Part 21 : Akal Licik

40 9 0
                                    


Byuur!

"Ih! Kak Bara! Kok gue dibanjur sih?!" pekik gadis itu berapi-api saat Bara langsung mengguyur tubuhnya dengan air ember yang ada didekatnya.

"Karna lo bocah sial!" sungut Bara yang juga berapi-api.

Bara tak habis pikir, mengapa gadis yang bertubuh mungil itu mampu mematahkan batang pel dengan sekali lemparan?

"IIIIH!"

Byurr!

Impas! Kali ini Zia yang mengguyur Bara.

"Aaakh! Anjir lo!" frustasi Bara yang kini rahangnya mulai mengeras.

Zia tetap menatap nyalang lelaki dihadapannya. "Dengerin ya! Batang pel-nya itu udah rapuh! Udah saatnya pensiun! Udah buluk! Udah tua! Dan udah nggak layak pake! Makannya gampang potol!" cerocos Zia membuat Bara sangat kesal padanya.

"Heaaaarghh! Masalahnya nanti kita dapet hukuman tiga kali lipat dari ini!" tegas Bara yang kini dibuat sangat gelisah.

"Seragam gue basah banget kek gini lagi!" lanjut Bara menatap nanar seragam basah yang ia pakai.

"Gue juga basah kali!" sungut Zia.

"Dahlah! Kesel ngomong sama lo!" sengit Bara.

"Apalagi gue! Huh! Dasar Bara! Bara– Bara– Berak!" maki Zia.

Bara membelalakkan matanya, ia yang semula duduk di lantai dengan tampang yang memprihatinkan, kini mendongak menatap gadis aneh yang menjadi sumber paling sialnya hari ini. "Dasar Zia! Zia– Jia– Jia– Jingan!"

"OAS–"

"YAAMPUUN BARAA! ZIA! KALIAN LAGI NGAPAIIIIN?!"

-BNY-

"Jelasin." tegas Kepala sekolah SMA Lentera itu dengan menatap nyalang dan penuh pertanyaan pada kedua anak didiknya.

Di kantor SMA ini, Bara dan Zia menundukkan kepalanya, selain karena malu, mereka juga sedang meredakan rasa kesalnya antara satu sama lain.

Dihadapan keduanya kini sudah ada Pak Arya selaku kepala sekolah, Bu Dina selaku guru BK, dan Bu Kinan selaku guru yang tadi memberi hukuman pada Bara dan Zia. Ketiga guru itu sudah pasti sangat siap membanjiri hukuman untuk kedua anak didik bandelnya.

"Dingin, Pak ...," lirih Bara yang duduknya dibuat seperti orang meringkuk.

"Bapak minta penjelasan! Bukan keluhan!" sarkas Pak Arya, sang kepala sekolah yang memiliki perut buncit dengan menatap sengit dua anak didiknya ini.

"Ya tapi ini emang dingin banget, Pak ...," lirih Bara lagi.

Pak Arya menghela napasnya kasar. "Begini ... siapa yang tadi patahin batang pel-nya?!" tanya Pak Arya berusaha sabar.

"Saya, Pak," sahut Zia lirih, diwajahnya tak sedikitpun terselip rasa takut pada kepala sekolahnya.

Ketiga guru itu menggelengkan kepalanya tak percaya setelah mendengar pengakuan Zia.

"Lagian, ya, Pak ... batang pel-nya itu tuh udah tua dan rapuh, jadi wajar aja kalo patah," lanjut Zia yang mendongakkan kepalanya untuk menatap kepala sekolahnya.

Pak Arya yang sangat geram pada siswinya ini masih berusaha menahan kemarahannya.

"Saya tidak pernah, ya, ngajarin kamu buat matahin batang pel di sekolah!" sarkas Pak Arya.

BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang