

"Oke. Kunnen ze Nederlands spreken?
(Oke. Apakah mereka bisa berbahasa Belanda?)"

"Nee. Ze kunnen alleen Engels spreken. U hoeft zich geen zorgen te maken. Laten we zeggen dat je de vader van die dikharige omega kent.

(Tidak. Mereka hanya bisa berbahasa Inggris. Kau tak usah khawatir. Katakan saja kau mengenal ayah omega berambut mangkuk itu.)"

"Oke. Kom snel thuis. Ik bel de baas en regel het.

(Oke. Segeralah pulang. Aku akan mengabari bos dan mengatur semuanya.)"

Pria asing pemberi tumpangan menghampiri dua omega yang menatap takut ke arahnya.

"Guys, i've told him to take care of you two. So, enjoy your night. It's free, okay. Don't give him anything. I've paid him for this"

"Thanks in advance. Sorry to bother you" ucap V dengan menaruh harapan penuh. Richi mencoba menilisik pergerakan pria si pengantar dengan sang pemilik rumah. Ia mencoba membaca gerak gerik bibirnya demi menemukan suatu maksud. Setidaknya satu kata saja yang mampu memberikan signal baik atau buruk.

Sayang, ia terlampau lelah untuk berpikir. Mendadak kepalanya terasa pusing.

Sang pemilik rumah menghampiri kedua omega setelah si pengantar melambaikan tangan di balik kemudi.

"Welcome to Amsterdam, guys. Come in! It's cold outside" sapanya ramah.

"Thank you so much. Thought I'd never met sincere guy like you. It meansa lot to us." tukas V dengan manik berbinar. Ia bersyukur telah menemukan tempat untuk berlindung.

"Sorry for bothering you." imbuh Richi tatkala mereka memasuki bangunan kayu yang cukup hangat.

"No no no. So, I've prepared the dish for our dinner. Hoping you enjoy it."

"We had already, Sir." seru Richi sambil menggoyangkan kelima jarinya ke udara disertai V yang mengangguk, turut mengiyakan.

"It's a banquet for guests. Please don't refuse"

Dua omega malang itu mau tak mau kembali menikmati makan malam untuk kedua kali. Sang tuan rumah dengan berbaik hati mau menuangkan kudapan ke atas piring masing-masing sebelum menuang anggur merah ke dalam cawan. Ia angkat cawannya tinggi ke udara seraya berseru-

"Welcome to Amsterdam"

Sang tamu pun mengikuti kalimat tersebut bak mantra. Lalu mendetingkan cawan mereka berbarengan dan berakhir menyesapnya.

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now