Chapter 15

15.4K 1.1K 8
                                    

Happy reading!

Selesai berganti baju, Zahra membuka koper-kopernya, menyusun barang-barangnya dengan rapi di kamar Alvandra.

Suara langkah kaki seseorang tak membuat Zahra menoleh, tanpa menoleh pun ia sudah tahu siapa pemilik langkah kaki itu.

Pastinya Alvandra. Siapa lagi kalau bukan dia? Mereka hanya tinggal berdua di rumah yang cukup luas ini.

Tiba-tiba perlakuan yang tak pernah Zahra harapkan, terjadi. Membuatnya terkejut. Alvandra membantunya menyusun pakaian dan barang-barang lainnya.

Ia menoleh dengan alis yang terangkat satu. "Bapak, ngapain?"

"Punya matakan?" Bukannya menjawab, Alvandra justru bertanya balik.

"Saya membantu kamu," kata Alvandra kemudian.

Tanpa menoleh lagi Zahra membalas, "Nggak perlu, Pak. ini bukan tugas, Bapak."

"Apa salahnya seorang suami membantu istrinya?" Zahra bungkam.

Setelah menyusun pakaian dan barang-barangnya di dalam kamar, Zahra hendak mengangkat kopernya untuk diletakkan di atas lemari, tetapi Alvandra sesegera mungkin mencegahnya.

"Biar saya."

"Yaudah, makasih. Saya keluar dulu ya? Mau liat-liat rumah," pamit Zahra.

Sambil menyimpan koper itu di atas lemari, Alvandra menawar, "Mau saya temani?"

"Nggak perlu." Melihat suaminya mengangguk, Zahra melangkah kan kaki keluar dari kamar. Berjalan mengelilingi rumahnya, memperhatikan susunan barang-barang di sana. Lumayan rapi, namun menurut wanita itu masih ada yang kurang.

Akhirnya, Zahra memutuskan untuk mengubah tampilan dapur, yang menurutnya masih kurang itu.

Tangannya bergerak cepat memindahkan letakan panci, dan alat-alat di dapur.

Sampai akhirnya Alvandra datang dari belakang dengan kerutan di dahinya.

"Kamu ngapain?"

Zahra sontak memegang dadanya karena terkejut dengan suara suaminya yang tiba-tiba muncul dari belakang.

"Bapak ngagetin aja." Setelah berkata demikian, Zahra kembali melanjutkan kegiatannya. Tanpa menjawab pertanyaan Alvandra.

"Kamu ngapain?" Alvandra bertanya lagi, kali ini lelaki itu berdiri di samping wanita yang sedang menyusun letakan sendok dan garpu itu.

"Saya kurang puas sama tampilan dapurnya, jadi saya ubah tata letak alat-alat dapur sebagian, nggak papa kan?" Zahra menoleh ke samping saat mengucapkan tiga kata terakhirnya.

Alvandra mengangguk. "Yang penting kamu tidak kelelahan."

Lelaki tampan itu menggerakkan tangannya membantu sang istri. Sambil berkata, "Besok saya akan mencari art, yang akan membantu kamu."

Zahra langsung meletakkan barang di tangannya, menatap Alvandra. "Nggak perlu, Pak! Saya masih bisa ngurus rumah sendiri."

"Tapi saya mau. Tidak ada bantahan, kamu membantah pun, saya akan tetap mencari art."

"Terserah!" Zahra pergi dengan raut wajah kesalnya, masuk ke ruang tengah, dan menyalakan Televisi.

Karena memang kegiatannya di dapur sudah selesai.

Alvandra yang tahu bahwa istrinya kesal, mengayunkan langkahnya ke ruang tengah untuk menghampiri perempuan itu.

"Ra." Alvandra duduk di samping perempuan yang tengah sibuk memperhatikan Televisi.

Alvandra (END)Where stories live. Discover now