Chapter 57

16K 1.3K 186
                                    

Halo-halo, apa kabar bestiee?

Nungguin nggak?

Setuju nggak si, kalau aku double up? Kalau setuju, mari Vote+komen sebanyak-banyaknya.

Happy reading!

Butuh beberapa menit untuk Zahra mengemudi agar sampai di kantor mantan suaminya. Dan akhirnya, sampai juga. Ia kemudian turun dari mobil, lalu membukakan pintu untuk anaknya.

Ia menggenggam tangan Rava erat. "Inget, kata Mama."

Rava mengangguk malas.

"Nice, ayo masuk." Zahra menarik tangan Rava masuk ke dalam gedung besar di depannya itu.

Sampai di dalam gedung itu, seseorang menyambutnya. "Selamat siang Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang itu, yang merupakan salah satu karyawan di perusahaan PT. Alvarendra Corp.

"Saya ingin bertemu dengan Alva."

"Sebelumnya Ibu sudah punya janji?"

"Iya," jawab Zahra.

"Ibu yang namanya, Zahra ya?" Zahra mengangguk.

"Baik Bu, silahkan naik ke lantai atas. Pak Alvanya sudah menunggu."

"Terimakasih." Setelah mengucapkan itu, Zahra melangkahkan kakinya meninggalkan karyawan tersebut.

Zahra tahu, bahwa Nia tidak lagi bekerja di sini. Karena itu, dia tak mencari perempuan itu.

---

Sampai di depan pintu ruangan Alvandra, Zahra menarik napas dalam lalu mengucapkan salam kemudian membuka pintu. Yang tidak dikunci sama sekali.

"Assalamualaikum."

Alvandra dan Faikal yang tadinya sibuk berbincang-bincang, sontak menoleh. "Waalaikumsalam."

Zahra tersenyum tipis, mendekat ke arah kedua lelaki itu. Lalu ikut duduk di sofa. Alvandra mengembangkan senyumnya, melihat Rava yang berada di belakang Zahra.

"Hai Rava," sapanya.

"Hai juga Om." Selesai membalas sapaan Alvandra, Rava ikut duduk di samping Ibunya.

Zahra menatap Alvandra dan Faikal bergantian. "Mau nanya apa?"

"Soal penyelidikan kecelakaan itu," jawab Alvandra, Zahra kembali mengangguk.

"Tapi Ravanya bisa di titip sama sekretaris pak Al dulu?" sahut Faikal.

"Bisa. Saya telepon sekretaris saya dulu." Alvandra berdiri, berjalan ke meja kerjanya kemudian menelpon sekretaris untuk segera menghampirinya.

"Halo Pak, ada yang bisa saya bantu?"

"Bisa ke ruangan saya sekarang?"

"Bisa Pak, saya segera ke sana sekarang."

"Oke." Alvandra mematikan panggilan sepihak. Kemudian kembali berjalan ke sofa dan duduk di tempatnya tadi.

Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu. Yang Alvandra tebak, itu adalah sekretarisnya.

"Masuk." Seseorang itu perlahan membuka pintu.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Alvandra mengangguk. "Tolong bawa anak saya jalan-jalan di luar."

Wanita yang merupakan sekretaris Alvandra, menatap Rava kemudian kembali menatap bosnya. Raut wajahnya menguarkan rasa tak percaya. "Anak Bapak?"

"Iy-"

Alvandra (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora