Chapter 29

12.4K 851 9
                                    

Happy reading🖤

Malam ini, Alvandra dan Zahra sedang bersiap-siap untuk berangkat ke pesta ulang tahun Faras di sebuah hotel bintang lima yang ada di jakarta.

Setelah beberapa menit akhirnya Alvandra selesai bersiap-siap, ia hanya butuh waktu sepuluh menit untuk bersiap-siap.

Berbeda dengan Zahra yang saat masih saja berada di depan meja riasnya.

Sudah tiga puluh menit Alvandra menunggu Zahra yang belum juga selesai.

Padahal dari tadi ia terus berbicara '5 menit lagi' sudah beberapa kali ia berkata seperti itu, tapi sampai sekarang belum selesai juga, membuat Alvandra kesal.

"Sudah belum, Ra?" tanya Alvandra sembari melihat arloji yang ada di tangan kanannya.

"Tunggu dulu, lima menit lagi!" balas Zahra yang masih setia berada di depan meja riasnya.

"Sebentar lagi acaranya di mulai, Ra."

"Ini selesai, nggak sabar banget ketemu mantan." Zahra berjalan ke arah Alvandra yang ada di sofa dekat pintu.

"Buk---"

"Udah ayo, cepetan!" potong Zahra meninggalkan Alvandra yang masih berada di dalam kamar hendak protes atas perkataannya.

Semakin perutnya membuncit, Zahra terlihat semakin sensitif. Moodnya selalu mudah berubah.

---

Di atas mobil, perjalanan menuju hotel hanya keheningan yang menemani mereka. Tak ada satupun yang membuka suara. Hanya suara kendaraan-kendaraan lain yang terdengar.

Sampai pada akhirnya Zahra membuka suara memecahkan keheningan itu.

"Kok aku jadi takut ya," cicit Zahra gelisah saat mereka akan sampai di hotel tempat Faras berpesta.

Alvandra menoleh beberapa detik ke arahnya, lalu kembali fokus pada jalanan. "Takut kenapa?"

"Takut yang di mimpi semalam itu beneran terjadi," ucap nya pelan.

"Nggak usah di pikirin, cuma mimpi." Alvandra mengambil tangan kanan Zahra untuk ia genggam, berusaha meyakinkan istrinya.

"Tetep takut."

Lagi-lagi Zahra mengingat kembali kejadian semalam. Di mana dia mimpi buruk yang membuatnya saat ini khawatir.

Seorang perempuan dengan berpakaian piyama besar lengan panjang terlihat gelisah dalam tidurnya. Tubuh dengan bagian perut yang terlihat buncit itu berkeringat.

Laki-laki yang sedang tidur dengan nyaman di sampingnya, terlihat terganggu. Terbukti dari dia mulai mengerjapkan mata. Menoleh ke samping menatap perempuan yang sedang gelisah di sampingnya.

"Nggak!" teriak perempuan itu langsung bangun dari tidurnya. Dan saat itu juga, dia sadar bahwa dia hanyalah mimpi buruk.

Alvandra lantas ikut bangun. "Hei, kenapa? Mimpi buruk?" tanyanya khawatir.

Tangan kekar itu bergerak menyalakan lampu, yang saklarnya berada di samping ranjang.

Dia kemudian menarik tubuh istrinya untuk didekap. Memberikan ketenangan pada wanita yang masih shock tersebut.

"Tenang, cuma bunga mimpi." Tangan yang tadi menekan saklar lampu beralih mengusap punggung istrinya.

Lalu, mengusap keringat yang bercucuran di dahi perempuan tersebut.

Zahra yang mulai tenang, membalas pelukan hangat dari Alvandra. Mengadu pelan di sana.

"Takut, Pak ... mimpinya nggak bakal terjadi beneran, kan?" lirihnya.

"Insha Allah, nggak. Itu cuma bunga mimpi, minum dulu ya? Terus tidur lagi, baru jam dua." Zahra mengangguk pelan.

Kemudian, tanpa melepas pelukannya Alvandra dengan susah payah mengambil air minum di atas nakas.

Zahra meminum air itu. "Sekarang tidur lagi, berdoa dulu."

Istrinya menurut.

Selesai berdoa, Zahra membaringkan tubuhnya yang di ikuti oleh Alvandra. Laki-laki itu berbaring di samping istrinya. Memeluk perempuan itu dari samping, mengusap kepalanya.

Agar Zahra cepat tertidur lagi.

Sejak tadi pagi, Zahra sudah tenang. Namun, entah kenapa ia tiba-tiba mengingat mimpi itu lagi.

"Jangan di pikirin," ujar Alvandra yang mengalihkan tatapan Zahra. Perempuan tersebut mengangguk. Keduanya turun dari mobil.

Di luar mobil, Alvandra mengambil kembali tangan istrinya. Menggenggam dengan erat.

"Al perasaan aku makin nggak enak," ucap Zahra gelisah saat mereka sudah masuk ke dalam hotel.

"Kan sudah kubilang, jangan di pikirin. Semua akan baik-baik saja." Alvandra berusaha untuk meyakinkan Zahra, agar wanita itu tidak gelisah lagi.

"Ayo, acaranya udah mau di mulai pasti," ucap Alvandra lagi.

Zahra mengangguk. Dia sendiri berusaha meyakinkan dirinya. Bahwa semua akan baik-baik saja. Mimpi itu, tidak akan terjadi di dunia nyata. Insha Allah.

Jangan lupa di vote🖤

Alvandra (END)Where stories live. Discover now