Part 34 : Detik Ujung {Revisi✔}

49 9 0
                                    

Bacanya pelan-pelan, ya.

"Tante, makasih udah buat Zia sadar kalo Tante lebih berharga dari Zia dimata Papa," ucap Zia menatap Mayra dengan sesenggukannya.

Zia beralih menatap Hendra. "Papa, makasih udah buat Zia bisa sekuat ini tanpa pelukan Papa disaat Zia butuh hangatnya kasih sayang," ucap Zia yang langsung memeluk Hendra meski rasa kecewanya tak kunjung hilang juga.

"Ck! Banyak drama, lo!" gertak Kenzo yang langsung menarik Zia saat gadis itu tengah memeluk Hendra.

"Aaakkhh!" Zia langsung memekik sakit karena lengannya yang tadi tersayat dicekal kuat oleh Kenzo.

"K–kak Ken–zo ... aaakh! Ss–sakiit ...."

"Sakit?" tanya Kenzo tertawa hambar, dirinya langsung menatap nyalang gadis itu. Sungguh, tatapan Kenzo benar-benar mengerikan!

"Bahkan gue lebih ngerasa sakit dibandingkan lo!" gertak Kenzo yang langsung menarik Zia lagi ke tengah-tengah semua orang.

Bara mengejarnya, dirinya langsung memeluk Zia, memberikan isyarat pada Kenzo agar dia tidak menyakiti gadis itu lagi.

"Awas lo!" pekik Kenzo yang langsung mendorong Bara hingga lelaki itu hampir terjatuh, tetapi hal itu terurungkan, karena ternyata Riki dan Leo menahan Bara agar tidak terjatuh. Ya ... Riki dan Leo bersama-sama untuk berusaha kuat demi sang sahabat.

Senyum Bara sedikit terukir. Mereka bertiga saling menyalurkan kekuatan untuk melewati itu semua.

Riki mendesis pelan, ia berusaha untuk meredamkan rasa sakit dari tonjokan-tonjokan teman Kenzo. "Lo ngerasa paling tersakiti, 'kan? Padahal tanpa lo sadari ada orang lain yang lebih tersakiti dari apa yang lo rasain saat ini," kata Riki menatap nyalang Kenzo.

Kenzo berdecih, ia mendorong Zia kearah Bara, Leo dan Riki. Entah apa yang dimaksudnya, tetapi dengan cepat Bara dan Leo menangkap tubuh lemah Zia.

Zia masih dan semakin terisak, fisik dan mentalnya benar-benar sudah lemah dan tak berdaya, bahkan dirinya sudah bukan seperti sosok Zia yang biasanya.

Bara dan Leo langsung memeluk erat gadis itu, mereka sama-sama terisak, mereka sama-sama terluka, dan mereka sama-sama mencoba untuk tetap berdiri kokoh.

Riki menoleh, dengan cepat pun dirinya langsung memeluk ketiganya dengan penuh kasih sayang. Tak ada air mata yang Riki jatuhkan, tetapi tetap terlukalah yang ia rasakan.

"Kita kuat. Semangat, ya?" kata Riki yang diangguki pelan oleh Bara dan Leo.

"Zia. Gue yakin lo cewek kuat," lanjut Riki seraya mengelus pelan puncak kepala gadis itu.

"Kita lawan dia sama-sama, oke?" kata Riki.

Mereka bertiga mengangguk. Zia yang berada ditengah-tengah mereka pun merasakan pelukan ketiga lelaki itu semakin erat, seperti tengah menyalurkan semangat dan kekuatan untuk melewati semuanya. Gadis itu sedikit menyinggungkan senyumnya, baru kali ini dirinya mendapatkan kasih sayang lebih meski mereka hanya sebatas kakak kelasnya.

"M–makasih, Kak. Udah ada buat gue disaat gue nggak berdaya," tutur Zia seraya tersenyum.

Bara, Leo dan Riki tersenyum tulus, perlahan tangan ketiganya meraih puncah kepala gadis itu dan mengelusnya secara bergantian.

"J–jangan pernah ngerasa sendiri ... ada Leo dan Riki yang bakal jadi kakak lo, dan ada gue yang bakal jadi orang yang paling sayang sama lo," lirih Bara didekat telinga Zia seraya menahan pusingnya yang luar biasa. Benturan dikepalanya tadi membuat Bara merasa hampir kehilangan keseimbangan saat ini.

BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔Onde histórias criam vida. Descubra agora