Chapter 47

26.1K 1.5K 71
                                    

Happy reading🖤

Seorang laki-laki dengan pakaian formalnya tengah berada di sebuah restoran yang ada di kota Jakarta. Menunggu seseorang untuk datang menemuinya.

Alvandra. Nama laki-laki tersebut.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya seseorang yang ia tunggu itu datang.

"Siang Pak, maaf terlambat. Ada sedikit kendala sebelumnya," kata seseorang itu tak enak.

"Tidak apa, silahkan duduk." Alvandra mempersilahkan seseorang itu untuk duduk.

Faikal yang merupakan seseorang itu menurut.

"Mbak!" Alvandra memanggil.

Pelayan yang di panggil itu menoleh dan tersenyum, ia menghampiri meja makan kedua lelaki yang berpakaian formal tersebut.

"Iya Pak, Bapak mau pesen apa?" tanyanya seraya memberikan sebuah menu makanan pada dua laki-laki tersebut.

Setelah memilih, keduanya segera menyebutkan nama makanan yang ingin di pesan.

---

Selang beberapa menit, Alvandra dan Faikal telah sarapannya sampai habis.

Yap, sekarang masih pagi. Kedua orang itu sudah memiliki janji sedari kemarin untuk bertemu pagi ini.

"Jadi bagaimana?" tanya Alvandra selepas meminum minuman miliknya.

Tangan kanannya bergerak menyimpan gelas. Ia menatap laki-laki dihadapannya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Bu Zahra mantan istri Bapak kan?" tanya Faikal. Yang ditanya mengangguk mengiyakan.

"Jadi begini, Pak. Sesuai penyelidikan yang saya dapatkan, Bu Zahra belum pernah menikah setelah bercerai dengan Bapak," jelas orang kepercayaan Alvandra.

Dia berbohong. Alvandra tersenyum ketika mengetahui hal itu. Namun, dia juga sedih karena telah dibohongi.

Dia kemudian mengangguk lagi. "Baik. Terima kasih atas penyelidikannya."

Faikal mengembangkan senyum karena telah berhasil menyelidiki. "Iya Pak, ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Tidak, untuk bayarannya saya transfer." Benda pipih yang ada di dalam saku, diambil oleh pemiliknya. Alvandra mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Iya Pak. Kalau begitu saya pulang, masih banyak yang harus saya kerjakan," pamit Faikal yang mendapatkan anggukan kepala.

Setelah Faikal tak terlihat lagi, Alvandra ikut keluar dari restoran dan masuk ke dalam mobil yang terletak diparkir restoran.

Tak lama di dalam mobil, ia segera mengemudikan mobil untuk ke suatu tempat. Ingin menemui seseorang.

Ia akan ke sekolah Rava, anak yang di tolong beberapa hari lalu.

Sampai. Alvandra telah sampai ditempat tujuannya. Dia tak langsung turun dari mobil. Melainkan hanya memperhatikan Rava dan Zahra dari kaca mobilnya.

Alvandra dapat melihat Zahra yang sedang mengacak rambut Rava gemas.

Laki-laki itu ikut tersenyum melihatnya, ia juga tak tahu, mengapa hatinya menghangat melihat kedekatan Zahra dan Rava.

"Apa Rava anak kita?" gumam Alvandra bertanya.

"Mungkin bisa aja. Harus dipastikan lagi," sambungnya.

"Yaudah kalau gitu Mama pulang ya, Ava yang bener sekolahnya. Byee!" Zahra masuk ke dalam mobil miliknya.

"Mama hati-hati di jalan!" Rava melambaikan tangannya.

Melihat itu, Alvandra segera keluar dari kendaraan beroda empat miliknya, lalu menghampiri Rava yang baru saja berhenti melambaikan tangan.

"Rava," panggil Alvandra. Anak kecil tersebut sontak membalikkan badannya menghadap seseorang yang memanggil.

"Napain Om di sini? Mau sekola juga? Om kan udah gede, tinggal kelas ya?" tanya Rava panjang lebar.

(Ngapain Om di sini? Mau sekolah juga? Om kan udah gede, tinggal kelas ya?)

Tak ada jawaban, Rava menyipitkan matanya. "Ih, Om benelan tinggal kelas ya?" selidik anak itu. Ingin meledek Alvandra.

(Ih, Om beneran tinggal kelas ya?)

Astagfirullah, sabar. Siapa tau ini bener anak kamu. batin Alvandra berusaha untuk sabar menghadapi anak kecil yang sangat cerewet di depannya.

"Bukan, Om cuma nyamperin kamu aja," ucap Alvandra.

Rava sontak menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ckckck,"

Alvandra bingung sendiri, mengapa anak itu menggeleng kan kepala dan berdecih pelan?

"Om kangen ya sama Ava? Suka sama Ava? Tapi jangan ya! Nanti Om sakit ati. Ava jdah unya ade kecil soalnya," jelas Rava.

Lantas saja Alvandra menggeleng-gelengkan kepalanya. Anak yang sangat aneh. Dasar. Percaya diri sekali.

"Bukan, Rava."

"Telus?" Rava menatap polos pada Alvandra.

"Rava suka eskrim?" tanya Alvandra. Rava lantas senyum-senyum tak jelas. Lagi-lagi mengundang kebingungan laki-laki di dekatnya.

"Om mau beliin Ava eskim ya?" tanya Rava tersenyum menggoda. Semakin membingungkan.

Bocah prik. Tanpa sadar Alvandra mengatakan itu di dalam hati.

Namun, Alvandra tetap mengangguk.

"Ava kulang pelcaya deh, Om ikas beliin eskim. Om, mau ogok Ava kan? bial Ava tulutin mau, Om? Tapi Ava ga suka eskim. Jadi, Om gagal," ucap Rava berniat mengundang kekesalan.

(Rava kurang percaya deh, Om ikhlas beliin eskrim. Om, mau sogok Rava kan? Biar Rava turuti mau, Om? Tapi Rava nggak suka eskrim jadi, Om gagal.)

"Beneran Rava nggak suka eskrim?" tanya Alvandra tak percaya, setaunya anak seumuran Rava sangat suka dengan eskrim.

"Tapi boong! Ava suka eskim kok. Bental Om telaktil Ava ya? Kita makan bayeng." Rava berseru.

(Tapi boong! Rava suka eskrim kok. Bentar Om traktir Ava ya? Kita makan bareng.)

"Oke, Om tunggu." Alvandra segera mengambil kesempatan dengan mengacak rambut Rava gemas. Entah apa yang ia niatkan. Semoga bukan kejahatan.

"Rava masuk gih, belnya udah bunyi," ujar Alvandra setelah mendengar bel sekolah Rava berbunyi.

"Iya Om, janji ya bental siang!" seru Rava, Alvandra hanya menganggukkan kepala lalu hendak pergi meninggalkan Rava.

(Iya Om, janji ya bentar siang!)

"Eh, tunggu!" cegah Rava, setelah berhasil ia mengambil tangan Alvandra lalu menciumnya.

"Alim dulu! Kata Mama gini." Alvandra yang mendengar hal itu menyunggingkan senyum.

(Salim dulu! Kata Mama gini.)

Setelah itu, Rava masuk ke dalam sekolahnya. Tak ingin terlambat.

Alvandra ikut masuk kedalam mobil hitam miliknya lalu mulai mengemudikannya ke suatu tempat.

Sampai di tempat tujuan, dia turun dari mobil memandang lamat gedung rumah sakit di depannya.

Yap, sekarang laki-laki tersebut tengah berada di rumah sakit umum Pondok Indah.

Jangan lupa di Vota🖤

Kira-kira Alvandra ngapain ya ke Rumah sakit? Ada yang tau?

Alvandra (END)Where stories live. Discover now