Chapter 38

37.6K 1.7K 100
                                    

Happy reading🖤

Sekarang ini, Alvandra sedang dalam perjalanan untuk ke rumahnya dan Zahra. Ia akan menemui istrinya, semoga saja wanita itu masih berada di rumah.

Sampai di depan rumah, Alvandra segera masuk ke dalam dan mengucapkan salam setelah membuka pintu.

"Assalamualaikum!"

Ibu paruh bayah yang sedang mengepel lantai, mengangkat kepala. "Waalaikumsalam, den Alva?"

"Bi, Ayra mana?"

"Non Zahra belum pulang den, barusan juga non Naya pergi dari sini, dia bawa semua barang-barang non Zahra," jelas Bi asi.

Kerutan di kening Alvandra tercetak. "Maksud, Bibi?"

"Maksudnya, non Zahra belum pulang dari tadi, Den. Dan non Naya juga baru aja pulang bawa barang-barang non Zahra." Bi Asi menjelaskan lebih jelas dan mudah di mengerti.

"Ya sudah kalau begitu Bi, makasih." Alvandra berlari keluar dari rumahnya tanpa menunggu balasan dari Bi asi lagi.

---

Kini laki-laki tersebut sudah sampai di depan rumah orang tua Zahra, ia segera masuk dan mengetuk pintu. Tak lama kemudian pintupun terbuka menampilkan tubuh Hani.

"Ngapain kamu ke sini?!" Hani mengetus, tatapannya tajam menatap laki-laki yang sudah menyakiti anaknya. Dan sebentar lagi akan menjadi mantan menantunya.

"Ma, Ayra ada? Alva mau bicara sama, Ayra."

"Nggak usah panggil saya Mama lagi! Saya nggak sudi di panggil mama sama laki-laki brengsek seperti kamu!" Lagi-lagi Hani mengetus.

"Toh juga kamu sebentar lagi  bukan menantu saya lagi, tunggu saja surat cerainya selesai," sambung ibu Zahra itu.

Alvandra menggelengkan kepala. "Nggak, Ma."

"Sekarang mending kamu pulang sana! Saya nggak terima tamu seperti kamu!" perintah Hani, yang mendapat gelengan kepala oleh Alvandra lagi.

"Nggak Ma, please izinin aku ketemu sama istriku." Laki-laki di hadapannya itu memohon  yang tentu saja tak dipedulikan.

Brakk!

Pintu tertutup kasar yang lantas mengeluarkan suara. Hani menutupnya tanpa membalas ucapan Alvandra.

---

Rossa, wanita ity berada di dalam mobilnya, ia akan ke rumah Sang anak. Saat mendengar pernyataan dari Hani ia sangat kecewa pada anaknya.

Saat sampai di depan rumah Sang anak, dengan cepat dia mengetuk pintu nya.

Tok tok tok

Pintu di buka oleh bi Asi.

"Bi, Alva mana?" tanya Rossa dengan cepat kala melihat wajah bi Asi di hadapannya.

"Den Alva lagi keluar Bu, mari mas-"

"Mama?" Terdengar beoan laki-laki dari belakang. Lantas Rossa menoleh lalu menghampiri Alvandra menariknya untuk masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah ia segera menampar pipi anaknya keras.

Alvandra menoleh karena tamparan keras itu. Untuk kedua kalinya, dia mendapat tamparan dari ibunya. Semua karena dia telah menyakiti Zahra.

"Mama benar-benar kecewa sama kamu!" teriak Rossa menatap Alvandra penuh kekecewaan.

"M-maksud, Mama?"

"Kamu talak Ara kan? Kenapa kamu  kayak gini, Al!" teriak Rossa lagi, membuat bi Asi terkejut.

"Ma, aku nggak ada maksud untuk nalak Ayra." Alvandra berusaha mendekati Rossa yang kini menjauh darinya.

"Mama tanya, Mama pernah nggak ngajarin kamu jadi laki-laki brengsek kayak gini? nggak kan? Mama nggam pernah ngajarin kamu jadi brengsek kayak gini! Mama kecewa sama kamu!"

"Mulai detik ini juga, kamu bukan anak saya lagi! berhenti manggil saya dengan sebutan Mama lagi! saya nggak sudi punya anak brengsek seperti kamu!" lanjut Rossa lagi. Mendengar itu membuat hati Alvandra sakit sedalam-dalamnya.

Selesai mengatakan itu, mengeluarkan unek-uneknya yang sudah tak sabar ia keluarkan tadi. Rossa langsung keluar dari rumah Alvandra, lalu masuk ke dalam mobilnya. Meminta sopir untuk mengemudikan.

"Ma! tunggu!" panggil Alvandra berteriak sembari mengejar mobil Rossa yang kian menjauh.

"Argh ... ini semua gara-gara Faras sialan!" umpat Alvandra sembari mengacak rambutnya frustasi. Dia berbalik masuk kedalam rumahnya dengan tatapan kosong.

Bi Asi yang melihat itu, hanya diam takut untuk berbicara. Ia juga tak mengerti, sebenarnya apa yang terjadi pada rumah tangga majikannya?

Sesampainya di dalam kamar, Alvandra melempar semua barang-barang yang ada di sana.

Ia sangat menyesal! Sungguh. Dia berharap, ini semua hanya mimpi.

"Argh!" frustasi Alvandra masih dengan melemparkan barang-barang nya.

Kamar yang awalnya rapi itu kini sudah berantakan, seperti hubungannya dengan Zahra.

Kemudian, lelaki itu keluar dari kamar. Saat ini ia akan datang ke club malam. Mungkin dengan meminum alkohol membuatnya lebih tenang.

---

Di lain sisi, kini Faras berada di dalam rumahnya, ia sangat pusing saat ini! Bagaimana jika Alvandra langsung menceraikannya? Ia tak mau hal itu terjadi! Sampai kapanpun ia tak akan mau, laki-laki itu hanya miliknya.

Saking frustasinya, dia mengacak rambut yang membuat dirinya seperti orang gila, atau bahkan memang sudah gila sejak lama. Untung saja tidak ada yang melihatnya, mungkin.

"Sial! Sial!" Perempuan itu terus mengumpat.

Lalu, tangan Faras bergerak cepat memukul-mukul perutnya. "Kenapa lo nggak datang bayi sialan!"

"Bisa-bisa rencana gue gagal karena lo nggak dateng!" teriaknya lagi.

---

Rossa kini sudah sampai di depan rumahnya, ia segera masuk dan langsung saja berjalan ke arah kamarnya dengan tatapan yang tentu saja kosong.

Gadis yang sedang menonton televisi di ruang tengah, mengerutkan kening bingung.

Ia segera berdiri mengikuti langkah ibunya. Masuk ke dalam kamar Rossa. Lalu duduk di tepi ranjang dekat dengan ibu paruh baya tersebut..

"Are you okay, Mom?" Gadis itu bertanya dengan nada khawatir.

Rossa menggeleng. "No, i'm not alright."

"Kakak kamu, dia ternyata udah nikah diam-diam sama Faras, dan Faras sekarang hamil," lirih Rossa menjelaskan apa yang terjadi pada anaknya. Tatapannya menatap kosong ke depan.

Mendengar itu, membuat Raina terkejut. "APA, MA? Mama bercanda kan? Kak Alpa nggak gitu."

"Don't call him Big Brother again. Dia bukan anak Mama lagi!" seru Rossa.

"Tapi Ma, kak Al tetap anak Mama, hubungan seorang ibu dan anak tidak akan bisa terputus," balas Raina pelan.

"Mama bilang dia bukan anak Mama lagi! Kamu jangan pernah manggil dia dengan sebutan kakak!" bentak Rossa tak sengaja membuat Raina terdiam, tak biasanya dia membentak anaknya.

"Mama nggak sudi punya anak brengsek seperti dia! Mama nggak sudi di panggil nama sama dia!" lanjutnya lagi.

"Jadi kamu jangan pernah panggil dia dengan kakak!"

"Fine. Kalau begitu, Raina keluar. Mama tenangin diri dulu, istirahat." Saat Raina hendak keluar dari kamar Ibunya, tangannya sudah lebih dulu di cekal oleh Rossa.

"Rain, maaf Mama udah bentak kamu." Rossa tak enak telah membentak anaknya.

"Aina ngerti kok. Aina juga kecewa sama A-alva, sekarang mending Mama istirahat ya, tenangin pikiran Mama dulu."

Rossa tersenyum, dia mengangguk.

"Yaudah sekarang Aina keluar ya," pamit gadis itu lagi lalu benar-benar keluar dari kamar sang Ibu. Membiarkan Rossa beristirahat menenangkan pikirannya.

Jangan lupa di vote🖤

Alvandra (END)Where stories live. Discover now