Chapter 23

12.5K 918 1
                                    

Happy reading!

"Nggak!" teriak seorang wanita meremas kuat handphone yang terdapat foto mantannya sudah menikah.

"Ni, bilang foto ini editan, please,"  lirihnya belum terima.

"Ini beneran, Ras!" balas sahabat wanita itu.

"Nggak mungkin! Dia cinta mati sama gue!"

"Mungkin dia emang bukan jodoh lo," ucap sahabatnya berusaha membujuk.

"Gue udah bayar orang buat berusaha ngejauhin dia dari perempuan-perempuan lain selama gue masih di sini, Rin. Termasuk sepupu gue sendiri, sampai mereka yang berpacaran putus. Tapi kenapa jadi gini, Rin? Padahal gue bentar lagi pulang," lirih wanita yang terlihat frustasi itu.

"Gue bahkan rela ngebuat sepupu gue sakit hati, demi ngedapetin dia," lanjutnya.

Mengingat suatu hal, emosinya semakin tak teratur. "Hubungan gue kayak gini, gara-gara Andranjing! Walaupun dia udah mati, gue masih dendam sama dia."

"Jangan gitu, biarin si om-om itu tenang di sana," kata sahabat wanita itu. Tak membiarkan sahabatnya dendam dengan seseorang yang bahkan sudah lama meninggal.

"Tapi dia yang ngebuat hubungan gue hancur! Dan gue nggak bakal pernah bisa maafin dia."

"Demi dia, gue bakalan singkirkan perempuan itu, liat aja. Sebentar lagi, hubungan mereka hancur, dan apa yang gue mau, terjadi." Dia tersenyum devil.

"Udah, Ras! Lo udah hancurin sepupu lo sendiri, sampai dia di jodohin sama orang yang nggak dia cinta sama sekali! Dan sekarang, lo mau ngehancurin seseorang lagi? Di mana hati nurani lo?"

"Jangan jadi orang yang jahat, cuma karena seseorang."

"But, I've been bad ever since. Pretending to be fine, you are being fooled," ucapnya, membuat perempuan yang merupakan sahabatnya semakin naik darah. Dia pergi meninggalkan wanita gila itu sendirian.

Seraya berkata, "Finally, I know why the father of the person you love destroys your relationship. Because he knows, you are not a good person for his son."

Perkataannya itu, mampu membuat wanita gila yang dia tinggalkan semakin emosi.

"Don't come to me, when you need help or are sorry for your actions," ucapnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan sahabatnya.

"Dan gue nggak bakal nyesel!"

                           ***

Hari ini, tak terasa kehamilan Zahra sudah menginjak usia lima bulan. Dan seiring berjalannya waktu, hubungan mereka lebih baik lagi.

"Saya pamit, ke kantor." Alvandra berkata setelah selesai menghabiskan sarapannya.

Zahra berdiri, mengambil tangan suaminya lalu mencium dengan hormat. "Hati-hati di jalan."

Mengangguk adalah jawaban Alvandra. "Hati-hati di rumah juga." Kemudian, ia menunduk menatap dan mengusap perut istrinya yang sudah membuncit.

"Papa kerja dulu ya," ucapnya.

Wanita pemilik perut buncit itu memejamkan mata. Ini pertama kalinya suaminya mengusap perutnya seperti ini.

"Iya, Papa." Zahra membalas dengan suara yang di buat-buat seperti anak kecil.

Alvandra mengubah posisi lagi. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Melihat suaminya sudah menjauh, Zahra memejamkan mata.
Zahra, lo jangan pernah berharap dia romantis deh. Suami lo itu kaku! Ngga bisa romantis. Batinnya.

Alvandra (END)Where stories live. Discover now