59. LAZUARDI

7.5K 1.6K 129
                                    

Semua hal menjadi sedikit tercerahkan karena Dave sudah memberitahunya pada Ardi. Meski tidak semua hal dibagi oleh pria itu. Yang paling penting sekarang adalah hubungan kedua orangtua itu bisa lebih dekat dengan Musesa, cucu yang sudah mereka nantikan kedatangannya. Meski agaknya membuat semua orang kebingungan bagaimana harus bersikap karena anak itu terkesan tak bisa berbaur dengan keluarga besar itu.

"Katanya Esa mau ketemu Eyang? Kok, sekarang malah takut?" tanya Ardi pada putrinya.

Karena anak itu sudah bisa lebih tenang dan tidak uring-uringan, mereka semua sudah bisa berkumpul bersama. Nemesis selalu sibuk mengingatkan Sura untuk tidak banyak bergerak karena kehamilan perempuan itu. Opy menahan diri untuk tidak menertawakan sikap kakaknya itu.

"Esa mau es krim?" Karyna menawarkan pada cucunya yang masih belum mau mengeluarkan suaranya yang pasti lucu. Berbeda dari Jeno yang belum seusia Musesa, jelas Karyna ingin mendengar suara cucunya.

"Ditanya sama Eyang Ti, Esa. If someone ask you, you have to be what, Baby?"

"Be polait, Dada."

Keriuhan langsung terjadi, seolah mendengar suara Musesa adalah sebuah keajaiban. Begitu lucunya anak itu bicara membuat Karyna langsung menyeletuk, "Imut sekali, sih, cucu Eyang Ti! Mirip sekali seperti Om Umay. Waktu kecil Om Umay ngomongnya lucu seperti kamu, Sayang."

Dave menyemburkan tawa dan menatap putranya yang tak suka dipanggil dengan Umay itu melalui tatapan mengejek. "Yaaaahhh, Om Umay si lucunya sampe pengen digigit."

Nemesis yang mendengar itu langsung menyarangkan tatapan tak suka. "Pi, plis jangan dibahas."

"Kenapa? Kamu itu memang nggak bisa dibilang menggemaskan, Boy. Kebiasaan kamu dari kecil kayaknya kebawa sampai dewasa, sih, Boy."

Nemesis menggerutu, tapi tidak memperdulikan apa yang papinya ucapkan. Tetap saja orang bersuka cita dengan tawa yang mengisi ruangan di rumah Dave dan Karyna.

"Mau es klim," ucap Esa ketika semua orang sibuk dengan keriuhan mereka masing-masing.

Karyna yang semula bertanya sedang sibuk membantu Jeno yang tentunya rewel dengan kondisi Sura yang berbadan dua. Lalu, dengan cepat Dave merentangkan tangan pada cucunya tanpa banyak berkata. Musesa yang semula menatap Dave lama, ternyata menerima uluran tangan kakeknya yang bisa dibilang tak menua dengan karismanya. Apalagi ketika seperti ini, memakai kacamata yang justru membuatnya tampak lebih muda.

"Kita ambil es krimnya, Little girl. Bersama Oppa."

Opy baru saja ingin memprotes karena papinya menggunakan kata yang pengucapannya mirip dengan makna yang berbeda. Opa dan oppa yang Dave gunakan jelas berbeda. Sayangnya, tiba-tiba saja Musesa menyandarkan kepalanya di bahu Dave. Membuat Opy tidak bisa berkata-kata. Putrinya langsung merasakan kenyamanan itu bersama kakeknya yang suka sekali mengalihkan pembicaraan.

Dave yang merasa menang langsung merengkuh cucunya dan mengusap punggung anak itu. Esa tahu mana bahu pria yang bisa dipercaya rupanya.

"Jangan bengong begitu, Esa sudah menemukan kepercayaan ke kakeknya. Meskipun belum mau bicara banyak."

Opy menatap Ardi dengan sedikit linglung. "Bertambah lagi orang yang akan menjadi bala bantuan bagi Esa. Dia pasti akan meminta bantuan papi kalo aku nggak ngasih izin buat sesuatu."

"Nggak masalah, Esa tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Dia nggak akan meminta izin untuk hal yang nggak baik buat dia."

Opy tidak akan membuat Ardi membalas ucapannya kembali. Karena pria itu sudah jatuh cinta pada Musesa, princess kecil mereka.

"Kamu nggak akan membela aku, ya, kan? Esa akan menang, dipagi hingga sore hari. Tapi aku akan selalu menang di malam hari."

Ardi meremas paha Opy sekilas sebelum semua orang mengalihkan tatapan saat Karyna menanyakan mengenai proses legalisasi Opy dan Ardi.

"Gimana? Sampai mana proses kalian? Jangan lupa untuk mempersiapkan resepsi, ya."

Ardi tentu saja yang menjawabnya, karena pria itulah yang mengurusnya. "Sebenarnya memang tidak perlu rumit lagi, Tante. Tidak serumit pertama kali melegalkan hubungan, ada data-data yang bisa langsung saya daftarkan ke pihak Indonesia. Semua sudah teratur. Saya hanya perlu mengambil langkah panjang untuk persiapan resepsi."

Karyna menganggukan kepala, kembali pada Jeno. Mereka mendengar suara yang datangnya dari luar. Tak begitu mempedulikan karena belum ada asisten rumah tangga yang datang melapor. Namun, tidak adanya asisten rumah yang melapor bukan karena tamu itu tak penting. Justru sangking penting dan dekatnya dengan keluarga tersebutlah yang membuat orang-orang itu datang tanpa perlu izin.

"Mami, Papi! Ery datang—"

Sontak saja suasana langsung hening. Draka yang menyusul di belakang saudara kembar Opy menatap semuanya dengan heran. Begitu menangkap keberadaan Opy, pupil pria itu membesar. Ardi benci situasi ini, terlebih lagi ketika Dave datang dengan menimang dan bicara menggunakan suara anak kecil kepada Musesa yang berada digendongan.

Suasana semakin hening.

[Wuhhhuuuuu. Ketemu, kaaaannn. Btw, mau aku kasih ancang-ancang buat kalian supaya nggak protes  nantinya. Jadi, versi Wattpad itu tamat bab 80. Sedangkan versi buku itu 100, ya. Jadi, jelas akan berbeda. Jangan marah-marah kalo nanti begitu bab 80, status cerita menjadi selesai. Aku mau menyamakannya dengan cerita Nemesis dulu yang juga tamat bab 80.

Kenapa? Ya, jelas. Tujuannya untuk memberikan pembaca yang membeli dengan segala perjuangan mereka nggak sama dengan yang baca gratisan. Thank you.]

HE WANTS TO FIX ME / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang