"V, apa kau yakin ada orang asing sebaik ini?"
"Kenapa memangnya? Dia berbuat baik kepada kita, bukankah sepantasnya kita tidak menaruh curiga?"
Richi menjeda kalimatnya sejenak tatkala pria Belanda itu memperhatikan mereka dari cermin kecil mobil.
"Is there something wrong?"
"No. Nothing. Don't worry" jawab cepat omega berambut mangkuk untuk memotong kalimat V yang akan segera keluar.
Merekapun kembali berbisik.
"Dengar, kita mendapat makan malam secara gratis di saat kita menawarkan ponsel sebagai bayarannya. Dan sekarang, ia mau mengantarkan kita ke Kantor Dubes dengan percuma. Apa kau yakin ini rute yang benar menuju kesana? Feelingku justru mengatakan kita sedang dalam bahaya, V"
Pemuda manis berambut fluffy berpikir sejenak. Ia tatap gemerlap kota Amsterdam dari balik kaca mobil seraya mengamati setiap bangunannya. Tata letak kota, persimpangan jalan, juga papan arah dalam bahasa yang sama sekali tak ia mengerti.
Sekujur tubuhnya mendingin ketika mobil yang mereka tumpangi memasuki kawasan sepi.
"V, apa kau mendengarku?"
"Richi, apakah jalurnya benar melewati sini? Kenapa aku menjadi takut?"
Menyadari dua omega di belakangnya berselimut rasa cemas, sang pria Belanda mencoba memberi ketenangan.
"Guys, don't worry. You two gonna safe. Believe me!"
"Are you sure this is the way to Korea Embassy? Please, this is not funny anymore. We gonna pay you by our phones."
"Chill out, guys. Wait a minute"
Dua omega malang tersebut saling berpegangan tangan erat ketika mobil memasuki kawasan perumahan sepi yang berjarak satu dengan yang lainnya cukup berjauhan. Pepohonan tinggi di sertai lolongan anjing liar semakin membuat ciut nyali yang hanya tersisa seujung kuku.
V menatap Richi dengan manik bergetarnya. Telapak tanganya bahkan sudah membasah dan terasa dingin. Sudah cukup penyiksaan yang mereka terima sebelumnya, keduanya hanya menginginkan kebebasan.
Sedangkan Richi berusaha menelan ludahnya yang pahit, hingga tenggorokannya terasa sakit. Tak bisa di pungkiri, sekujur tubuhnya pun bergetar hebat. Bayang-bayang tindakan keji terus berlarian di depan pupilnya yang kelam. Sungguh, jika sampai terjadi lagi sendirinya ingin mengakhiri hidupnya saja.
Mati akan terasa lebih baik ketimbang menjadi budak nafsu para gerombolan mafia bejat.
Tak lama kemudian, mobil yang di tumpangi berhenti tepat di depan rumah besar tanpa pagar dan bercat cokelat tua. Terlihat hangat dan nyaman,l dengan ornamen Natal yang sudah twrpasang di depan pintu juga jendela. Meski sebagian pitanya berwarna pudar.
"Here is. Let's go, guys."
Tak satupun dari dua omega menggerakkan tubuh mereka. Hanya tatap tajam dengan bibir terkunci rapat.
"You need to rest tonight. Tomorrow morning, my friends will bring you to the Korea Embassy. One if them said if your daddy is they business partner." terang si pria Belanda panjang lebar yang di akhiri dengan menunjuk Richi.
"Me? My daddy? Are you sure?"
"You can ask them for sure. Let's go. The weather will colder, guys"
Dengan segala pertimbangan dalam diam dan tatap ragu, para omega memutuskan untuk keluar dari mobil dan mengikuti langkah sang pria asing.
"Mungkin saja benar. Kita harus berpikir positif bukan?" ucap V mencoba memberi ketenangan. Padahal sendirinya dilanda kecemasan.
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• Trapped •
Start from the beginning
