Ugly 12 - Im Alone

Start from the beginning
                                    

"BURUAN PERGI! JANGAN SAMPAI GUE LAKUIN HAL FATAL KALAU LO MASIH DI SINI!" teriak Scarletta frustasi.

Niken mengerjap ketakutan. Beberapa detik kemudian, Jefri berdiri dari tempat duduknya dan menarik tangan Niken agar beranjak dari sana.

"Udah, kita pergi aja. Nyesel gue tadi belain dia. Dasar nggak tahu diri, sama kayak Riyu!" sindir Jefri setelah mengembuskan napas kesal.

Ucapan Jefri barusan mampu membuat wajah Scarletta menghadap kembali ke arah mereka. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya. "Apa maksud lo?"

Jefri tersenyum miring. "Kalau cewek gue nggak belain lo, udah nggak ada harga diri lo di depan semua orang. Mikir, dong, jangan egois!"

Niken menarik napas panjang sebelum akhirnya mengiyakan ajakan Jefri untuk keluar dari UKS. Sorot mata Scarletta melunak, lebih tepatnya penasaran dengan lanjutan kata-kata Jefri yang menggantung.

Scarletta menatap dua orang yang semakin menjauh itu dengan wajah sedih. Untuk saat ini ia tidak bisa berpikir jernih. Ia bukan orang yang gampang memaafkan kesalahan orang lain. Walau Niken sahabatnya, tapi manusiawi, bukan, jika Scarletta merasa kesal karena wajahnya menjadi rusak gara-gara ide Niken?

Ya. Scarletta sadar ia egois. Tapi mau bagaimana pun, sulit baginya menerima kenyataan pahit ini. Wajahnya rusak, dan entah kapan bisa mulus seperti semula.

Tiba-tiba otaknya mengingat seseorang. Lelaki yang dengan tega menurunkannya dipinggir jalan seperti sampah, serta yang tega membiarkannya jatuh pingsan tanpa berniat menolong sedikit pun.

"Gue nggak akan lupain ini semua. Sampai kapan pun!" teriaknya lepas.

**

Aluna sedang memindahkan nilai yang diberikan Pak Andi untuk praktik sholat jenazah tadi ke buku induk. Ini sudah menjadi tugas sehari-harinya sebagai sekretaris kelas. Aluna senang melakukan itu. Bahkan jika tidak diminta pun, Aluna akan mengusulkan diri pada guru-guru yang mengajar agar seluruh tugas catat-mencatat diberikan kepadanya.

"Akhirnya Letta dapat karma juga, ya?" ucap seorang perempuan yang duduk di samping Aluna. Gadis itu bernama Mimi, lebih tepatnya sahabat Aluna.

Bolpoin yang digenggam Aluna terlepas sejenak. Ia menoleh ke arah Mimi. "Jangan ngomong gitu, Mi. Nggak baik ngejatuhin orang saat dia lagi susah," tegur Aluna pelan.

"Duh, Lun. Hati kamu terbuat dari apa, sih? Aku salut sama kamu. Padahal Scarletta itu udah berusaha hancurin hubungan kamu sama Riyu, lho?"

Aluna menyunggingkan senyum. Tangannya bertengger di bahu Mimi, menepuknya pelan. "Nggak apa-apa, Mi. Antagonis nggak akan pernah menang melawan kebenaran. Aku nggak takut soal itu."

Mimi mengulum senyum bangga. "Beruntung, ya, Riyu dapat kamu. Beda jauh sama monster licik itu. Ih ... amit-amit sekarang dia bisa singkirin posisi kamu. Yang ada Riyu bakal ilfeel sama wajahnya yang jelek," ucap Mimi diakhiri tawa meledek.

Percakapan mereka terhenti sejenak saat seorang perempuan tiba di depan meja dengan napas tergopoh. "Guys, gue ada info penting, nih!" ucapnya. Mimi dan Aluna menoleh serentak.

Dia adalah Gia, salah satu teman dekat Aluna di kelas selain Mimi.

"Duduk, Gi! Kenapa kamu ngos-ngosan gitu?" heran Aluna.

Gia menarik napas sedalam mungkin, lalu mengeluarkannya lewat paru-paru. Kemudian ia menarik kursi yang ada di dekatnya untuk duduk di samping Aluna.

"Niken dan Letta berantem. Gue nguping di balik pintu UKS tadi. Ah, senang banget rasanya!" sorak Gia girang.

Mimi melebarkan senyum. Alis matanya terangkat tinggi. "Seriusan, Gi? Artinya teman Scarletta bakal berkurang, dong? Mampus deh tu orang!" Mimi mengepalkan tangan kirinya dan bergumam senang.

After Me UglyWhere stories live. Discover now