EXTRA PART I

Mulai dari awal
                                    

Namun setelah sepuluh menit tidak ada yang membuka suara. Kia yang tidak menyukai situasi itu akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, ada apa dengannya. Hingga sebuah jawaban mampu membuat napasnya tercekat beberapa saat.

"Berhenti suka sama gue. Gue brengsek dan seorang pembunuh."

Hari itu Kia sampai tidak percaya bahwa ia bisa melihat sosok terluka dibalik sosoknya yang galak ketika menolaknya mentah-mentah. Begitu banyak rasa sakit yang tersimpan di hatinya dan begitu banyak kebencian yang dia tanggung di pundaknya. Namun saat itu Kia merasakan matanya tidak mengatakan hal demikian. Sorot mata yang menyimpan beribu penyesalan itu seolah mengatakan, "Tolong jangan pergi setelah lo tau gue bukan orang baik."

Dia selalu dihadapkan pada pilihan sulit yang membuatnya menjadi lelaki yang tidak punya pendirian. Pilihan antara menjaga perasaan gadis yang dia cintai atau tetap ada bersama gadis yang hidupnya hancur karena kesalahannya.

Ddrrrtt

Kia tersentak di tengah lamunannya. Gadis itu melihat sejenak siapa yang meneleponnya sebelum akhirnya ia memilih menggeser ikon hijau.

"Sayang, kamu dimana? Jangan buat mama khawatir."

Diam-diam Kia meringis, benar kan? Dirinya telah membuat khawatir orang rumah.

"Maaf Ma, Kia gapapa kok. Ini lagi nunggu hujan reda di depan caffe dekat rumah."

"Ya udah, kamu tunggu disana. Papa kamu bakal datang, MAS ..."

Kia terkekeh. Aneta—bukan lebih tepatnya wanita yang sekarang menjadi mamanya itu selalu berlebihan mengkhawatirkannya. Apalagi saat setelah ia keluar dari rumah sakit. Beberapa saat kemudian sambungan telfon akhirnya terputus.

Sudah tiga tahun berlalu.

Yang berubah saat ini, Papanya sudah menikah dan Kia akhirnya memiliki seorang mama. Ternyata dugaan Kia tentang ibu tiri jahat itu tidak seperti kenyataannya. Malah Kia sangat bahagia karena memiliki keluarga yang lengkap. Aneta begitu sangat menjaganya bahkan wanita itu mengenal semua teman-teman dekatnya. Katanya agar ia bisa tau apakah temannya itu baik atau tidak. Mamanya itu hanya tidak ingin masa lalu terulang lagi. Ada musuh yang tidak kasat mata dibalik kata teman.

Kia menghembuskan napas. Biarpun rasanya berat namun ia harus bisa menjalani kehidupannya sebagaimana semestinya. Saat ini bukan hanya raganya namun hati dan perasaanya harus bisa terbiasa. Semua memang tidak sulit namun bukan berarti itu mudah.

Drrtt drrt

Kia mengerut. Apakah mama atau papanya yang menelepon lagi? Saat Kia melirik nama yang tertera di layar ponselnya, wajahnya berubah sumringah.

"KIAAAAA!"

Kia sontak menjauhkan benda itu dari telinganya.

"Kia, gue kangen sama lo. Lo kapan balik ke indo? Gue kangen, kangen, kangeeenn banget."

Kia terkekeh. Seingatnya, Fely tidak memiliki sifat lebay dan sejak kepindahannya dari Indonesia, Fely jadi seperti ini. Kia mulai terbiasa.

"Gue juga kangen sama lo." jawab Kia seadanya.

"Huft... kalau kangen sama gue, lo balik dong, Kia. Gue jadinya nggak ada teman curhat, teman gosip, teman shopping, teman ..."

"Tapi lo punya teman hidup." Kia terkikik geli. Siapa sangka hubungan Fely dan Arjuna sudah hampir tiga tahun dan masih bertahan sampai saat ini.

"OIYA! GUE JADI KELUPAAN, KAN?"

Kia lagi-lagi menjauhkan ponselnya dari telinga. Satu lagi, akhir-akhir ini Fely suka teriak tiba-tiba.

"Apa yang lupa?"

"Aduh... Gimana ya ngomongnya. ARJUNA TIBA-TIBA NGELAMAR GUE, ANJIRR!"

"Hah!?"

"Kaget kan lo? Gue juga sama kegetnya. Gue heran sama tuh anak, ada aja tingkahnya yang buat spot jantung. Mana selalu mendadak lagi."

"Jadi lo bakal nikah sama Arjuna!?" pekik Kia tidak kalah heboh.

"Ya nggaklah!"

Mata Kia terbebelalak kaget. "Lo tolak dia?"

"Bukan gitu... gue sama dia tawar-menawar dulu, sampe akhirnya kita pilih tunangan. Masa iya gue nikah di semester 3 kuliah gue. Dan untungnya Arjuna bisa ngerti. Aaaaaa... jadi makin sayaanggg."

Kia terkekeh geli. Ia akhirnya sadar ternyata Arjuna, lelaki pengagum dalam diam itu bisa meluluhkan hati Fely yang beku bahkan membuat sahabatnya itu sampai bucin seperti sekarang ini.

"Gue mau lo datang di acara tunangan gue, bisa kan?"

Kia menghela napas dalam. Gadis itu semakin merapatkan jaketnya saat ia rasa suhu udara kian semakin dingin. Ia juga tidak tau apakah ia bisa menemui sahabatnya itu di hari bahagianya atau justru hanya membuat Fely merasa kecewa.

"Gue nggak tau." hanya itu jawaban yang bisa Kia keluarkan dari bibirnya. Kembali kesana hanya akan membawa pengaruh yang berdampak besar bagi Kia. Ia tidak akan sanggup menghadapinya.

Sejak mengalami kejadian mengerikan itu, Kia sedikit trauma untuk kembali ke Indonesia. Entah mengapa, kejadian tentang bagaimana ia disiksa begitu keji masih berbayang di kepalanya.

Beberapa saat setelahnya, Kia dan Fely akhirnya mengakhiri perbincangan mereka di telfon itu. Kia menghirup udara banyak-banyak, mengisi rongga dadanya yang mulai terasa sesak. Air matanya kembali menetes sebelum kemudian dengan cepat Kia menghapus jejak air mata itu. 

"Kamu gimana kabarnya?" Gumam Kia dengan hati teriris.


****







Extrapart aku publish lagi :) kalian bisa baca sepuasnya sebelum dihapus tentunya.

Extrapart aku publish lagi :) kalian bisa baca sepuasnya sebelum dihapus tentunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam Kia

Terimakasih sudah membaca💙

Possessive Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang