Part 24 : Di Hari kedua

38 6 0
                                    

Hari ini adalah hari kedua dalam rangka Bara dan Zia diskors oleh guru mereka. Rasa suntuk, gabut, kesal, dan lain sebagainya selalu hadir menyelimuti mereka, ah, tidak, hanya Bara saja yang merasakan demikian.

Lain dengan Zia yang bahkan senang-senang saja menjalani hukuman ini. Puas rebahan, ngemil, makan, tidur, bermain dengan kucing kesayangannya, dan sesekali membaca cerita para author hebat di aplikasi wattpad-nya. Menyenangkan sekali hari-harinya.

Sudah puluhan kali Bara guling-guling dikasurnya, ngemil makanan-makanan yang ada dikulkasnya sampai isi kulkas dirumahnya ludes tak tersisa. Ah, tidak! Sebenarnya masih ada sisa, yaitu bungkusan makanannya.

Jangan tanyakan keadaan kamar Bara Athaya Putra, bahkan pembantu rumah tangganya saja dibuat geleng-geleng tak menyangka, karena kamarnya saat ini benar-benar seperti tempat yang tak terawat satu bulan, padahal setiap hari saja dibersihkan. Ini Bara yang terlalu jorok atau pembantu rumah tangganya yang tak niat saat berberes?

Fyuh~

Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB., itu tandanya kegiatan belajar disekolahnya sudah selesai.

Bara sengaja menghubungi Leo dan Riki untuk datang ke rumahnya, berhubung dirinya sedang malas gerak, jadi lebih baik temannya itu yang datang ke rumahnya.

"Anjrit! Gini amat rasanya diskors!" seru Bara yang membuang kembali bungkus jajannya kesembarang arah, kemudian dirinya kembali menduselkan kepalanya ke bantal.

"Eyyooowww! Bara-Biriiiiii!"

Teriakan itu berhasil tertangkap pada indera pendengaran Bara.

"Lah? Cepet banget sampe? Secepet ini? Kok bisa?" gumam Bara bingung, pasalnya dirinya baru lima menit yang lalu mengirimkan pesan untuk Riki dan Leo agar datang ke rumahnya.

Selang beberapa detik, pintu kamar Bara terbuka lebar, menampakkan Leo yang tangannya memegang lima tusuk bakso bakar, dan Riki yang tengah menatap datar ke arah Bara.

Leo seketika dibuat terkejut dengan keadaan kamar Bara yang bahkan tak bisa dibilang baik-baik saja. Mulutnya menganga lebar dengan bakso bakar dimulutnya yang belum sempat ia kunyah. Sedangkan Riki hanya menggeleng-gelengkan kepalanya singkat dengan sorot mata yang mengabsen satu persatu benda-benda yang tergeletak tak tertata dihadapannya, tentu saja dengan tatapan datar khas-nya.

Bara memutar kedua bola matanya malas saat melihat wajah Leo yang memuakkan itu.

Bara berdecak kesal. "Pliss, Le! Muka lo jelek banget, nggak usah nambah-nambah kesan minus lo itu!" sungut Bara pada Leo.

Leo terbelalak. "Apaan woy! Justru lo yang terkesan paling minus disini!" sahut Leo memberengut.

"Ini kamar atau hutan?!" lanjut Leo bertanya.

"Terserah lo mandangnya apa," singkat Bara yang langsung menduselkan kepalanya ke bantal lagi.

Detik berikutnya, Bara menatap dua sahabatnya itu dengan tatapan bingung.

"Kok kalian secepet ini sampe ke rumah gue?" tanya Bara to the point.

Leo menyengir semangat. "Tanpa lo suruh ke sini pun, gue sama Riki bakalan ke sini, Bar," jelas Leo.

"Pas lo chat di group chat kita, gue sama Riki udah hampir sampe ke sini," lanjut Leo memperjelas.

Bara menganggukan kepalanya paham. "Serindu itu, ya, kalian ke gue?" tanya Bara tengil.

"Dih! Soir banget sumpah soir banget!" sungut Leo membuat senyuman Bara memudar, wajahnya kembali terlihat kusut. Maklum saja, Bara sama sekali belum mandi sejak pagi tadi.

BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔Where stories live. Discover now