20. Jelano Day

2K 261 15
                                    

Play the music.

Sedih setiap orang itu berbeda-beda

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Sedih setiap orang itu berbeda-beda. Dari kadar rasanya, penyebabnya, dan kapan lama rasa itu akan berakhir.

Selain itu, ada satu lagi ....

Yaitu kuat atau tidaknya hati itu bisa bertahan saat badai datang. Setiap manusia itu memang bervariasi.

7 Serangkai

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

7 Serangkai

.

.

.

Hari ini tetap sama, hampa seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada yang istimewa. Tapi menurut Jelano, hari ini, di Minggu yang cerah, ada sedikit perbedaan. Ia akan bertemu dengan Ayahnya. Duduk di kursi, sorot matanya masih tertuju pada barang bawaan yang ia bawa sepuluh menit lalu. Menunggu Ayahnya datang menghampirinya. Ia benar-benar tidak sabar.

"Sudah Ayah bilang, jangan temui Ayah lagi."

Suara itu, Jelano kenal. Siapa lagi kalau bukan Ayahnya. Jelano mendongak cepat. Tatapannya langsung bertemu dengan mata Ayahnya. Ini pertemuan mereka yang ke-27, dan Ayah masih sama—tanpa minat dan tanpa kehangatan pada anaknya sendiri. Kadang Jelano ragu, apakah ia benar-benar anak kandung Ayahnya? Kalau iya, kenapa Ayah tak pernah memperlakukannya dengan baik?

"Aku cuma mau ngasih makanan ini, Yah," ucap Jelano, menyodorkan kotak nasi ke depan Ayahnya. Ekspresinya datar, meski hatinya sarat dengan rindu yang dalam terhadap pria yang menyandang status orang tuanya itu.

Sudah dua minggu sejak terakhir kali Jelano bertemu Ayahnya, dan meskipun Ayahnya selalu melarangnya untuk datang, Jelano tetap nekat. Ia tahu Ayahnya tak ingin dijenguk, tak ingin ditemui di penjara. Namun, bagi Jelano, rasa rindu yang ia miliki terlalu kuat untuk diabaikan.

"Ayah, kapan Ayah bisa keluar?" tanya Jelano, meski ia sudah tahu jawabannya. "Masih lima tahun lagi, ya?"

Ayahnya tidak menjawab, hanya memalingkan muka, membuat suasana menjadi kian canggung. Jelano menunduk, merasakan berat di hatinya. Betapa sulitnya setiap kali bertemu, meski begitu, ia tak bisa menghentikan keinginannya untuk terus datang.

7 SERANGKAI | NCT DreamWo Geschichten leben. Entdecke jetzt