23 - Bertunangan

6.6K 223 0
                                    

Agnia dan Ken sampai di rumah mewah yang luas. Walaupun lebih luas mansion Agnia di New York, tapi terlau banyak kenangan di rumah ini terutama bersama ibunya. Ada yang berbeda dengan rumahnya kali ini, sejak kapan Ayahnya memiliki pengawal sebanyak ini. Para pengawal Agnia hanya boleh berjaga di luar pagar karena itu perintah Rama, Ayah Agnia. Mungkin Rama telah curiga ada pengawal Ares diantara mereka.

Agnia turun dari mobil disambut Ken yang menggenggam erat tangannya, gadis itu berusaha keras melepasnya tapi Ken malah merangkul pinggangnya.

Ingin rasanya menjadikan Ken robot pembantunya agar menurut pada Agnia.

"Kak Agnia!!" Cia berteriak menghampiri Agnia dan memeluknya erat, Agnia hanya mematung heran melihat sekitarnya.

Tunggu, kenapa ruang tamunya dihiasi penuh dekorasi bunga dan ada nama Agnia Ken ditengah nya. Serta beberapa keluarga Ken juga hadir dan beberapa kotak kaca berisi tas, baju, dan banyak lagi perlengkapan perempuan.

Tidak, jangan sekarang, kepala Agnia sudah mau pecah, rasanya ingin menyentuh Emerald eyes dan masuk ke dalamnya bersembunyi hingga orang lupa untuk mencarinya.

"Sudah Ayah duga, kau pasti pulang Agnia. Kau pasti memilih keluargamu dibandingkan Pria Arogan itu."

Pria Arogan siapa? Ares?

Apa katanya? Jadi ini semua rencana Ayahnya. Sial ! Tau begini Agnia tidak akan datang.

"Dia lebih mencintaiku. Ayah tau sendiri kami berpacaran empat tahun." Ken dengan bangganya berbicara seperti itu.

Ayah? Sejak kapan Ken memanggil Ayah pada Rama?

Lama tidak pulang ternyata orang di Jakarta makin gila !

"Kamu kenapa diam saja Agnia?" Rama menghampiri Agnia merangkul pundak anak gadisnya yang sudah tidak gadis lagi.

"Tersenyum Agnia, hari ini pertunanganmu dengan Ken." Rama berbisik.

Pantas saja Ken memakai baju batik lengan panjang, keluarganya juga berpenampilan sama batik dan kebaya, mengingat Ken keturunan keraton jawa, yang biasa dikenal dengan sebutan darah biru. Dengan sangat, catat sangat terpaksa Agnia tersenyum kecut. Agnia juga melihat Ghea kakaknya dan iparnya Janvier.

Sejak kapan mereka peduli pada Agnia?

Pasti hanya cari muka pada Ayahnya saja.

"Seperti yang kalian tau anakku ini memang cerdas, selama ini aku mengajarinya membangun perusahaan tanpa diketahui orang lain dan lihatlah dia melebihiku sekarang punya lima perusahaan sekaligus." Rama seolah bangga dengan pencapaian Agnia.

Apanya? Mengajari? Huh selama ini hanya memaksaku menjadi dokter. Tapi setelah melihat keberhasilanku kau mengakui itu karna kau? Tidak pantas disebut Ayah !

Untung saja Agnia meminta Feliks merahasiakan pada media tentang sahamnya yang diserahkan pada Agnia. Kalau Rama tau bisa makin besar kepala dia.

"Beruntungnya kami mendapat menantu seperti Agnia, iya kan ma?" Theo bicara pada istrinya Marsya.

"Iya Pa, lihatlah selain cerdas Agnia juga cantik seperti mendiang ibunya." Marsya mendekat dan memeluk Agnia. Agnia tidak membalas pelukannya.

Pikirannya masih tertinggal di Rusia. Jadi rindu Ares, Valero dan Zenya.

"Kenapa diam saja sayang? Ada masalah?" Marsya kebingungan melihat Agnia hanya diam saja dari tadi.

Agnia terkesiap dengan santai merapikan rambutnya yang terurai. "Hmm, tidak, aku hanya syok melihat kalian disini. Setauku tidak ada yang berkata tentang acara hari ini."

Emerald EyesOn viuen les histories. Descobreix ara