• Trapped •

Magsimula sa umpisa
                                        

Namjoon yang mengekor tenang dari belakang tetiba memasang wajah tegang saat mendapat kabar dari para pengawal jika V dan seorang budak lain berhasil kabur. Ia mengumpat tertahan dengan manik melebar, memerintahkan mereka untuk segera mencari para budak tersebut sebelum sang kepala mafia mengetahuinya.

Sayang terlambat.

Kenop kamar berhasil di putar Jin. Terlihat masih sama rapi, namun bau hangus juga cat basah begitu menusuk lubang hidungnya.

"Joonie!"

"Ja, Meneer!"

Sang Alpha tampan memutar tubuh untuk menatap tajam orang kepercayaannya.

"Wat is er gebeurd? Waar is V?!
(Apa yang terjadi? Dimana V?!)"

Namjoon yang baru saja mengetahui kejadian itu, membungkukkan tubuh sembilan puluh derajat sebelum membuka mulutnya hati-hati.

"Sorry, meneer. V is vanmiddag weggelopen.
(Maaf, Tuan. V melarikan diri siang tadi)"

Jin menendang kursi di sampingnya hingga benda kayu itu terlempar, menatap dinding dan terbelah menjadi beberapa bagian.

Braak!

"Dus je weet het al? Noem je me daarom meneer? Ik zal deze nieuwe gewoonte van je onthouden.
(Jadi kau sudah tahu? Itu sebabnya kau memanggilku 'Tuan?' Aku akan mengingat habit barumu ini)"

Mendengar keributan, para pengawal yang berjaga segera masuk dalam kamar.

Kursi rias telah sepenuhnya rusak dengan Namjoon yang menunduk. Sebuah tanda jika sang Meneer tengah murka.

"Zoek naar V totdat je kunt. Of ik maak jullie allemaal af met mijn eigen handen.
(Cari V sampai dapat. Atau aku akan menghabisi kalian semua dengan tanganku sendiri)" teriaknya sampai mencetak jelas nadi pada tenggorokan.

Jin berjalan mondar-mandir di depan ranjang mereka berselimut resah. Fikirnya terus menerawang rute mana yang memungkinkan bagi V untuk melarikan diri.

V, dimana kau? Apakah pinggulmu masih sakit?

Ia pun berjalan menuju balkon kamar dan mengamati area sekitar.

Udara semakin dingin, kau pasti lapar. This world is totally jungle, V. Only me your safest place.

Tanpa membuang banyak waktu, pria Alpha berlesung pipi itu segera mencari informasi dari pengawal lain melalui in-ear yang terpasang.

Sungguh sebuah kelalaian.

Dalam diam Namjoon terus memperhatikan gerak-gerik sahabatnya itu dari kejauhan. Tampak rasa cemas berlebihan disana. Sebuah reaksi yang sama sekali bukan menunjukkan seorang Jin.

Ia pun bertanya-tanya, mengapa sang kepala mafia begitu risau dengan kaburnya si budak tawanan? Bukankah mereka bisa mendapatkan budak lain nantinya? Bahkan lebih. Atau, mungkinkah—

Pupil Namjoon melebar seraya menggelengkan kepala.

"It's impossible"

-

Lampu-lampu terang kota dengan bangunan kuno tertata apik yang menjulang tinggi, rupanya berhasil memukau dua omega manis yang kini duduk manis di seat belakang mobil.

Setelah menikmati makan malam dengan percuma, Pria Belanda itu bersedia memberikan tumpangan menuju Kantor Kedutaan Besar Korea di Belanda. Tanpa biaya sepeserpun. Hal inilah yang memicu kecurigaan dari Richi. Ia pun berbisik pada V dalam bahasa Korea-

• K R A C H T •  JINV • ABOTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon