Merasa aman, mereka segera berlari menuju pagar kecil untuk keluar yang rupanya tetap dalam terkunci rapat. Sebab tertera tombol angka disana. Akan sangat memakan waktu jika mereka mencoba satu per satu kombinasi angka.

"Climb up the wall" bisik sang rekan.

"Ah, that's right!"

Omega manis itu segera berjongkok untuk mempersilahkan V untuk menginjak bahunya agar ia bisa memanjat dinding itu dengan mudah karena sendirinya sudah terbiasa melakukan hal ini sebelumnya.

"Hurry!" seru sang rekan.

"W-wait"

"Hey!" teriak salah seorang pengawal dari belakang.

"HURRRY!"

Keduanya segera menjatuhkan diri ke atas aspal demi menghindari senapan yang mengarah pada mereka.

Bugh!

Dalam tubuh kesakitan, dua pemuda manis itu melanjutkan serangkaian menyelamatkan diri dengan berlari sekencang kencangnya. Tembakan nyaring terdengar dari belakang sebagai cambuk bagi keduanya untuk terus mengayuh kaki sejauh mungkin dari lokasi yang terlihat jauh dari tengah kota.

"I'm gonna die. Oh my god!" seru V terengah saat langkahnya terjatuh dan tubuhnya berguling di atas aspal.

Remuk.

Dadanya begitu sesak dengan manik berkunang kunang. Bagian belakangnya terasa sangat sakit. Pun bagian lain seperti tulang misalnya, mungkin saja mengalami keretakan.

"Hey, c'mon!"

Omega manis itu berjongkok untuk mengusap punggung bergetar V. Membersinya ketenangan sekaligus semangat, mengingat dirinya pun ingin menyerah saat ini juga. Kondisinya bahkan lebih parah dari V. Namun ia memilih untuk menyembunyikannya lebih dulu.

Sebuah uluran telapak tangan terbuka bersambut genggaman erat, seulas senyum dengan manik berbinar pertanda jika dua omega kembali melanjutkan rangkaian kabur dari belenggu sang mafia. 

.

Amsterdam,

04.35 pm

Dua orang omega dengan dada yang naik turun sedang mendudukkan diri di tepi jalan bertameng semak-semak. Kaki mereka terjulur lurus ke depan dengan kepalan tangan memukul di atasnya. Butiran keringat turut membasah area dahi sampai leher juga dada yang sama sekali belum tenang. Sesekali masing masing dari mereka mengusapnya dengan lengan kosong yang sama basahnya. Meski pandang mulai berkunang-kunang, mereka berjanji untuk tetap melanjutkan penyelamatan diri sampai tiba ke negeri masing-masing.

"Hey, what's your name?"

V mulai membuka obrolan. Sebab sendirinya memang belum tahu siapa nama rekannya ini.

"You can call me Richi. You are Korean, aren't you?"

Pupil gelap itu melebar di ikuti dengan pekikan tak terduga dari omega manis lain.

"Benar. Wah, aku tak percaya ternyata kita satu negara. Daebak!"

Richi terkekeh, ia kibaskan kelima jarinya keudara sebelum kembali menyambung obrolan.

"Daebak Apanya? Kita justru menjadi tawanan mafia."

"Budak lebih tepatnya"

Suasana menjadi hening.

Mereka menunduk. Masing-masing. menatap kedua kaki yang bergerak menghentak ringan pada aspal kering. Tenggelam dalam fikir yang mencoba lagi menemukan cara termudah untuk menyelamatkan diri.

• K R A C H T •  JINV • ABOWhere stories live. Discover now