[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA]
Berawal dari luka, rasa sakit, hancur, dan keputus asaan. Semua harapan hidup yang semakin memudar, samar, dan tak nampak terus menggerus batin. Dan saat itulah satu luka dengan luka lainnya mulai bertemu, saling meng...
Jangan lupa vote ya. Peringatan! Chapter ini tidak jelas dan amat sangat bodoh.
🍌🏍🏴
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
Punya enam aja udah berasa macam pasar Tanah Abang. Coba kalau bertujuh, paling udah kaya bencana.
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
7 Serangkai
.
.
.
TIN! TINNN!!!
"Astagah!"
"Javas, keluar dari kamar. Lihat ada temen kamu datang itu."
Javas mengeluarkan kepalanya dari balik selimut, mengintip sedikit ke arah pintu di mana ada Ibunya yang sedang mengomel menyuruhnya untuk keluar kamar. Baru saja ia mulai pergi ke alam mimpi, ia harus terpaksa kembali bangun karena suara klakson motor yang sangat berisik. Sesulit inikah untuk merasakan kedamaian? Javas lelah, ia ingin istirahat dari padatnya kegiatan tadi siang. Teman? Memangnya siapa yang datang malam-malam begini ya ampun. Javas heran jadinya.
Di sisi lain, pemuda berambut blonde, dengan setelan kaos dan kameja terbuka sedang berdiri tak sabaran di depan pintu rumah Javas. Mata sipit itu tak henti-hentinya melirik jam tangan. Bahkan satu kakinya bergerak mengetuk lantai karena bosan. Ini Javas sebenarnya sedang apa? Ngebo kah? Lama sekali. Perasaan ia sudah menunggu di depan sini selama lima menit. Haduh, waktu adalah uang. Waktu yang berharga milik Cleon sirna sudah. Gara-gara Javas!
