[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA]
Berawal dari luka, rasa sakit, hancur, dan keputus asaan. Semua harapan hidup yang semakin memudar, samar, dan tak nampak terus menggerus batin. Dan saat itulah satu luka dengan luka lainnya mulai bertemu, saling meng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•Raka•
Apa kau buta? Manusia di dunia ini tidak melulu semuanya berprikaku baik terhadapmu. Jika kau tidak melihat sisi positifnya, apakah kau akan mengeliminasi setiap nama yang tidak sesuai dengan apa yang kau harapkan dari lingkaran pertemananmu?
Kau hanya tau salah satunya, bukan keseluruhan. Bagaimana jika kau mulai mencium kebusukan seluruh temanmu? Apakah kau masih bisa memiliki pengikut jika kau tidak mau ada orang jahat di dalamnya?
Kau bisa saja kehilangan mereka.
Kau tidak mau bukan orang-orang membencimu? Kau ingin diperlakukan dengan baik oleh mereka. Kau ...., selalu mendominasi rekanmu. Kalau begitu, lakukan semaumu. Aku keluar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
7 Serangkai
.
.
.
Raka mengusap hidungnya yang tiba-tiba terasa basah saat ia sedang sibuk berlatih soal di malam harinya. Ini adalah malam terakhir ia belajar untuk lomba besok pagi. Dan Raka tidak ingin melupakan barang sedikitpun materi yang sudah ia pelajari selama ini. Jangan sampai semuanya Sia-sia. Hanya karena Raka lalai tidak mempelajarinya ulang.
Tapi, alangkah terkejutnya ia kala melihat tangannya yang ternoda oleh warna merah dan kemudian menetes mengotori bukunya hingga timbul beberapa bercak. Wajahnya masih datar karena syok. Lantas ia mengambil beberapa lembar tisu dengan tergesa guna membersihkan aliran darah yang masih ada di hidungnya.
'Pasti cuma mimisan biasa,' pikirnya. Dan dengan bodohnya ia masih bisa melanjutkan kegiatannya. Harusnya ...., harusnya ia berhenti dan pergi beristirahat. Bukannya terus duduk di remangnya cahaya dan begadang sampai pagi.
Yang ada dipikiran Raka ialah, ia harus menjadi nomor satu. Sudah cukup ia terus berada di angka yang sama. Dua, dua, dua, dan terus saja dua. Sekarang Raka harus menggeser posisi Kakaknya dari puncak agar Raka bisa dielu-elukan oleh orangtuanya.
