Part 32 : Perjuangan

37 6 0
                                    

"Jika mahkotaku benar-benar sudah tak berarti, aku benar-benar ingin mati saat ini."

●ZiaAuristellaZanna●

Saat ini Kenzo dan ketiga temannya sudah sampai pada tujuannya. Mereka mendudukkan Zia didekat pohon besar yang begitu rindang, tali pengikat yang ada ditangan dan dikaki gadis itu pun sudah dilepas.

Angin semilir disore hari ini menjadi saksi atas sebegitu terlukanya Zia Auristella Zanna.

Gadis baik, cantik, imut, bar-bar, periang, dan jahil itu sekarang sudah terlalu rapuh tak berdaya. Penampilannya sudah benar-benar berantakan dan sangat kacau.

Kenzo, Bagas, Arka, dan Raka sekarang menyeringai menatap keprihatinan penampilan gadis itu.

Mereka berempat sebenarnya merupakan inti dari geng paling ditakuti di sekolah mereka.

Membully dan melukai secara fisik sudah menjadi kebiasaannya setiap hari, bahkan guru-guru di SMA-nya selalu dibuat kewalahan dan takut dengan sikap dan sifat dari geng mereka. Miris.

Kenzo beralih menatap lelaki yang sudah terikat erat dipohon sebelah Zia berada, sembari menunggu gadis itu bangun untuk kembali ia siksa.

"Halo, Om. Gimana rasanya? Enak, 'kan?" tanya Kenzo dengan menggoreskan pisau tajamnya itu kerahang tegas milik Ayah Zia. Ya, Hendra.

Hendra yang merasakan perih pun langsung membuka matanya, darahnya mulai keluar, menorehkan luka dan lara yang mendalam.

Kenzo menunjuk ke arah Zia dengan pisaunya yang berlumuran darah Zia dan Hendra.

Netra Hendra mengikuti arah tunjuk Kenzo, dirinya seketika melemas saat melihat putri kecilnya itu sudah tak berdaya dengan penampilan yang begitu memprihatinkan.

"N-nak ... kamu apakan Zia? Kamu apakan adik kamu?" tanya Hendra dengan suaranya yang bergetar.

"Nggak usah nganggep gue sebagai anak lo, Hendra! Gue nggak pernah sudi!" tegas Kenzo.

Kenzo seketika menyeringai saat tau bahwa Zia baru saja tersadar dari pingsannya, kemudian dirinya kembali mendekat ke arah Zia dengan tatapan nyalangnya.

Ini bukan seperti Kenzo yang Zia kira lemah, nyatanya, lelaki itu benar-benar mengerikan.

Zia mendesis saat nyeri dipahanya terasa menjalar keseluruh tubuhnya.

"Udah siap?" tanya Kenzo tanpa melunturkan seringaiannya.

"Zia!" panggil Hendra berusaha untuk tidak meneteskan air mata.

Zia mengalihkan atensinya itu dari Kenzo menuju pemanggilnya.

"P-Papa!" teriak Zia yang kemudian menghamburkan tangisnya.

Saat Zia berusaha untuk berdiri dan berjalan menuju Hendra, tiba-tiba Kenzo mendorongnya kasar hingga tubuh Zia membentur pohon besar itu.

Zia merintih, Hendra menangis, Kenzo tertawa.

Miris.

"Kita tunggu satu orang lagi buat ngelancarin aksi ini, okey?" tutur Kenzo yang tangannya kini menggoreskan pisaunya kembali dilengan bagian atas gadis itu dengan lebih menekannya hingga sayatan itu terasa sangat dalam.

BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔Where stories live. Discover now