EXTRA PART I

218K 15.5K 1.3K
                                    

SELAMAT MEMBACA 


Ciee... yang dapet notif extrachapter, senang nggak? 

-0o0-

          Seorang gadis menggosokkan kedua tangannya yang terasa dingin. Ia mendongak menatap bentangan langit yang menurunkan air yang deras. Ia menyesal, seharusnya ia lebih mendengarkan mamanya untuk membawa payung. Lihatlah, sekarang ia hanya bisa berdiam diri meratapi kebodohan di depan sebuah caffe yang sudah tutup. Untungnya dirinya mengenakan jaket sebelum pergi jadi ia tidak terlalu kedinginan menunggu hujan reda seorang diri. Bibirnya tersenyum getir. Tadinya ia hanya ingin membeli cemilan di minimarket sebagai teman untuk menemaninya mengerjakan tugas-tugasnya nanti tapi yang ada dirinya malah terjebak disini. Ini adalah hari pertama hujan dan ia sama sekali tidak memprediksikan hal itu sebelumnya.

Kia menghela napas. Ia pernah dengar entah dimana kalau hujan identik dengan kegalauan. Mungkin benar karena saat ini ia tengah merasakan hal itu. Terjebak disini membuatnya semakin merasakan galau. Kia berharap akan ada sang penolong yang tiba-tiba datang mendekatinya dan memberinya tumpangan untuk mengantarkannya pulang. Tiba-tiba Kia mendengus geli, bagaimana bisa ia memikirkan kalau dia lah sang penolong itu. Jangan terlalu berharap, Kia. Mengharapkan sesuatu yang belum pasti hanya akan menyakiti dirimu sendiri.

Mungkin di situasi yang seperti ini akan lebih mudah jika ia menggunakan ponselnya. Kia membawa ponselnya dan tentu dalam daya baterai yang full. Tapi kesialannya tidak hanya sampai dimana ia terjebak di tengah hujan, Kia lupa ternyata ponselnya tidak memiliki pulsa sejak seminggu yang lalu. Orang-orang yang berada di rumah pasti khawatir padanya.

Kia bergeming menatap tetes demi tetes air yang berjatuhan itu. Kalau dipikir semakin lama dirinya semakin betah di situasi ini. Menikmati hembusan angin malam, menikmati rintikan hujan dan menikmati aroma tanah yang menguar di indra penciumannya. Kia memasukkan tangan kedalam saku jaketnya. Mungkin tidak masalah jika ia menunggu sampai hujan reda.

Sudah tiga tahun berlalu.

Tidak terasa, selama itu Kia sudah menjalani hidupnya tanpa dia. Kia sudah bisa membiasakan dirinya. Walau ia tidak bisa menyangkal jika hatinya yang masih belum terbiasa. Awalnya ia merasakan sesuatu yang mengganjal karena semuanya terasa aneh saat tidak ada sosok dia bersamanya. Setiap hari ia hanya bisa menahan sakit karena rindu tanpa obat sebagai penyembuh.

Kia masih bingung sebenarnya takdir yang seperti apa yang sedang ia jalani saat ini. Tidak adil. Ini tidak adil untuk dia yang selalu banyak berkorban namun tidak diberi kebahagian. Dia selalu terluka. Dia selalu dibenci. Dia selalu dihakimi. Dia selalu dianggap sebagai pengecut. Padahal bagi Kia, dia adalah laki-laki yang tangguh yang memiliki hati besar tanpa adanya dendam dan kemarahan, bahkan setelah berkali-kali mendapat perlakuan dan pengakuan jahat untuk hal yang tidak ia lakukan. Dia bukan orang jahat hanya saja keadaan yang menempatkannya menjadi lelaki jahat. 

Dia selalu menganggap bahwa semuanya wajar atas kesalahan fatalnya dulu. Padahal sebenarnya Kia tidak menyetujui pemikiran itu. Ia masih ingat saat ia bersamanya duduk dibawah pohon rindang dengan sebuah luka obat yang baru saja ia beli di warung. Wajah lelaki itu babak belur dan Kia membantu mengobati luka-luka itu.

Kia sampai bingung kenapa saat dia menolaknya dulu bisa pake urat, sementara melawan satu orang saja bisa separah ini. Apalagi saat itu Kia melihat dia hanya diam saja tanpa berniat melawan. Saat itu setelah Kia menyelesaikan tugasnya, keduanya sama sekali tidak ada pembicaraan. Kia tidak berani mengeluarkan suara karena ia pikir dia butuh waktu untuk menenangkan diri.

Possessive Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang