Chapter 56

16.5K 1.4K 272
                                    

Happy reading🖤

Selesai menemani Rava berbelanja, ketiganya saat ini berada di Timezone. Lagi dan lagi, menemani anak itu.

Rossa terus memandangi wajah Rava yang terlihat sangat bahagia dan ceria, bermain mobil-mobilan yang di remote oleh ibunya.

"Rava mirip sama seseorang waktu kecil," gumam Rossa, tentunya tidak di dengar oleh Zahra yang berada di sampingnya.

"Ava udah main banyak permainan,nggak mau berhenti-henti. Tante, jadi nunggu lama kan, Maaf ya Tan," ucap Zahra tak enak.

Rossa sontak menoleh ke arah perempuan itu. "Nggak papa santai aja. Namanya juga anak kecil."

"Iya sih Tan, tapi tetep aja nggak enak sama Tante. Aku bujuk Ava lagi deh, ini juga udah lewat waktu makan siangnya."

"Ava, sini-sini!"

Anak laki-laki yang tengah membelok-belokkan mobilnya itu menoleh. "Apa, Ma?" Kemudian, Rava mendekat dengan masih di atas mobil-mobilannya.

Zahra yang menekan remote mobil-mobilan Rava, menghentikan jarinya. "Udah dulu main-mainnya. Kapan-kapan lagi, ya?"

"Tapi Ava masih mau."

"Rava masih mau main-main Ra, jangan di paksa," sahut Rossa.

"Nggak di paksa, Tan. Cuma dibujuk doang." Menoleh ke arah Rossa sebentar, Zahra kembali menatap anaknya yang masih menunduk di atas mainan mobilnya.

"Ava, liat Mama," perintah Zahra. Rava menurut, anak itu mendongakan kepalanya.

"Nanti kapan-kapan kita ke sini lagi, Ava boleh main sepuasnya, sampe malam juga boleh. Tapi sekarang kita makan siang dulu, ya? Makan dulu terus pulang. Oke?"

Rava tampak berpikir sejenak sebelum mengangguk.

"Nah, ayo turun!" Perempuan tersebut membantu anaknya untuk turun dari mainan mobil-mobilan itu

Kemudian, menggenggam tangan Rava yang. "Ayo, Tan."

"Ayo," balas Rossa. Selanjutnya, mereka mulai berjalan ke arah restoran yang berada di mall itu.

Ramai. Itulah yang mereka rasakan ketika berada dan duduk di salah satu meja makan di restoran.

"Mbak!" panggil Zahra, pada seorang pelayan di restoran itu. Seseorang yang merasa di panggil itu pun menoleh dan tersenyum sambil berjalan mendekati sang pemanggil.

"Mau pesen apa, Mbak?"

"Tante aja dulu yang pesen," ujar Zahra, memberikan mantan mertuanya kertas yang berisi menu makanan.

Rossa menerimanya, memilih makanan yang ia inginkan. "Saya pesen ini aja, sama ini."

Setelahnya, Rossa memberikan kertas menu makanan itu pada Zahra. "Saya ini sama ini."

"Ava, mau apa?" Zahra memperlihatkan isi menu makanan itu pada Rava.

"Ini." Jari telunjuk Rava bergerak menunjuk sebuah makanan yang belum pernah ia coba. Namun, menarik perhatiannya.

"Oke, anak saya ini saja, Mbak."

"Baik Mbak, di tunggu ya." Setelahnya, pelayan restoran itu pergi meninggalkan meja ketiganya.

Sembari menunggu makanan datang, Zahra dan Rossa memilih untuk berbincang-bincang sebentar, sebelum seorang pelayan datang membawa pesanan mereka. "Silahkan dinikmati."

"Terima kasih."

Selanjutnya, mereka mulai memakan makanan masing-masing dengan tenang, setelah pelayan tersebut pergi.

"Ara, Tante mau nanya, boleh?" tanya Rossa. Makanan ibu paruh baya tersebut telah habis, begitupun dengan Zahra juga Rava.

Zahra tak langsung menjawab, melainkan mengambil robot kesukaan anaknya di dalam totebag, lalu memberikan pada Rava. Agar anak itu tak mengganggu obrolan mereka.

Setelahnya, barulah perempuan itu mengangkat kepala lalu menjawab, "Boleh."

"Kamu ke Jerman waktu itu kenapa gak bilang sama Tante? Biar Tante juga bisa antar kamu ke bandara," ucap Rossa.

"Maaf---"

"It's okay, Tante ngerti perasaan kamu waktu itu. Lagian, udah berlalu juga," potong Rossa.

Rossa kemudian mengambil tangan Zahra. "Dan soal waktu itu, Tante minta maaf atas kelakuan anak Tante."

"Tante merasa bersalah banget selama ini. Andai, waktu itu Tante gak ngajak kamu ke rumah buat masak bareng, pasti semuanya gak kayak gini."

Zahra menggenggam tangan Rossa yang juga menggenggamnya. "Udah takdir, Tan."

"Dan bukan salah Tante, jadi Tante jangan merasa bersalah lagi ya?" Rossa tersenyum tipis seraya mengangguk.

***

Selesai makan siang bersama Rossa. Zahra kini sudah berada di atas mobil, bersama anaknya.

Wanita itu mulai mengemudikan mobil meninggalkan parkiran mall.

Di tengah perjalanan, ponselnya bergetar. Menandakan seseorang memanggilnya. Zahra menunduk, mengambil ponsel lalu menjawab panggilan itu masih dengan mengemudikan mobilnya.

"Ih, Mama! Belenti dulu, nanti nablak loh!" seru Rava sambil menoleh ke arah ibunya.

"Iya deh." Zahra menepikan mobilnya di pinggir jalan agar aman.

Setelahnya, Zahra kembali fokus pada handphonenya. "Assalamualaikum," salam seseorang di seberang sana.

"Walaikumsalam? Ada apa?" Rupanya, Alvandra yang menelepon wanita itu.

"Kamu bisa ke kantor sekarang?"

"Buat?"

"Faikal mau nanya sesuatu sama kamu, bisa?"

"Bisa, ini kebetulan saya lagi di jalan."

"Oke, saya tunggu."

"Iya, tutup dulu ya, Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Tutt

Zahra menaruh ponselnya kembali. Kemudian kembali mengemudikan mobilnya.

"Mama mau ke kantolnya, om Al ya?" tanya Rava. Anak itu sedikit mendengar obrolan Alvandra dan Zahra.

"Iya, kenapa?" tanya Zahra tanpa menoleh sedikitpun.

"Ava ikut ya? Ava mau ketemu om Al."

"Jangan, kamu Mama antar ke rumah dulu ya?"

"Tapi Ma ...."

Zahra berpikir sejenak. Tidak ada salahnya juga, daripada dia harus bolak balik. Wanita itu akhirnya mengangguk. "Ya udah, tapi kalau om Al bilang dia Papanya Ava, jangan percaya ya?"

"Iya deh."

"Ava juga jangan deket banget sama om Al, oke?" Rava mengangguk.

Zahra menyunggingkan senyum, lalu menunjukkan jari kelingkingnyaa. Ingin melakukan pinky promise. "Janji."

Rava membalas. Lalu terbentuklah pinky promise. "Janji, Mama."

Jangan lupa vote dan komennya🖤

Happy/sad?

Zahra masih tetep egois ya?

Gak bakal capek buat nanya itu☺️

Btw, jangan manggil aku Thor dan kak😭🙏🏻 panggil nama aja, atau terserah kalian deh☺️

Terima kasih🖤

Alvandra (END)Where stories live. Discover now