115. Nightmare (3) || unintentionally.

227 35 18
                                    

Diperjalanan Arista yang kini ditemani Levius dan juga Bell yang saat ini telah menjadi lebih dekat karena keduanya menjadi partner bertarung sejak Aiden tidak ada, membawa Arista dan dengan sigap membimbing jalan ke tempat Teal, Gabrien dan Theodore yang terluka.

Deru nafas terengah engah dalam lari kecil miliknya seakan mengaburkan pandangannya saat ia mulai bernafas dengan mulutnya, sebuah perasaan khawatir dan ketakutan jika ia tidak bisa tiba secepatnya. Sebuah perasaan yang telah menyelimutinya dari sebuah rasa takut. Ia sudah berlari cukup kencang, hingga Bell dengan cepat menggigit pakaian Arista yang tengah berlari di sampingnya dan memindahkan Arista ke punggungnya setelah melihat sang Tuan—Arista—terengah engah terlihat ingin cepat tiba.

Levius tanpa banyak bicara berlari kencang memimpin jalan keduanya.. menebas para roh kegelapan yang mengganggu perjalanan terburu-buru mereka. Rambut putih Arista yang berayun di atas sebuah Monster berbulu putih di tengah tengah medan perang membuatnya mudah terlihat. Bahkan oleh sudut pandang paling jauh di daratan Brumuz. 

Keringat mulai terjatuh di pelipis putih itu..pandangan nya mulai menyipit ketika arah yang dituju Levius dan Bell adalah di penghujung daratan Brumuz, wilayah terjauh yang berlawanan dari tempat Trezaz pertama kali memunculkan dirinya .

Salah seorang Roh hutan yang tidak Arista kenali namanya, melambaikan tangan seolah ia dengan tangan terbuka menyambut baik kehadiran Arista, dan dengan gerakan tangan mengarahkan Bell menuju hutan segera.

Mata Arista yang hijau pekat dengan jejak kehidupan melimpah itu,  melotot sesaat, tapi jelas itu bukan ekspresi terkejut. Tapi pemahaman. Ia mengerti.

Satu momen jelas itu memberi sebuah gambaran jelas pada Arista tentang tempat ini. Hingga sang Roh hutan itu terkesiap sejenak lalu dengan cepat berkata.

“ Miniatur World Tree berada di hutan ini, ia melindungi ketiganya dengan baik.”
Ucapnya, mungkin ia disini sekarang menggantikan Meriel yang belum kembali, dan Juga Siora yang kini tengah sengit melawan Villma dibantu Lhoris dan Shinon.

“ Baik, terimakasih.” Balas Arista singkat, mengangkat dagunya kedepan ketika Bell sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari kencang melesat ke dalam hutan. Roh hutan yang sempat berlari di samping Bell, hilang. Ia menyatu dengan Alam sekitar dengan sangat baik. 

Suara pijakan keempat kaki bell yang bergemuruh karena tubuhnya yang besar itu menjadi sebuah tanda yang jelas bagi world tree mengenali siapa yang akan tiba di sana.

World tree hanya membagi sebagian jiwa nya serta sihir nya pada satu pohon keturunan nya di hutan itu..meriel telah meminta world tree berpindah kemari untuk menghindari hal hal buruk terjadi, dan itu benar benar menjadi suatu hal yang sangat membantu Arista, karena World Tree menjaga dengan baik mereka bertiga.

Langkah Bell terhenti melihat di depannya, Levius sudah berhenti berlari dan perlahan menoleh kepada Arista.

“ Nona , ketiganya berada di rumah pohon di sana.” Sambil menunjuk ke salah satu pohon besar yang sedikit berwarna kekuningan dari batang hingga daun, sangat menunjukan jika pohon ini adalah pohon yang dirasuki World tree saat ini.

Sebuah pondok kecil berada di puncak pohon itu, Arista yang menengok tinggi menoleh ketika sebuah tangan mengulur pada nya.

“…Aku akan menemanimu Nona.” Ucap Levius, ia tersenyum lembut dengan kemurahan hati di wajahnya,  Arista meraih uluran tangan itu tidak lama, mereka melesat ke pondok yang Levius bicarakan.


Bell yang mengerti, segera berjaga di sekitaran World Tree dengan gagah dan postur tubuh yang besar.

Step*

Auristella The Lost Princess On viuen les histories. Descobreix ara