Ugly 20 - Mau Digendong?

Start from the beginning
                                    

Dahi Scarletta berkedut. "Apanya yang dua kali?"

"Gue nolongin lo."

"Nggak ada yang minta tolong!" ketus Scarletta. Gadis itu berusaha bangkit dari brankar.

"Lo lemah aja masih angkuh. Pantas Riyu nggak suka sama lo."

Scarletta menoleh dengan bibir mengerucut. "Nggak ada yang minta pendapat lo tentang sikap gue. Gue yang punya diri, jangan sok nilai orang!"

"Oh ya?" Linggar menaikkan sebelah alisnya. "Tapi sayangnya, manusia enggak bisa nilai dirinya sendiri. Lo butuh kaca untuk tahu diri lo gimana di mata orang-orang."

"Nggak usah ceramah!" cecar Scarletta, lalu mengarahkan tubuhnya ke bibir brankar, menggerakkan kakinya agar bisa mencapai lantai.

"Gue bicara fakta. Social needs, berinteraksi dengan orang lain. Itu yang lo butuhkan!" Linggar mengulurkan tangannya saat melihat Scarletta kesusahan.

"Makasih, tapi gue nggak butuh bantuan!" ucapnya dengan lantang.

BRUK!

Scarletta jatuh dari brankar. Ia tersungkur dengan posisi lutut dan telapak tangan lebih dulu menyentuh keramik.

"Aw, sakit. Kaki gue!" Scarletta mengiris dengan mata yang terpejam. Tangannya mengusap lutut yang lebih dulu mencium lantai.

"Tuh, kan?" ucap Linggar dengan suara yang ditekan. "Sekarang lo butuh bantuan gue?"

Isak tangis membanjiri ruangan berbau antiseptik itu. Scarletta meraung, merasa sakit di tubuhnya berlipat ganda. Lantai keras itu dikenai oleh tulang lututnya. Belum lagi punggungnya yang masih saja kesakitan dan menyulitkannya bernapas.

Linggar berjongkok, ia menyelipkan tangan kirinya di betis Scarletta, sementara tangan kanannya melingkari punggung gadis itu. Scarletta meronta, tapi Linggar tidak peduli. Ia menaikkan Scarletta ke tepi brankar.

Scarletta terus mengerang kesakitan. Lututnya memang tidak berdarah, namun benturan tadi menimbulkan memar di tulang keringnya.

"Diam di sini. Gue mau cari es batu buat redain sakit lo. Jangan ke mana-mana!" ucap Linggar sebelum akhirnya berlari ke luar UKS.

o0~AMU~0o


Dalam hitungan menit, Linggar kembali dengan satu bungkus es batu yang berada di genggamannya. Ia berjongkok, menempatkan kepalanya sejajar dengan lutut Scarletta yang memerah.

"Lo mau ngintipin daleman gue?!" pekik Scarletta, memandangi Linggar dengan netra menyelidik.

Linggar tidak peduli. Tangannya terus bergerak, menempelkan batu es tersebut pada permukaan kulit Scarletta.

"SAKIT!" teriak Scarletta seraya menjambak rambut Linggar sebagai penahan rasa sakitnya.

"Iya, tapi rambut—arh—rambut gue nggak usah ditarik juga, dong!"

"Pelan-pelan dikit, kenapa? Sakit lutut gue!"

Scarletta semakin mengencangkan tarikannya saat Linggar menekan batu es tersebut ke kulitnya.

"Sakit, sih, sakit. Tapi jangan rambut gue juga yang jadi sasarannya!"

Linggar menjauhkan es batu itu dari lutut Scarletta. Lelaki itu berdiri, meletakkan air yang sudah membeku tersebut ke atas nakas.

Teriakan Scarletta terhenti, bersamaan dengan tangisnya yang telah reda. Gadis itu merasa lututnya sedikit baikan. Suhu dingin dari batu es tersebut rupanya mampu menghadang rasa sakit yang membungkus patella dalam lututnya.

After Me UglyWhere stories live. Discover now