Possessive Badboy 13

215K 21.1K 634
                                    

SELAMAT MEMBACA

-0o0-


        Kia kembali sekolah setelah kejadian tiga hari yang lalu saat di camping ia tidak pernah lagi melihat Regha. Sepertinya laki-laki itu tidak datang sekolah tiga hari terakhir. Kia melangkah lemas menaiki anak tangga menuju kelas. Ia seperti tidak berniat untuk kembali sekolah. Gadis itu duduk di bangku kosong di sebelah Nando. Ia melirik Nando yang memainkan ponselnya.

"Do, Regha gak sekolah lagi?" tanya Kia memperhatikan lelaki itu.

"Gak, dia jagain Serena di rumah sakit."

Kia menghembuskan napas pelan. Ia merengut memperhatikan meja Regha di depannya. Ia sedang duduk di bangku Regha. Ia sebenarnya sangat ingin menemui Serena untuk meminta maaf namun ia tidak seberani itu. Kia takut kehadirannya malah akan membuat Regha marah. Regha memang terlihat menyukai Serena sampai membuatnya panik melihat gadis itu terluka. Apa Kia masih bisa merebut hati Regha?

"Serena gimana kabarnya?" tanya Kia dengan suara rendah.

Nando menoleh pada Kia yang kini mengusap sayang meja Regha. Tingkah yang sungguh aneh.

"Dia baik-baik aja tapi belum bisa pulang." jawab Nando singkat.

"Pangeran meninggalkan Putri sendirian yang kini merana akibat lama ditinggalkan." Ucap Kia dramatis. Gadis itu menidurkan kepalanya di meja. Ia sejenak menutup mata sembari mengerucutkan bibir.

"Datanglah pangeran Regha, aku menunggumu." ujarnya kembali.

Nando menatap jijik.

"Lo lebih baik pergi dari kelas gue. Kelas ini anti cewek alay kayak lo." Ucapnya menyenggol lengan Kia agar segera pergi.

Gadis itu berdecak kesal.

Kia langsung menegakkan kepalanya. "Pulang sekolah gue mau jenguk Serena di rumah sakit."

Nando melirik sinis. "Mau jenguk Serena atau liat Regha?"

Kia menampilkan gigi putihnya. Gadis itu kemudian beranjak dari duduknya menuju pintu kelas. Nando mengendikkan bahu lalu kembali beralih melihat ponselnya. Tiba-tiba ia melihat kepala gadis itu menyembul di depan pintu.

"Do, anterin gue ya." Pinta gadis itu dengan cengiran lebar.

Nando menggeleng. "Gak." Ucapnya malas.

"Gue gak butuh jawaban lo." Ucap Kia dengan wajah berubah datar dan menyebalkan. Nando mencebikkan bibir, perempuan itu memang selalu tau bagaimana membuatnya kesal.

--0o0--

Gadis berambut gerai itu berjalan di lorong rumah sakit. Ia meremat keranjang buah di tangannya saat aroma bau rumah sakit menyeruak masuk kedalam indra pembaunya. Ia tidak suka rumah sakit. Gadis itu berusaha menetralkan detak jantungnya. Ingatan masa lalu itu kembali hadir seiring langkah kakinya menyusuri lorong rumah sakit. Ia menghembuskan napas pelan, sudut matanya tiba-tiba meneteskan air mata. Dengan gerakan cepat Kia menghapus jejak air matanya lalu menarik senyum tipis.

"Ini ruang inap Serena. " Ucap Bara singkat. Ia membalikan tubuhnya menghadap Kia.

Kia teringat saat menemui Nando di parkiran. Laki-laki itu sengaja mengajak Imel, teman sekelasnya untuk pulang bareng. Dengan wajah tanpa dosa dan polos Nando mengatakan tidak bisa mengantarkannya ke rumah sakit kemudian pergi melajukan motor membonceng Imel. Kia mendengus kesal, ia tidak sengaja melihat Bara yang ingin siap pulang. Ia mencegah Bara dan membujuk laki-laki itu untuk mengantarnya ke rumah sakit. Pada akhirnya Bara mau mengatarnya walau dengan sedikit unsur paksaan.

Kia mengangguk paham kemudian mengambil satu langkah menggenggam gagang pintu lalu membukanya.

Gadis itu tersenyum kaku saat matanya bertatapan dengan Regha. Ia beralih pada Serena yang tersenyum melihatnya. Kia melangkah mendekati gadis yang duduk diatas brankar itu. Kepala gadis itu terbalut perban membuat Kia semakin merasa bersalah.

"Serena, keadaannya gimana?"

Gadis itu berkacamata tersebut menarik senyum di bibirnya. "Udah baikan." Ia menggenggam tangan Kia.

"Kaki kamu gimana?" tanya Serena dengan nada khawatir.

Kia mengikuti arah tatap Serena pada kakinya. Gadis itu melirik Regha dari sudut matanya yang tengah menatapnya juga.

"Gapapa, ada yang lebih sakit dari ini." cicit Kia pelan pada akhir kalimatnya. Perasaannya yang sakit melihat Regha yang begitu peduli dengan Serena.

Terpatri kerutan halus pada dahi Serena. "Kamu punya luka di bagian lain?" tanyanya.

Bara yang tadinya tidak begitu tertarik dengan obrolan dua perempuan itu seketika menoleh ketika Kia mengatakan sakit. Ia mendekati Kia dan menelisik bagian luka gadis itu dengan seksama.

"Dimana yang sakit?" tanya Bara.

Kia kembali melirik Regha yang hanya menaikkan alis menatapnya. Gadis itu memaksakan senyuman.

"Becanda, hehe." Kia menyengir.

"Hehehe." cengir Bara menirukan Kia lalu mengubah wajah menjadi datar.

Ia tadinya sempat berpikir Kia benar-benar sakit. Lelaki itu mendengus lalu membalikkan badan dan duduk di sofa.

Melihat kesalnya Bara membuat Kia tersenyum kecil. Setidaknya masih ada yang memperdulikan kondisinya. Ia beralih manatap serius Serena yang nampaknya sudah lebih baik walau perban di dahi gadis itu masih menempel. Ia menghela napas pelan.

"Maaf udah buat lo terluka kayak gini." sesal Kia dengan kepala menunduk.

Ia sangat merasa bersalah bahkan hal itu sampai membuatnya tidak bisa nyenyak tidur selama tiga hari terakhir ini. Tidak hanya terbayang  wajah Serena yang berdarah dan tidak sadarkan diri namun Kia juga membayangkan saat dimana Regha membentaknya dan mencap dirinya sebagai pembawa sial. Sungguh, kata itu sangat menyakitinya. Ia tidak masalah jika Regha mengusir bahkan memarahinya dengan kata pedas setiap kali ia dekat dengan laki-laki itu. Tapi jika sudah sampai membentak, Kia tidak bisa. Ia tidak pernah mendapat bentakan dari siapapun dan pada saat Regha melakukannya ia sakit hati.

Kia juga berpikir bagaimana jika Regha sampai tidak mau bertemu dengannya lagi? Huh! Hatinya belum siap untuk itu. Belum ada hubungan tapi sudah ditinggalkan, defenisi sakit tapi tidak berdarah.

Serena menggenggam tangan Kia. "Nggak papa." Kia membalas senyuman gadis itu.



****

Follow ig: @liviebluee 

Terimakasih sudah membaca💙

Possessive Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang