Part 29 : Permintaan Maaf

38 6 0
                                    

Saat ini Bara dan Zia tengah berada di rooftop SMA Lentera, tentu saja tanpa sepengetahuan para guru.

Plak!

Zia menampar kecil pipi Bara, membuat Bara sedikit meringis sakit karena tamparan dari gadis itu. "Sampe sini lo beneran nggak tau letak kesalahan lo sendiri?" tanya Zia menatap Bara tak menyangka setelah dirinya mendengar tuntas semua yang diceritakan oleh Bara.

Bara menggeleng polos. "Emang salah gue apa?"

Zia tertawa lepas, memperlihatkan lesung pipinya yang menjadi daya tarik tersendiri dari pesona gadis itu.

"Gobloknya pake banget, sumpah!" ujar Zia seraya mengacak puncak kepala Bara.

"Plis, kasih tau gue, salah gue disebelah mananya?" tanya Bara tanpa menepis tangan Zia yang dengan bebasnya mengacak puncak kepalanya.

"Gini ...," ujar Zia mulai menjelaskan.

"Dari awal lo udah buat misi biar bisa jadi cowok sejati dalam waktu sebulan. Tiga puluh satu hari 'kan?" tanya Zia memastikan, dengan cepat hal itu mendapat anggukan kecil dari Bara.

"Misi itu bukan dari kemauan lo sendiri, tapi karna tantangan dari Kak Riki termasuk Kak Leo, mereka nggak mau punya temen bangsat kayak lo ... dan akhirnya, lo terima tantangan itu, karna lo juga sebenernya tertampar sama ucapan Kak Riki. Benar begitu?" tanyanya lagi yang tentu mendapat anggukan dari lelaki itu.

"Nah ... lo masih inget syarat-syarat biar bisa jadi cowok sejati?"

"Gue nggak pernah lupa sekalipun," sahut Bara serius.

"Tapi kayaknya lo lupain misi itu, kemarin," ujar Zia.

"Kok lo sok tau?" tanya Bara datar.

"Lo goblok tau," sahut Zia lebih datar.

"Jelasin gimana maksudnya," ujar Bara.

"Inget baik-baik, deh, tentang misi menjadi cowok sejati itu. Gue yakin lo ngelupain sesuatu," tutur Zia memancing Bara untuk mengingat-ingat kembali.

Bara berpikir sejenak, kepalanya menengadah keatas seraya menikmati setiap siliran angin yang menerpa wajahnya.

Bara menghela napasnya panjang. "Setelah gue berpikir keras ...," Bara menggantungkan ucapannya, membuat Zia sedikit berbinar karena ia yakin Bara sudah menyadari letak kesalahannya.

"Gue tetep nggak tau salah gue apa," ungkapnya membuat Zia membelalak terkejut.

Seketika Zia menampol bahu Bara. "Goblok, goblok, pekok–!" cerca Zia geram pada Bara.

Bara mendesis. "Jangan giniin orang ganteng, dong. Prustasi tau nggak?" ujarnya memelas.

"Kemarin lo deket-deket sama cewek, 'kan?" tanya Zia berusaha meluruskan otak kecil Bara.

Bara mengangguk. "Sekarang gue juga lagi sama cewek," ucapnya mantap.

Plak.

"Aawwsh! Ya gue emang bener, 'kan? Emangnya lo cowok?!" pekik Bara kesakitan saat Zia menampar pipi kanannya.

Zia mendengkus. "Tadi lo bilang ... kemarin sebelum bel masuk bunyi, lo sempet ngedeket ke bendahara kelas lo itu, 'kan?" tanya Zia membuat Bara mengangguk.

"Okey,"

"Itu problemnya," lanjut Zia memberitahu.

"Apa-apaan sih?! Nggak usah ngarang, deh, lo!" pekik Bara tak menyetujui pendapat Zia.

Zia menggeram kesal. "Ngeselin banget, sih, lo!"

"Kemarin, 'kan gue cuma mau bayar tunggakan kas kelas yang dari awal mulai kelas dua belas gue belum sempet setor!" ujarnya dengan suara yang meninggi.

BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔Where stories live. Discover now