"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Richi hati-hati.

"Tentu saja. Silahkan bertanya"

Omega manis berambut mangkok itu membasahi bibirnya lebih dulu. Ia sedikit tak enak hati akan menyampaikan pertanyaan yang bersifat pribadi.

"Mengapa kau mau kabur? Sepertinya mafia itu memperlakukanmu dengan baik, V. Kau bahkan duduk satu meja dengan mereka"

V terkejut. Ia tatap dalam kawan barunya sebelum menegakkan posisi duduk.

"Kau tahu soal ini?"

Richi mengangguk.

"Aku rasa aku hanya di jadikan pelampiasan nafsu mafia kejam itu. Nyatanya ia terus memperkosaku setiap malam"

Intonasi suaranya merendah di akhir kalimat.

"Hanya satu kan?"

"Apa maksudmu?!"

V menarik nafas dalam-dalam seraya meletakkan tangannya di atas punggung tangan kawan barunya. Mencoba memberinya sedikit kenyamanan.

"Mereka benar-benar binatang, V. Kau tahu, aku terbangun dengan bagian belakangku yang sakit. Aku bahkan tak mampu berdiri"

"Apa maksudmu—"

"Benar, V. Mereka meniduriku secara bergantian. Banyak sisa alat kontrasepsi bertebaran dalam kamar yang sangat bau. Ya Tuhan—"

Suara Richi bergetar. Isak yang tertahan itu pecah dalam beberapa detik setelahnya. V segera memberinya dekap erat. Ia usap bahunya yang bergetar seraya merapal kalimat penenang.

"Tak apa. Kau sudah melaluinya, Richi. Kau aman sekarang. Kita akan segera kembali ke Korea setelah ini. Tetaplah kuat, nee"

Dua omega manis itu tenggelam dalam kesedihan satu sama lain. Namun meski begitu, perjalanan masihlah panjang.

Grrruuuugg

Perut kosong V berbunyi. Sontak saja keduanya melepas tautan mereka, ll untuk saling melempar tatap yang kemudian tertawa nyaring.

Ia lapar setelah berlari sampai menuju tengah kota. Tenaganya sudah terkuras habis.

"Aku lapar. Sedangkan kita tidak punya uang"

"Aku rasa aku pun tak jauh berbeda. Apa yang kau punya? Mungkin kita bisa menjualnya" saran Richi.

V mengeluarkan satu-satunya benda berharga yang ia miliki, yaitu ponsel. Ia meletakkannya di atas aspal dan menatap sendu benda tersebut. Dalam hati keinginan untuk mendengar suara kedua orangtuanya masihlah sangat besar. Setidaknya ia ingin menangis sebentar saja.

Sedangkan Richi juga tak jauh berbeda. Hanya telepon genggam yang sudah lama mati sebab kehabisan daya ia lempar ke atas aspal. Bibirnya mendecak sebelum kembali berkata-

"Kita bisa menjual ini dan membeli makanan. Sisanya mungkin bisa kita gunakan pergi ke dubes Korea bukan?"

V mengangguk menyetujui.

"Kajja, ayo segera kita jual benda ini"

Richi dan V bangkit dari duduk mereka dan keluar dari semak-semak. Sebuah bangunan megah Gereja Tua di pisat kota dengan kepak sayap gerombolan burung-burung kecil semakin memperindah langit dengan semburat jingga di atas sana.

Mentari akan segera berganti tugas dengan sang rembulan, mereka harus bergegas atau jika tidak komplotan mafia akan menangkap keduanya.

Dua omega malang itu menyebrangi jalan ke arah barat kota Amsterdam. Mereka memutuskan untuk mengunjungi toko barang kuno lebih dulu.

• K R A C H T •  JINV • ABODonde viven las historias. Descúbrelo ahora