4. TROPHY

12.5K 2.2K 74
                                    


"Kamu inget nggak, apa yang pernah kamu minta ke aku, Beb?" tanya Draka kala itu.

Trophy menelengkan kepala. Mencoba mengingat apa yang kekasihnya maksudkan. Entah memori yang mana yang sedang Draka bahas. Yang jelas, Opy menggali begitu keras ingatannya.

"Hm... emangnya aku pernah minta apa ke kamu?" Opy bertanya balik.

Lupa akan suatu hal itu wajar, bukan? Makanya Opy bertanya. Karena perempuan itu memang tidak mampu mengingat apa yang dicari oleh kekasihnya. Namun, Draka terlihat sangat terkejut dan nampak begitu kesal dengan tanggapan Opy.

"Ka...? Aku beneran nggak inget, lho, ini." Kata Opy mencoba memberikan pengertian pada Draka yang  sudah terbaca akan marah.

"Janji yang kamu minta untuk aku tepati, Py. Apa kamu udah lupa sama janji yang kata kamu akan kamu tagih pada waktunya itu?? Kamu lupain janji kita?"

Janji? Janji yang mana? Karena seingat Opy, selama mereka saling mengenal, tidak ada janji yang lebih kuat ketimbang saling memberi dukungan satu sama lain dengan cara selalu ada di sisi. 

Melihat gelagat Opy yang benar-benar 'melupakan' apa yang Draka maksud, pria itu menaruh gelas kopinya agak keras ke meja. Dia masuk ke kamarnya sendiri. Ya, mereka berada di apartemen Draka. Ada dua kamar, yang satu kamar pria itu yang satu biasa tamu gunakan. Jika Opy di sana, maka Draka hanya basa basi saja memberikan kamar tamu. Karena mereka akan tetap menghabiskan hari di kamar Draka.

"Beb? Kok, marah? Aku salah apaa? Namanya lupa masa kamu nggak maklumi, sih?" Opy memberikan kalimat pertahanannya. Mengikuti Draka yang memang sudah biasa untuk menjadi lawan debat Opy.

"Kamu itu terlalu cuek, Py. Kamu sering banget melupakan apa yang kita punya. Ingatan-ingatan penting itu kamu lupain gitu aja. Aku heran, kemana semua ingatan itu. Segitu nggak pentingnya buat kamu?"

Untuk kesekian kalinya, Opy memilih mengalah. Karena dia memang tak ingat kenangan mana yang kekasihnya tanyakan. Jadi, Opy memilih menahan diri supaya tak terjadi adu mulut semakin besar.

Dan kini, Trophy tahu bahwa ingatan-ingatan yang dimaksudkan oleh Draka bukanlah milik mereka. Melainkan milik pria itu dan Ery. Pantas saja kesalahan komunikasi selalu terjadi dalam hubungan mereka ketika membuka topik mengenai 'janji', 'ingatan', dan lain-lain itu. Sebab tidak ada kenangan yang terjadi antara Opy dan Draka, kecuali pertemuan pertama yang terasa dipaksakan dari sisi Opy dan salah dari sisi Draka. Pria itu salah mengenali Opy sebagai Ery.

"Malam itu kita bertengkar dengan topik yang sama. Ingatan itu. Maaf. Aku membuat kamu menjadi pihak paling nggak mengerti karena aku salah. Salah mengenali orang."

Draka—si pengecut—membeberkan penjelasan. Trophy memilih diam. Entah untuk sampai kapan.

"Aku minta maaf. Aku pikir kamu akan ingat mengenai 'kita' setelah pertengkaran kita malam itu. Tapi ternyata... aku menemukan orangnya. Orang yang tahu jawabannya."

Ery. Menyebalkan sekali. Takdir seolah mempermainkan saudara kembar itu. Jatuh pada pria yang sama.

"Congratulations. Finally, you've found out." Balas Opy.

Draka tampak frustasi dengan balasan itu.

"Opy..."

"Ada yang lebih baik ketika kamu berusaha untuk menjelaskan segalanya sebagai kesalahan pahaman." Draka menunggu lanjutan dari ucapan Opy.

"Yaitu dengan kamu nggak berusaha membahasnya lagi. Semakin kamu bahas, semakin kamu terlihat konyol."

Pria itu memutar kemudi. U-turn menuju apartemen Trophy. Sebentar lagi mereka sampai rupanya.

"Draka. Berhenti bersikap konyol. Buat apa kamu susah payah menjelaskan ini? Hasilnya sama saja. Kamu dan aku berpisah, kita nggak ditakdirkan untuk menjadi satu. Hidup kamu yang baru adalah bersama kembaranku, Ery. Jalani itu dengan ikhlas. Begitupun aku, yang sudah mengikhlaskan kalian. Enough. Kamu nggak perlu terbebani dengan apa pun lagi yang kamu anggap sebagai kesalahanmu. Ini murni takdir. Kamu ulangi waktu yang berlalu, akhirnya akan tetap sama. Jadi, berhenti mengenalku sebagai mantan kekasih kamu. Bersikaplah seperti kamu nggak mengenalku. Itu jalan terbaiknya. Hubungi aku sebagai ipar kamu. That's all." Bak menyampaikan pidatonya, Opy mengakhiri tepat begitu mereka sampai di parking space apartemen perempuan itu.

Tidak menunggu lagi, Trophy berikan kalimat penutup lainnya. "Terima kasih untuk perhatianmu, ipar. Silakan keluar dari mobilku dan cari taksi yang bisa mengantar kamu kembali ke kafe tadi. Sekali lagi thanks a lot. Akan aku ingat selalu jasa kamu dalam hidupku." Termasuk dengan menitipkan nyawa bayi yang akan kusayangi sepenuh hati karena mau menemaniku disaat kamu memutuskan pergi.

"Hope you're doing well. Salam buat Ery. Bilang ke dia, aku nggak akan bersikap genit ke suaminya. Karena itu bukan gayaku."

HE WANTS TO FIX ME / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang