[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA]
Berawal dari luka, rasa sakit, hancur, dan keputus asaan. Semua harapan hidup yang semakin memudar, samar, dan tak nampak terus menggerus batin. Dan saat itulah satu luka dengan luka lainnya mulai bertemu, saling meng...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aku pikir semua akan baik-baik saja bersamamu, namun nyatanya aku salah besar.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
7 Serangkai
.
.
.
Lintang sudah memutuskan. Bahwa dari sekarang ia tidak ingin berurusan lagi apapun itu yang bersangkutan dengan Roy dan anak lainnya. Terserah mau dibilang apa, ia tidak akan peduli lagi. Rasanya tak bebas ketika Lintang ingin melakukan apapun yang ia mau. Selalu diawasi, padahal mereka bukanlah siapa-siapa dalam hidup Lintang. Persetan dengan perjanjian, ia akan berhenti.
Sialnya lagi, mereka semua dalam satu kelas bersama Lintang sehabis ini. Mau menghindar bagaimana lagi? Kalau setiap hari saja harus dalam satu ruangan yang sama.
Tapi, bingungnya, apa yang harus Lintang katakan pada Roy nanti?
Ketika lintang hendak berbelok, tangan seseorang terlebih dahulu menghentikan langkahnya. Tangan itu memukul tembok tepat di depan matanya. Menghadang Lintang, membuatnya terperanjat.
"Jangan pikir lo bisa kabur dari kita Kerdil."
Dan saat itulah Lintang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
***
Lintang benar-benar tidak mengerti. Mengapa ia bisa seperti ini atau memang teman berandalannya itu sedang ingin bersenang-senang dengannya. Ia malah di seret menuju toilet. Tepat bell masuk berbunyi. Di saat itu juga keadaan sekolah menjadi sepi seketika. Lintang mulai berfirasat buruk sekarang.
"Mau sampe kapan lo main kucing-kucingan kaya gini? Gak capek?"
Itulah pertanyaan pertama yang dilayangkan oleh Roy bersama ketiga rekannya itu. Sedangkan Lintang tidak memberikan respon. Ia hanya terdiam. Ia bergabung bersama Cleon hanya berawal dari tidak enak, kemudian merasa kasihan, dan pada akhirnya ia pun mulai terbuai dalam suasana yang menyenangkan.
