50 - Menginap?

4.2K 157 4
                                    

Satu minggu setelah pulang dari Paris, Agnia menyibukkan dirinya di Newyork, kakeknya Feliks hampir setiap hari membujuknya untuk pulang ke Rusia. Alasannya jelas, kondisi Agnia belum sepenuhnya pulih jadi wanita itu harus rutin cek up ke dokter. Bukan Agnia namanya jika menuruti perintah orang lain.

"Queen, semua petinggi sudah berkumpul di ruang rapat." Agnia tersentak kala Leo berbicara.

Dengan langkah anggunnya seperti seorang Queen sungguhan ia masuk ke dalam ruangan yang lumayan besar. Agnia mendengar jelas sesaat sebelum masuk para petinggi itu mengkhawatirkan Rizell group bangkrut jika tidak cepat mendapat investor yang cukup besar.

Mereka masih bingung alasan saham Rizell group turun drastis dalam jangka waktu satu bulan. Suasana hening saat penguasa berparas bidadari itu duduk di singgasana nya, sorot mata hijaunya tidak bersahabat.

"Aku paham apa yang kalian khawatirkan, beri aku waktu satu minggu menyelesaikannya."

"Queen, kita terancam bangkrut dan anda masih bisa santai ke Paris seolah tidak terjadi apa apa."

Agnia menarik napasnya, bagaimanapun ia pemimpin dan tidak akan mengamuk di ruang rapat ini.

"Itu juga urusan bisnis, bukan liburan."

"Ku dengar Lord Evgene menyukaimu dan bersedia menjadi investor kita yang baru."

"Tidak itu hanya gosip." Jawaban santai Agnia mengundang tanya banyak orang. Mereka tau Lord Evgene sangat tergila gila pada Queen, bukan hanya dia tapi banyak pengusaha diluar sana yang mencoba mendekati Queen. Tapi wanita itu seolah menutup rapat dirinya, sombong dan angkuh tidak mau dibantu bahkan sekarang sudah hampir jatuh ke jurang, dagu nya tetap terangkat bak ratu kerajaan yang hartanya tak habis tujuh turunan.

Semua penjelasan tentang keuangan perusahaan sudah dipaparkan para petinggi. Agnia hanya mengetuk pelan meja menggunakan pulpen di tangannya.

"Rapat ini selesai, kita bertemu minggu depan."

Wanita dengan blezer merah maroon itu pun tanpa basa basi meninggalkan ruangan. Kepalanya seperti mau pecah memikirkan jalan keluar untuk perusahaannya. Telinganya berdenging kala petinggi perusahaan siap mengundurkan diri jika tidak ada kejelasan dari Agnia.

"Agniaaa"

Wanitu itu menoleh, Oh God pria itu lagi. Agnia berusaha menampilkan senyumannya. "Ada apa mencariku Ken?"

"Ada apa? Kau selalu menghindariku sayang. Bisakah kita percepat pertunangan kita?"

Agnia yang tengah berjalan menuju ruangannya terhenti. "Ken, bisakah kau mengerti aku sedang sibuk."

"Lupakan perusahaanmu, aku bisa beri apapun yang kau butuhkan sayang."

"Aku bukan wanita manja!" Agnia masuk ke ruangannya namun Kenzo tetap mengikutinya.

"Maaf sayang, aku salah bicara. Bisakah siang ini kita lunch?"

"Ken, bisakah aku menginap di apartementmu malam ini?"

Kenzo tentu tidak menolak. "Bahkan kamu boleh pindah kesana sayang."

"Tapi biarkan aku mengurus pekerjaanku hari ini oke?"

"Oke my Lady boss." Ken mengecup kening Agnia, lalu pergi dari ruangan itu.

"Queen, kau harus lihat ini." Leo masuk ruangan Agnia dengan menunjukkan sebuah cuplikan berita di ipadnya.

"James mati ?" Agnia terduduk di kursi kebesarannya. Pikirannya belum beristirahat memecahkan siapa yang berani membeli semua kokain itu darinya, kini James mati? Sebuah kebetulan di hari yang sama? Pikirannya langsung tertuju dengan satu nama.

Emerald EyesWhere stories live. Discover now